Logo
>

Menggaet Investor Lewat Dividen, Meskipun Kecil: Jangan Terkecoh!

Sebelum memutuskan membeli saham yang rutin membagikan dividen, ada baiknya investor menengok lebih dalam kondisi keuangan perusahaan tersebut.

Ditulis oleh Yunila Wati
Menggaet Investor Lewat Dividen, Meskipun Kecil: Jangan Terkecoh!
Ilustrasi dividen sejumlah emiten.

KABARBURSA.COM - Dividen kerap menjadi daya tarik utama bagi investor, terutama mereka yang mencari pendapatan pasif dari kepemilikan saham. Tak jarang, emiten menggunakan strategi ini untuk menarik minat pasar, membagikan dividen meskipun dalam jumlah kecil. 

Namun, di balik pembagian dividen yang tampak menjanjikan itu, investor sebaiknya tidak langsung terlena. Besaran dividen yang minim bisa jadi hanya pemanis sesaat tanpa didukung oleh kinerja fundamental yang kuat. 

Dalam konteks inilah penting bagi investor untuk lebih jeli membaca strategi perusahaan dan tidak serta-merta terkecoh oleh sinyal-sinyal manis yang belum tentu sejalan dengan prospek jangka panjangnya.

Sebelum memutuskan membeli saham yang rutin membagikan dividen, ada baiknya investor menengok lebih dalam kondisi keuangan perusahaan tersebut. Jangan sampai tergiur oleh angka dividen yang besar, padahal dibayarkan dari laba yang fluktuatif atau bahkan tidak berkelanjutan. 

Dividen yang berasal dari kinerja keuangan yang tidak stabil justru bisa menjadi sinyal peringatan, bukan keuntungan.

Selain itu, penting untuk memperhatikan seberapa besar imbal hasil dividen terhadap harga saham, atau yang dikenal sebagai dividend yield. 

Rasio ini membantu investor membandingkan potensi pendapatan dari dividen antar berbagai saham, dan bisa menjadi alat bantu untuk mengukur apakah sebuah saham benar-benar menawarkan nilai menarik atau hanya sekadar pencitraan.

Dan terakhir, jangan menaruh semua harapan pada satu saham saja. Menyebar investasi ke beberapa sektor atau perusahaan, diversifikasi, bukan sekadar teori lama, tapi langkah nyata untuk mengelola risiko. 

Pasar bergerak dinamis, dan dengan portofolio yang tersebar, investor punya peluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang dalam berbagai kondisi.

Tiga Emiten Siap Bagikan Dividen Tunai

Tiga emiten siap membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya, dengan jadwal cum date yang jatuh pada 21 Mei 2025. 

Pembagian dividen ini berasal dari laba bersih tahun buku 2024 dan mencerminkan komitmen masing-masing perusahaan dalam memberikan imbal hasil kepada investornya.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menjadi salah satu yang paling menarik perhatian. Perusahaan agribisnis ini akan menyalurkan dividen tunai sebesar Rp600,14 miliar kepada pemegang sahamnya, setara dengan Rp330 per saham. 

Jika dihitung berdasarkan harga saham saat ini, dividen yield SGRO mencapai sekitar 10,65 persen. Pembayaran dividen dijadwalkan pada 5 Juni 2025, dengan cum date di pasar reguler dan negosiasi pada 21 Mei.

Ada juga, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga akan membagikan dividen tunai dengan imbal hasil yang cukup besar. Dari laba bersih tahun 2024, perusahaan ritel ini mengalokasikan Rp41,82 miliar untuk dividen, atau setara Rp60 per saham. 

Dengan dividen yield menyentuh angka 13,1 persen, RALS menjadi salah satu emiten dengan imbal hasil tertinggi tahun ini. Tanggal pembayaran dividen dijadwalkan pada 13 Juni 2025.

Sementara itu, PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) turut serta menebar dividen kepada pemegang sahamnya. Meski nilai dividennya lebih kecil, yakni Rp4,5 per saham atau total Rp71,21 miliar, langkah ini tetap menjadi sinyal positif dari sisi manajemen perusahaan. 

Dengan yield dividen sebesar 0,48 persen, ALII akan membayarkan dividen pada 13 Juni 2025, setelah cum date di 21 Mei.

Ketiga emiten ini memberikan gambaran beragam strategi pembagian dividen, mulai dari yang agresif hingga konservatif. Bagi investor yang mengejar pendapatan pasif, momen ini bisa menjadi peluang, asalkan tetap memperhatikan aspek fundamental perusahaan dan prospek bisnis ke depan.

Dividen Besar, tapi Siapa Paling Sehat?

