KABARBURSA.COM - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyoroti urgensi pemahaman orang tua dan keluarga mengenai nutrisi guna mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama stunting akibat kekurangan gizi kronis.
Menekankan pada pencegahan stunting, Budi menyatakan bahwa kesadaran orang tua dan keluarga terhadap gizi menjadi langkah awal. Hal ini memungkinkan mereka membiasakan anak-anaknya untuk mengonsumsi makanan bergizi, menghindarkan risiko stunting.
Budi mengungkapkan bahwa empat dari sepuluh anak Indonesia usia 6-24 bulan tidak memperoleh Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) sesuai kebutuhan nutrisi yang seimbang. Kondisi ini meningkatkan risiko stunting pada anak berusia dua tahun.
Edukasi diidentifikasi sebagai kunci utama dalam menekan risiko stunting bagi anak-anak Indonesia. Budi menekankan perlunya penguatan edukasi dan pendampingan melalui kolaborasi multi-pihak.
Dalam konteks upaya pencegahan stunting, Kepala Biro Perencanaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Wahidin, menyampaikan tekad pemerintah untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Wahidin menegaskan bahwa upaya ini melibatkan berbagai pihak dalam model kerjasama Pentahelix, bukan hanya pemerintah. Ia menekankan pentingnya langkah bersama untuk mencapai target angka stunting yang ambisius.
BKKBN, melalui tiga prioritasnya, berkontribusi pada upaya menurunkan angka stunting. Fokus dimulai dari calon pengantin dengan memastikan kesehatan fisik dan mental, pendampingan ibu hamil, hingga pemberian gizi seimbang pada 1000 hari pertama kehidupan anak.
Wahidin menekankan pentingnya kesehatan calon pengantin perempuan sebelum menikah, memastikan kehamilan yang sehat, serta memberikan asupan gizi yang baik, cukup, dan beragam selama 1000 hari pertama kehidupan anak.
Dalam menghadapi stunting, edukasi, pemantauan kesehatan, dan pemberian nutrisi yang tepat pada periode awal kehidupan menjadi kunci untuk memastikan tumbuh kembang anak secara optimal.