Logo
>

Minyak Dunia Segera Tembus USD120, RI Kukuh Tahan Harga BBM

Ditulis oleh KabarBursa.com
Minyak Dunia Segera Tembus USD120, RI Kukuh Tahan Harga BBM

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia diproyeksikan rawan menembus rentang USD100 hingga USD120 per barel hingga penutupan semester I-2024, pada saat Indonesia bertahan untuk menahan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamina sampai dengan Juni.

    Ekonom Senior/Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengatakan risiko lonjakan harga minyak dunia tersebut sangat mungkin termanifestasi apabila gencatan senjata tidak terjadi di jalur Gaza dan Laut Merah.

    “Saya ada paper, ada skenario kalau perang di Laut Merah dan Jalur Gaza tidak selesai atau tidak terjadi gencatan senjata, harga minyak bisa melejit; kisarannya USD100 hingga USD120 per barel,” ujar Ryan saat dihubungi, Kamis 4 April 2024.

    Ryan menjabarkan dua jenis skenario mengenai proyeksi harga minyak dunia hingga medio tahun berjalan, baik untuk acuan West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent. Dalam skenario moderat, harga minyak dunia bisa bergerak pada kisaran USD82 per barel hingga USD90 per barel.

    Namun, dalam skenario konservatif, harga minyak diproyeksikan bisa tembus USD100 per barel.

    “[Ini terjadi] karena perang Ukraina belum selesai, pertempuran Hamas-Israel belum selesai dan ketegangan geopolitik laut merah karena tentara atau kelompok Houthi masih mengganggu distribusi minyak dunia.”

    Hari ini, harga minyak resmi memperpanjang kenaikan mendekati level tertinggi lima bulan setelah OPEC+ mengonfirmasi akan mempertahankan pengurangan pasokan. Brent untuk penyelesaian Juni naik 0,3 persen menjadi USD89,65 per barel pagi ini, mendekati level psikologis USD90 per barel. WTI untuk pengiriman Mei naik 0,3 persen menjadi USD85,72 per barel.

    Ryan menyebut harga minyak dunia dalam situasi normal seharusnya stabil dalam rentang USD75 per barel hingga USD80 per barel, baik untuk WTI maupun Brent.

    Namun, peningkatan risiko geopolitik saat ini, baik di jalur Gaza hingga Laut Merah menyebabkan adanya disrupsi armada transportasi, di mana kapal pengangkut atau tanker milik Amerika Serikat, Inggris, bahkan negara-negara anggota OPEC pun terganggu.

    Dalam kaitan itu, kapal-kapal tanker minyak terpaksa mengubah rute, di mana seharusnya bisa melalui Laut Merah atau Terusan Suez, justru harus menempuh jalur memutar. “Memutar lewat pinggir Benua Afrika, lewat Etiopia dan sebagainya, yang mana memberikan dampak kenaikan biaya angkutan.”

    Selain biaya angkutan mahal, perpanjangan rute juga menambah ongkos asuransi karena perpanjangan rute menyebabkan penambahan 30 hari pelayaran.

    “Akibatnya saya amati [harga minyak dunia saat ini] USD85 per barel hingga USD87 per barel, itu juga dampak langsung peningkatan risiko geopolitik,” ujar Ryan.

    Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual juga mengestimasikan harga minyak dunia bisa melampaui USD100 per barel bila terjadi eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah.

    Namun, harga minyak dunia juga berpotensi dalam kisaran USD85 per barel hingga USD95 per barel bila tidak terjadi eskalasi.

    “Selain pemangkasan produski OPEC, kenaikan [harga minyak] terkait juga dengan perkembangan geopolitik di Timur Tengah. Kalau terjadi eskalasi kemungkinan akan mengarah ke lebih dari USD100/barel,” ujar David.

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menyatakan dana kompensasi yang disiapkan pemerintah untuk bensin jenis Pertalite berpotensi membengkak, seiring dengan terus naiknya harga minyak dunia pada saat Pertamina dituntut untuk menahan harga BBM di dalam negeri hingga Juni 2024.

    Selain karena faktor harga minyak dunia yang terus naik, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga memengaruhi biaya kompensasi yang harus dibayarkan pemerintah ke Pertamina.

    Untuk diketahui, harga minyak dunia yang tinggi menyebabkan kenaikan harga impor BBM lantaran mengikuti Mean of Platts Singapore (MOPS). MOPS merupakan bagian biaya perolehan atas penyediaan BBM jenis bensin dan minyak solar dari produksi kilang dalam negeri dan/atau impor sampai dengan terminal/depot BBM.

    “Iya [kompensasi lebih besar]. Secara rumusnya, kompensasi adalah beda harga keekonomian dan subsidi. Kalau harga naik, pasti bedanya besar [dan] dikalikan dengan volume,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadjim di kompleks parlemen, Rabu 3 April 2024, kemarin.

    Sekadar catatan, rupiah spot dibuka melemah lebih jauh dalam pembukaan perdagangan jelang libur panjang Lebaran, Kamis 4 April 2024, di tengah tren penguatan mata uang Asia. Mata uang Garuda dibuka di Rp15.937/USD pada pukul 09:01 WIB, melemah 0,1 persen dari level penutupan hari sebelumnya.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi