Logo
>

Momentum Positif Emiten Perbankan Masih akan Berlanjut

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Momentum Positif Emiten Perbankan Masih akan Berlanjut

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Momentum positif saham perbankan diproyeksikan masih akan berlanjut setelah adanya pemotongan suku bunga acuan dari Bank Indonesia dan The Fed beberapa waktu lalu. Global Markets Strategist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto, memandang performa saham perbankan masih terpantau sangat baik di tengah suku bunga yang relatif murah.

    "Kita harapkan dengan iklim suku bunga yang lebih murah itu, NPL (Non Performing Loan) dari perbankan juga akan menurun sehingga risiko berbisnis perbankan juga lebih baik," kata dia kepada Kabarbursa.com, Senin, 30 September 2024.

    Myrdal memandang dorongan atau momentum positif ini masih akan terus berlanjut. Terlebih bagi emiten besar perbankan seperti  BCA (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), BNI (BBNI), dan BRI (BBRI).

    "Memang, emiten perbankan ini masih akan sangat menarik apalagi kalau tren penurunan suku bunga terus berlanjut," ungkapnya.

    Selain empat bank besar tersebut, Myrdal melihat ada beberapa bank yang kinerja sahamnya patut dicermati juga. Salah satunya adalah Bank OCBC NISP (NISP) yang memiliki valuasi murah dan performa keuangan kuat.

    "Lalu ada PNBN (Bank Pan Indonesia) juga BNGA (Bank CIMB Niaga)," ujarnya.

    Perketat Penyaluran Kredit

    Perbankan harus tetap hati-hati menyalurkan kredit setelah bunga acuan (BI Rate) dipangkas oleh Bank Indonesia (BI). Diketahui, BI resmi memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Hal tersebut dilakukan dalam agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, pada Rabu, 18 September 2024.

    Selain BI Rate, suku bunga deposit facility juga dipangkas menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.

    Senior Equity Research Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia Ezaridho Ibnutama, mengatakan dengan likuiditas perbankan yang menurun namun pasokan M2 meningkat, kredit murah diproyeksi menjaga konsumsi tetap bertahan.

    Meski begitu, Ezaridho mengimbau agar perbankan  lebih ketat dalam memberikan pinjaman kepada nasabah.

    “Dengan hadirnya kredit yang lebih murah di pasar keuangan domestik dan global, bank harus lebih ketat dalam memberikan pinjaman kepada peminjam, bukan menguranginya,” ujar Ezaridho dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com, 18 September 2024.

    Kredit yang lebih murah, lanjutnya, bisa menjaga konsumsi agar tidak jatuh dan mencegah deflasi tahunan hingga masa pemerintahan baru.

    Namun, dia memandang kemampuan konsumen dan perusahaan untuk melunasi utang-utang tersebut menjadi terhambat setelah adanya pandemi Covid-19.

    “Menghabiskan tabungan masyarakat dan inflasi yang tidak terkendali melumpuhkan daya beli konsumen,” ungkapnya.

    Pangkas Suku Bunga, BI Dorong Pertumbuhan Ekonomi

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengatakan bahwa keputusan penurunan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 dalam sasaran 2,5±1 persen.

    “Penurunan BI Rate telah sesuai dengan stabilitas nilai tukar rupiah, perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 18 September 2024.

    BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.

    Selain itu, Perry menyebutkan, bahwa BI juga terus memantau peluang untuk menurunkan suku bunga kebijakan dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

    Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga difokuskan pada dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Pelonggaran kebijakan makroprudensial tetap dijalankan guna mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk sektor UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian.

    Kebijakan sistem pembayaran pun diarahkan untuk berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan, khususnya di sektor perdagangan dan UMKM, dengan memperkuat infrastruktur, struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas penerimaan digitalisasi sistem pembayaran.

    Strategi Ekonomi Berkelanjutan

    Sementara itu Bank Indonesia juga telah menyusun sejumlah langkah menentukan arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Salah satu strategi yang akan ditempuh adalah penguatan operasi moneter pro-market untuk menjaga aliran masuk modal asing untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan menjaga struktur suku bunga di pasar uang rupiah untuk daya tarik imbal hasil bagi aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.

    “BI juga akan mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI),” kata Perry.

    Langkah lain yang akan ditempuh adalah memperkuat strategi transaksi term-repo dan swap valas yang kompetitif dan memperkuat peran Primary Dealer (PD) untuk semakin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar.

    Strategi lain yang akan ditempuh BI adalah stabilisasi nilai tukar melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

    Kemudian, meningkatkan publikasi asesmen transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan lebih mendalami suku bunga kredit berdasarkan sektor-sektor prioritas yang termasuk dalam cakupan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.