KABARBURSA.COM - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait menegaskan bahwa program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) seharusnya bersifat sukarela, bukan wajib.
Maruarar menyatakan dirinya sependapat dengan pandangan publik bahwa yang namanya “tabungan” tidak bisa dipaksakan menjadi kewajiban.
“Posisi saya kalau tabungan, ya tabungan. Nama harus menyesuaikan fungsinya. Kalau mau wajib jangan pakai nama tabungan,” kata Maruarar kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Selasa 26 November 2024.
Dia pun meminta Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) membuat terobosan untuk menjadikan program ini lebih menarik di mata masyarakat.
“Jangan kerjanya maksa saja. Terkadang kita maksa tapi tidak ada manfaatnya, ya orang yang dipaksa marah lah. Jadi bapak (BP Tapera) tolong pikirkan bagaimana masyarakat mau menabung dengan Tapera dan keuntungan untuk mereka apa kalau menabung di Tapera,” tegas Ara, panggilan akrab sang menteri.
Maruarar juga mendorong BP Tapera untuk mengevaluasi dan jika perlu mengubah aturan guna mendukung Program 3 Juta Rumah. Dengan begitu, masyarakat akan mendapat kepastian untuk memiliki hunian dengan harga terjangkau.
Dia menyebutkan, Program 3 Juta Rumah merupakan salah satu prioritas pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam menyediakan perumahan, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Lanjut Maruarar, salah satu cara yang dilakukan adalah memanfaatkan lahan sitaan atau rampasan dari koruptor.
Hingga kini, Kejaksaan Agung telah menyita lahan seluas 1.000 hektare di Banten yang berpotensi digunakan untuk program tersebut.
Selain itu, Maruarar mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan besar, seperti Agung Sedayu Group, Adaro Group, Salim Group, dan Astra, telah berkomitmen mendukung program ini melalui skema corporate social responsibility (CSR).
Berdasarkan data Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) per 30 Oktober 2024, capaian pembangunan perumahan pemerintah baru mencapai 94.086 unit dari target 145.976 unit. Rinciannya meliputi 2.268 unit rumah susun dari target 7.745 unit, 1.426 unit rumah khusus dari target 2.732 unit, dan 90.402 unit rumah swadaya dari target 135.319 unit.
Sementara itu, realisasi bantuan pembiayaan perumahan melalui subsidi atau fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) mencapai 177.961 unit dari target 200.000 unit. Sedangkan melalui program Tapera, baru terealisasi 4.411 unit dari target 7.525 unit.
Kemenkeu Suntik Program Rumah Subsidi FLPP Rp13,7 Triliun
Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp13,7 triliun untuk mendukung program rumah subsidi melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Anggaran tersebut telah digunakan untuk membangun 165.880 unit rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) hingga Oktober 2024.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa program FLPP dirancang untuk memberikan akses kepada MBR terhadap hunian yang layak.
“Program FLPP telah terealisasi dengan jumlah 165.880 unit hingga Oktober 2024,” ujar Sri Mulyani melalui akun Instagram resminya, dikutip Senin, 25 November 2024.
Kuota awal FLPP untuk tahun 2024 ditetapkan sebesar 166.000 unit. Namun, pada Agustus 2024, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan alokasinya menjadi 200.000 unit. Keputusan ini diambil berdasarkan kebutuhan yang meningkat, khususnya di kalangan masyarakat kelas menengah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa sektor perumahan menjadi pengeluaran terbesar kedua masyarakat kelas menengah.
“Dengan kebijakan yang berlaku sejak 1 September, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kelas menengah untuk memiliki hunian sekaligus mendukung pertumbuhan sektor konstruksi. Sektor ini memiliki efek berganda yang tinggi terhadap perekonomian,” ungkap Airlangga.
Selain menambah kuota FLPP, pemerintah juga memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100 persen hingga akhir Desember 2024.