Menjelang pembagian dividen yang jatuh pada akhir Mei dan pertengahan Juni 2025, tiga emiten—PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII)—menjadi sorotan para investor yang mengincar pendapatan pasif dari pasar modal. 

Namun sebelum buru-buru memburu cuan dari dividen, mari kita lihat dulu seperti apa sebenarnya kondisi fundamental dari ketiga perusahaan ini.

SGRO, perusahaan agribisnis yang akan membagikan dividen jumbo sebesar Rp330 per saham, tampak cukup menarik di atas kertas. Dengan yield mencapai 11 persen dan price to earnings (PE) ratio sebesar 9,47, valuasi sahamnya relatif wajar bahkan sedikit lebih tinggi dari median IHSG yang ada di kisaran PE 8,1. 

Kinerja bottom line perusahaan pun solid—laba bersih setahun terakhir mencapai Rp749 miliar, dan EPS tercatat Rp315,84. Margin laba bersihnya cukup sehat di 22,7 persen, dan return on equity (ROE) berada di level 12,99 persen. 

Ini mengindikasikan efisiensi manajemen dalam mengelola modal yang ditanamkan pemegang saham. Dari sisi utang, rasio debt to equity di angka 0,51 masih tergolong aman. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah payout ratio yang sudah menembus 104 persen, artinya perusahaan membagikan lebih dari seluruh labanya sebagai dividen. 

Bisa jadi sinyal manajemen sedang bermain agresif, atau justru sekadar strategi untuk menarik investor. Terlepas dari itu, SGRO masih terlihat atraktif untuk jangka pendek, meskipun keberlanjutan dividennya perlu terus dipantau.

Berbeda dengan SGRO, RALS hadir dari sektor ritel dengan karakteristik bisnis yang lebih defensif. Dividen yang akan dibagikan memang tak sebesar SGRO secara nominal—Rp60 per saham—namun yield-nya justru lebih tinggi, menyentuh angka 12,71 persen. 

Kesehatan keuangan RALS tergolong prima. PE ratio-nya terbilang rendah di angka 7,88, dan bahkan hanya 3,84 jika dihitung secara annualisasi. Artinya, harga sahamnya relatif murah dibandingkan laba yang dihasilkan. 

RALS juga punya free cash flow melimpah—Rp1,15 triliun setahun terakhir—dan tidak memiliki utang jangka panjang. Rasio solvabilitas seperti current ratio (2,67) dan quick ratio (2,39) mencerminkan posisi kas yang kuat. 

Di sisi lain, pertumbuhan laba RALS naik lebih dari 100 persen secara tahunan, dengan margin laba bersih yang menyentuh hampir 19 persen. Ini menunjukkan bahwa RALS mampu mengelola bisnisnya dengan efisien meskipun tekanan daya beli masih membayangi sektor ritel. 

Dividen yang dibagikan pun berasal dari kinerja nyata, bukan sekadar strategi kosmetik untuk menarik perhatian.

Sementara itu, ALII hadir sebagai pemain baru di sektor logistik yang tengah naik daun. Meskipun dividen per sahamnya hanya Rp4,5, langkah ini menandai upaya awal perusahaan untuk membangun reputasi di mata investor. 

Namun jika menilik lebih dalam, valuasi ALII masih tergolong mahal. PE ratio-nya melonjak ke 28,45, dan price to book value menyentuh 4,64—dua kali lipat lebih mahal dibanding SGRO dan RALS. Yield dividennya pun hanya 0,77 persen, cukup kecil jika dibandingkan laba bersih yang dicetak perusahaan. 

Yang menarik, margin laba bersih ALII justru sangat tinggi di 37,58 persen, dan ROE-nya mencapai 16,31 persen—mengalahkan dua pesaingnya. Namun sisi gelapnya terletak pada arus kas. 

ALII mencatat free cash flow negatif dan rasio price to cashflow yang tak masuk akal, mencapai minus 368 kali. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih belum sepenuhnya diterjemahkan menjadi kas yang nyata. 

Investor juga perlu mencermati tingginya angka days sales outstanding (216 hari), yang menandakan lamanya waktu piutang dikumpulkan dari klien.

Dari ketiganya, SGRO dan RALS tampak lebih solid secara fundamental, meskipun SGRO punya catatan pada rasio pembayaran dividen yang terlalu tinggi. 

Sementara ALII mungkin cocok bagi investor bertoleransi risiko tinggi dan percaya pada potensi jangka panjang sektor logistik. 

Sebelum menentukan pilihan, ada baiknya investor menyesuaikan strategi dengan profil risiko masing-masing, dan tentu saja, tidak hanya terpaku pada angka dividen semata.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79