KABARBURSA.COM – PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) kembali menghadapi tekanan kinerja pada kuartal I-2025.
Emiten pengolah kakao dan cokelat ini mencatatkan penurunan pendapatan menjadi Rp36,36 miliar dari Rp41,48 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Perseroan membukukan rugi bersih Rp18,25 miliar, melebar dibanding rugi Rp8,74 miliar pada kuartal I-2024, akibat beban administrasi dan bunga pinjaman yang menekan margin usaha.
Laporan keuangan memperlihatkan ekuitas perusahaan menyusut menjadi Rp79,8 miliar per Maret 2025, dari Rp98,07 miliar pada akhir 2024. Total aset mencapai Rp433,27 miliar, sementara liabilitas membengkak menjadi Rp353,45 miliar.
Beban utang jangka pendek didominasi pinjaman bank Rp71,1 miliar dan medium term notes Rp50 miliar, sedangkan utang jangka panjang mencapai Rp166 miliar.
Anak usaha seperti PT Dlanier Gaya Indonesia, PT Biji Kopi Internusa, serta PT Wahana Retail Nusantara tetap menjadi penopang diversifikasi bisnis. Namun, kontribusi mereka belum mampu mengimbangi rugi bersih entitas induk.
Kondisi ini membuat manajemen mengajukan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebagai strategi memperbaiki struktur permodalan dan memperkuat likuiditas.
Rincian HMETD COCO
COCO akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,67 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham melalui HMETD II. Harga pelaksanaan ditetapkan Rp100 per saham, sehingga perseroan berpotensi meraup dana segar maksimal Rp266,95 miliar.
Setiap 1 saham lama yang tercatat pada recording date 10 Oktober 2025 memberikan hak atas 3 HMETD, dan setiap HMETD dapat digunakan membeli 1 saham baru.
Periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD dijadwalkan pada 13–17 Oktober 2025 di Bursa Efek Indonesia. Mahogany Global Investment Pte. Ltd., pemegang saham pengendali dengan porsi 61,12 persen, bertindak sebagai pembeli siaga dan berkomitmen menyerap sisa saham hingga 868,47 juta saham jika tidak diambil investor lain.
Dana hasil rights issue akan digunakan untuk membayar utang jangka pendek, memperkuat kas, dan menambah modal kerja guna mendukung distribusi dan ekspansi usaha.
Skema rights issue ini akan berdampak signifikan terhadap struktur kepemilikan. Jika pemegang saham lama tidak mengeksekusi haknya, dilusi kepemilikan bisa mencapai 75 persen setelah HMETD tuntas. Dengan demikian, aksi korporasi ini menjadi penentu arah kelangsungan usaha dan prospek saham COCO ke depan.
Analisis Kinerja Saham dan Valuasi
Performa saham COCO masih fluktuatif, bergerak pada kisaran Rp430–500 dalam sepekan terakhir. Saham sempat melonjak 24,38 persen ke Rp500 pada 29 September 2025, namun kembali terkoreksi ke Rp438 pada 3 Oktober 2025.
Rata-rata harga perdagangan berada di Rp445 dengan volume transaksi tipis, mencerminkan dominasi spekulasi investor terhadap rencana rights issue.
Secara valuasi, COCO diperdagangkan dengan PBV sekitar 5–6 kali, jauh di atas rata-rata emiten sektor makanan dan minuman yang berada di bawah 3 kali.
Tingginya PBV ini menandakan harga saham diperdagangkan premium meski ekuitas terus tergerus. Dari sisi P/E, posisi COCO masih negatif akibat rugi berulang, sehingga valuasi berbasis laba tidak dapat dijadikan acuan.
Kondisi ini membuat harga saham jangka pendek bergantung pada keberhasilan HMETD. Jika dana segar digunakan efektif untuk menekan beban bunga dan memperbaiki arus kas, saham berpotensi mendapat revaluasi.
Sebaliknya, bila investor enggan berpartisipasi, saham berisiko kembali terkoreksi seiring beban fundamental yang belum membaik.
Prospek Kepemilikan Saham COCO
Secara fundamental, COCO menghadapi tantangan menjaga kelangsungan usaha dengan rugi bersih konsisten dan ketergantungan pada pinjaman berbunga tinggi.
HMETD menjadi langkah strategis untuk memperkuat modal, mengurangi leverage, dan menyeimbangkan kembali posisi keuangan. Implementasi aksi korporasi ini akan menentukan arah perbaikan fundamental ke depan.
Secara teknikal, pergerakan saham menunjukkan pola sideway dengan kecenderungan spekulatif. Minimnya partisipasi investor institusi menandakan pasar masih berhati-hati.
Jika HMETD terlaksana dengan baik, saham berpotensi keluar dari tekanan teknikal dan memperoleh momentum revaluasi.
Investor konservatif disarankan menunggu kepastian hasil rights issue dan laporan keuangan kuartal berikutnya. Sementara investor agresif dapat melihat peluang trading jangka menengah dengan risiko tinggi.
Dengan kondisi saat ini, saham COCO berada dalam fase kritis, di mana keberhasilan HMETD akan menentukan apakah saham layak ditahan atau dilepas. (*)