Insentif ini bertujuan memperkuat daya beli masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan sektor properti dan konstruksi, yang menjadi salah satu penggerak utama perekonomian nasional.
Dengan langkah ini, pemerintah berharap dapat mendorong penyediaan hunian terjangkau dan mendukung pemulihan ekonomi melalui kontribusi sektor properti dan konstruksi.
Kuota FLPP Tahun 2025
Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Joko Santoso mengungkapkan bahwa pada tahun 2025, kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) akan ditetapkan sebanyak 300.000 unit, ditambah 40.000 unit dari Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). Dengan demikian, total kuota FLPP untuk tahun tersebut mencapai 340.000 unit.
“Kuota FLPP untuk tahun depan adalah 300.000, ditambah dengan tambahan dari rumah BP Tapera sebanyak 40.000 unit. Jadi totalnya 340 ribu unit,” kata Joko dalam konferensi pers kepada Kabar Bursa di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Selasa, 29 Oktober 2024.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait mengungkapkan bahwa anggaran sebesar Rp5,07 triliun saat ini banyak dialokasikan untuk proyek Multi Year Contract (MYC) atau proyek lanjutan. Menanggapi hal ini, Joko menilai bahwa anggaran untuk 300.000 unit rumah FLPP diperkirakan bisa lebih dari Rp5 triliun. Dia menekankan, perlunya pemahaman yang jelas mengenai penganggaran dan peruntukan dana agar program pembangunan rumah dapat berjalan dengan baik.
“Kalau kita lihat, untuk anggaran 300.000 unit saja, nilainya sekitar Rp26 triliun. Apakah itu exclude atau include? Jika termasuk, maka hal itu tidak mungkin,” tuturnya.
Di sisi lain, Joko menekankan bahwa perencanaan anggaran untuk program pembangunan 3 juta rumah dalam setahun bukan berasal dari anggaran baru, melainkan merupakan transformasi alokasi subsidi dari BBM menjadi subsidi untuk angsuran rumah masyarakat.
“Sekali lagi, itu bukan anggaran baru, tetapi adalah transformasi, merubah peruntukan dari subsidi BBM menjadi subsidi untuk angsuran rakyat,” jelas Joko.
Sebelumnya, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait mengungkapkan bahwa pihaknya hanya diberi anggaran Rp5,07 triliun untuk membangun 3 juta rumah pada tahun 2025.
“Anggarannya Rp5,07 triliun. Dari anggaran sebesar itu kami akan breakdown. Kami akan menerapkan keterbukaan publik,” kata Maruarar saat ditemui di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Senin, 28 Oktober 2024.
Dia membandingkan dengan anggaran pada tahun sebelumnya, sebesar Rp14,68 triliun, yang hanya mampu merealisasikan pembangunan sekitar 200.000 unit rumah.
“Tahun 2024, anggaran yang diberikan Rp14 triliun, tapi yang berhasil dibangun hanya 200.000 unit rumah,” ujarnya.
Meskipun demikian, Maruarar tetap optimis bahwa program pembangunan 3 juta rumah dapat direalisasikan dengan baik. Pada tahap awal, akan dibangun rumah susun (rusun) dengan anggaran Rp3,53 triliun. Rincian pembangunan rusun ini mencakup penyediaan hunian vertikal untuk TNI/Polri dan ASN di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, serta renovasi 10 tower rusun di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
“Alokasi untuk pengadaan rumah swadaya ditetapkan sebesar Rp747 miliar, yang akan mendukung pembangunan melalui skema Bantuan Stimulus Perumahan Swadaya (BSPS) dan diimplementasikan melalui program padat karya sebanyak 34.289 unit,” papar Maruarar.
Selain itu, alokasi untuk pembangunan ‘Rumah Khusus’ ditetapkan sebesar Rp105 miliar, sementara untuk Rumah Umum dan komersial sebesar Rp121 miliar, dan manajemen serta teknis lainnya sebesar Rp575 miliar. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.