KABARBURSA.COM - PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatat pertumbuhan penjualan yang solid pada kuartal I 2024, mencapai Rp8,8 triliun atau meningkat sebesar 3,7 persen (year on year/yoy). Pertumbuhan ini dipicu oleh peningkatan penjualan di pasar domestik yang mencapai Rp5,6 triliun dan peningkatan volume dalam kardus sebesar 12 persen.
Perusahaan meraih keuntungan dari selisih kurs senilai Rp74,6 miliar dibandingkan dengan kerugian kurs sebesar Rp184,1 miliar pada kuartal I 2023, yang kemudian dicatatkan sebagai keuntungan lain-lain sebesar Rp93,5 miliar. Akibatnya, laba bersih MYOR mengalami peningkatan signifikan sebesar 52,9 persen yoy menjadi Rp1,1 triliun.
Menurut Andhika Audrey, seorang analis saham dari Panin Sekuritas, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) memperkenalkan pedoman Gross Profit Margin (GPM) dengan tingkat konservatif sebesar 25 persen, sebagai respons terhadap perhatian perusahaan terhadap fluktuasi harga bahan baku yang dapat mempengaruhi GPM perusahaan, terutama untuk produk kopi dan kakao.
"MYOR telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga marjin laba kotor, termasuk penyesuaian harga atau gramasi produk," ungkap dia dalam risetnya.
Andhika memperlihatkan pandangan yang lebih optimis terhadap prospek masa depan perusahaan yang ditargetkan mencapai pertumbuhan tingkat digit tunggal tinggi (4-5 persen), yang akan didorong oleh pemulihan ekspor perusahaan. Penurunan ekspor pada kuartal pertama ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
"Pertama, adanya penyesuaian persediaan (inventory adjustment) di Vietnam, Thailand dan Filipina; kedua, pergantian nama distributor di Thailand (one-off); dan ketiga pelemahan kondisi ekonomi di beberapa negara ASEAN," ujarnya.
Manajemen percaya kinerja ekspor perseroan akan pulih bertahap pada kuartal II 2024. Dari sisi domestik, pertumbuhan akan didorong oleh volume pasca mulai beroperasinya pabrik wafer di Balaraja (opening 3 line) yang saat ini menambah kapasitas produksi sebesar 3 persen (2024 naik 10 persen).
Andhika masih merekomendasikan saham MYOR BUY, namun menurunkan target harga ke Rp3.200.
"Kami melihat optimisme outlook perseroan terkait pemulihan kinerja ekspor yang sempat turun dikarenakan faktor teknis, namun patut diketahui ketika bahan baku perseroan mengalami kenaikan, maka antisipasi dari MYOR akan berdampak kepada daya beli masyarakat karena produk FMCG sangat sensitif terhadap harga," jelasnya.
"Kami juga mengantisipasi adanya pelemahan permintaan seiring dari lower seasonality setiap kuartal II (pasca lebaran dan pemilu 2024), namun kami melihat adanya atractiveness dari valuasi saham saat ini menyentuh -1x std.dev rata-rata PE selama 5 tahun," Andhika memaparkan.
"Sejalan dengan ini, kami masih mempertahankan rekomendasi BUY dengan melakukan penyesuaian harga menjadi Rp3.200 (sebelumnya Rp3.300 (implied PE 21,4x di 2024F) setara dengan -1x std dev rata-rata PE 5 tahun terakhir," pungkasnya.
Potensi Pertumbuhan MYOR
Pandhu Dewanto, seorang analis dari Investindo Nusantara Sekuritas, memprediksi bahwa kinerja MYOR memiliki potensi untuk pertumbuhan pada tahun 2024 ini. Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan, seperti dampak inflasi yang dapat melemahkan daya beli masyarakat.
"Dengan pandangan yang lebih hati-hati, mungkin pasar akan menganggap bahwa pertumbuhan akan lebih terbatas, sehingga kemungkinan akan menunggu untuk melihat bagaimana kinerja aktual MYOR di kuartal pertama tahun 2024 ini," ujar Pandhu.
Meskipun demikian, Pandhu menyatakan bahwa kinerja MYOR masih berpotensi untuk tumbuh pada tahun ini, terutama didukung oleh kinerja MYOR tahun lalu serta dampak penurunan harga bahan baku seperti minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan gandum. Hal ini telah meningkatkan profit margin MYOR, meskipun pertumbuhan pendapatan hanya sedikit.
Pandhu menjelaskan bahwa secara siklikal, tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk MYOR cenderung meningkat pada momen lebaran. Pada momen tersebut, konsumsi dapat meningkat sebesar 20 persen-30 persen, bahkan mencapai 40 persen dibandingkan bulan-bulan biasanya.
"Termasuk momen lebaran tahun ini yang diharapkan dapat kembali mengangkat kinerja Mayora Indah," tambahnya.
Pandhu juga menyebut beberapa sentimen yang perlu diperhatikan, seperti stabilnya harga bahan baku dan normalisasi harga, tingkat daya beli masyarakat yang masih relatif lambat di tengah ancaman inflasi, dan strategi promosi MYOR yang efektif dalam membuatnya menjadi pilihan utama konsumen tanpa mengeluarkan biaya iklan yang berlebihan.
Dengan prospek yang positif untuk tahun ini, Pandhu juga menyarankan untuk membeli saham MYOR, dengan target harga Rp3.000 per saham, dan masih memiliki potensi menarik untuk dijadikan investasi jangka panjang.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.