KABARBURSA.COM - PT Murni Sadar Tbk (MTMH) baru-baru ini menyelesaikan akuisisi terhadap PT Gamaliel Elia Tua (GET), sebuah perusahaan perdagangan besar alat laboratorium dan farmasi, dengan nilai transaksi sebesar Rp800 juta. Akuisisi ini adalah bagian dari strategi MTMH untuk memperkuat dan meningkatkan efisiensi dalam pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan untuk jaringan rumah sakit Murni Teguh.
Sebagai bagian dari akuisisi ini, MTMH juga melakukan suntikan modal tambahan sebesar Rp1 miliar kepada GET. Dengan tambahan modal ini, modal dasar dan modal disetor GET meningkat menjadi Rp2 miliar dari sebelumnya Rp1 miliar. Peningkatan modal ini diambil bagian oleh MTMH dan Bapak Tjhin Ten Chun, yang menunjukkan komitmen perusahaan dalam memperkuat posisi GET sebagai penyedia alat kesehatan dan farmasi.
Tujuan dan Manfaat Akuisisi:
- Peningkatan Efisiensi: Dengan akuisisi dan penambahan modal, MTMH bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengadaan persediaan, terutama alat kesehatan dan obat-obatan. Ini diharapkan dapat memperbaiki operasional utama rumah sakit yang dikelola oleh MTMH.
- Penguatan Pasokan: Langkah ini akan memperkuat kemampuan MTMH dalam memastikan pasokan alat kesehatan dan obat-obatan, yang sangat penting untuk pelayanan yang optimal di seluruh jaringan rumah sakit Murni Teguh.
Kondisi Keuangan MTMH:
- Total Aset: Rp2,27 triliun (hingga 30 Juni 2024)
- Kas dan Setara Kas: Rp3,02 miliar
- Total Ekuitas: Rp1,45 triliun
Kekuatan keuangan MTMH, sebagaimana tercermin dalam data terbaru, mendukung langkah-langkah strategis seperti akuisisi dan penguatan modal yang dilakukan. Ini memberikan landasan yang solid bagi MTMH untuk melanjutkan strategi pengembangan bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional.
Dengan akuisisi ini, MTMH diharapkan dapat mencapai efisiensi yang lebih besar dalam pengelolaan persediaan, yang pada gilirannya akan mendukung pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih efisien di seluruh jaringan rumah sakit yang mereka kelola.
Masih Menjanjikan
Sektor farmasi tetap menjadi salah satu area yang menjanjikan untuk investasi di tahun 2024. Potensi besar di pasar ini didorong oleh sejumlah faktor penting.
Indonesia, dengan populasi mencapai 270 juta orang, serta dunia yang kini berjumlah 8 miliar, menawarkan pasar yang sangat luas. Kebutuhan akan obat-obatan dan alat kesehatan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan peningkatan pendapatan, baik di dalam negeri maupun di negara-negara lain seperti di Afrika dan Timur Tengah. Hal ini membuka peluang ekspansi yang signifikan bagi perusahaan farmasi, khususnya di negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Inovasi merupakan aspek penting dalam sektor farmasi. Perusahaan-perusahaan farmasi perlu terus menerapkan teknologi terkini seperti kecerdasan buatan (AI) dan blockchain untuk meningkatkan pengembangan produk dan efisiensi operasional. Penemuan alat kesehatan terbaru dan pengembangan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan penyakit yang berkembang akan sangat menentukan kesuksesan perusahaan di pasar ini.
Kemitraan strategis dan kolaborasi juga memainkan peran kunci. Perusahaan farmasi dapat menggandeng universitas dan lembaga penelitian untuk mengembangkan produk inovatif. Kemitraan ini dapat membantu memperluas portofolio produk dan meningkatkan kualitas, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan dan daya saing perusahaan di pasar.
Dalam konteks investasi, sektor farmasi menawarkan peluang yang menarik. Contohnya, PT Phapros Tbk, yang merupakan bagian dari holding BUMN farmasi, sedang aktif dalam kemitraan dengan berbagai lembaga untuk inovasi dan pengembangan produk. Perusahaan ini juga mengembangkan berbagai bentuk sediaan produk dan memiliki produk unggulan seperti Antimo. Sebagai emiten syariah, Phapros menunjukkan kinerja keuangan yang solid serta pergerakan harga saham yang menarik bagi investor, khususnya untuk portofolio jangka panjang.
Secara keseluruhan, sektor farmasi masih dipandang positif dan memiliki potensi tinggi. Inovasi, kemitraan strategis, dan teknologi terkini akan terus menjadi faktor penting yang mendorong pertumbuhan dan daya tarik investasi di sektor ini.
Salah satu emiten farmasi yang masih menarik adalah Kalbe Farma. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melaporkan hasil keuangan yang positif untuk semester pertama tahun 2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 18,06 persen menjadi Rp1,81 triliun. Kenaikan laba ini didorong oleh pertumbuhan penjualan yang mencapai 7,57 persen, dengan total penjualan mencapai Rp16,33 triliun hingga Juni 2024.
Namun, seiring dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan juga meningkat 9,53 persen, menjadi Rp9,86 triliun. Meski demikian, laba kotor KLBF mengalami peningkatan sebesar 4,72 persen, mencapai Rp6,46 triliun.
Rincian beban perusahaan mencakup:
- Beban penjualan sedikit meningkat menjadi Rp3,22 triliun, dibandingkan dengan Rp3,20 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
- Beban umum dan administrasi mengalami penurunan menjadi Rp731,1 miliar dari Rp734,5 miliar.
- Beban penelitian dan pengembangan meningkat menjadi Rp215,6 miliar dari Rp207,0 miliar.
Pendapatan operasi lainnya meningkat menjadi Rp48,06 miliar dari Rp34,49 miliar. Beban operasi lainnya mengalami penurunan signifikan menjadi Rp27,3 miliar dari Rp136,2 miliar. Selain itu, penghasilan bunga meningkat menjadi Rp75,4 miliar, sementara beban bunga dan keuangan turun menjadi Rp37,7 miliar dari Rp50,0 miliar.
Bagian laba dari entitas asosiasi bersih turun menjadi Rp15,8 miliar dari Rp23,2 miliar sebelumnya. Meskipun demikian, laba sebelum beban pajak penghasilan meningkat 22,2 persen menjadi Rp2,36 triliun dari Rp1,93 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Total aset KLBF per akhir semester I 2024 mencatat kenaikan sebesar 5,5 persen year-to-date, mencapai Rp28,56 triliun.
Dengan kinerja yang solid ini, KLBF menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan efisiensi dan mengembangkan produk untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan.(*)