KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tekanan yang dihadapi keuangan negara akibat pergerakan harga komoditas, khususnya minyak dan batu bara. Menurutnya, naik-turunnya harga kedua komoditas ini memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
"Jatuh bangunnya harga komoditas tentu menyebabkan dampak signifikan bagi ekonomi Indonesia," ungkap Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI pada Senin, 20 Mei 2024.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa ketika harga komoditas tinggi, pertumbuhan ekonomi terdorong melalui peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Namun, saat harga komoditas jatuh, pertumbuhan ekonomi dan posisi fiskal mengalami tekanan berat.
Dalam penyampaian Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) untuk RAPBN Tahun Anggaran 2025, Sri Mulyani merinci berbagai tantangan yang dihadapi kas negara akibat fluktuasi harga komoditas energi.
Contohnya, harga minyak mentah Brent yang melonjak ke USD 115 per barel pada Juni 2014 kemudian anjlok tajam ke USD 28 per barel pada Januari 2016. Pada masa pandemi 2020, harga Brent kembali turun ke level terendah USD 23 per barel.
Namun, karena ketegangan geopolitik dan perang di Ukraina, harga melonjak hingga USD 120 per barel pada Juni 2022. "Pada tahun 2023, harga minyak turun tajam kembali menjadi USD 65 per barel, kemudian naik ke USD 90 per barel di awal 2024 akibat perang Gaza di Palestina," tambahnya.
Selain itu, Sri Mulyani mencatat harga batu bara yang sempat melambung ke USD 430 per ton pada September 2022, lalu turun tajam ke USD 127 per ton pada November 2023.
"Harga CPO juga pernah turun terendah USD 544 per ton pada Juli 2019, kemudian melonjak mencapai USD 1.800 per ton pada Maret 2022," jelasnya.
Berturut Turut Anjlok
Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) terus mengalami penurunan selama lima minggu berturut-turut, menunjukkan tren bearish yang kuat.
Pada Jumat (10/5/2024), harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Juli mencapai MYR 3.810/ton, turun 0,55 persen dibandingkan hari sebelumnya. Ini merupakan level terendah yang dicapai sejak pertengahan Februari.
Dengan turunnya harga ini, CPO resmi mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut, dengan penurunan sebesar 0,88 persen sepanjang minggu lalu.
Kini, harga CPO telah mencatat penurunan selama lima minggu beruntun, mencatatkan rentetan koreksi mingguan terpanjang sejak Desember 2017.
Penurunan harga minyak nabati lainnya, terutama minyak kedelai di Dalian (China), juga ikut menyeret harga CPO ke zona merah. Sepanjang minggu lalu, harga minyak kedelai di Dalian turun sebesar 2,04 persen.
Dalam analisis teknikal, dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjebak dalam area bearish. Hal ini tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang berada pada angka 36,3, menunjukkan posisi bearish karena RSI berada di bawah 50.
Indikator Stochastic RSI berada di angka 49,95, cenderung berada di zona netral karena hanya sedikit di bawah 50.
Dengan kondisi ini, ruang kenaikan harga CPO relatif terbatas. Target support terdekat berada di MYR 3.857/ton. Jika level ini tertembus, maka MYR 3.841/ton dapat menjadi target selanjutnya.
Komoditas Pangan Konsisten
Beberapa komoditas pangan seperti beras, daging ayam, dan telur mengalami penurunan harga yang konsisten.
Menurut Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang dirilis pada Kamis 28 Maret 2024 pukul 12.23 WIB, harga beras premium mengalami penurunan tipis sebesar 0,12 persen menjadi Rp 16.320/kg. Begitu juga dengan harga beras medium yang turun 0,21 persen menjadi Rp 14.110/kg dan kedelai impor yang turun 0,15 persen menjadi Rp 13.230/kg.
Turunnya harga juga terlihat pada bawang merah yang mengalami penurunan 0,03 persen menjadi Rp 33.970/kg, bawang putih turun 0,14 persen menjadi Rp 41.640/kg, dan cabai rawit merah yang turun 0,13 persen menjadi Rp 46.110/kg.
Selain itu, harga daging ayam ras juga mengalami penurunan sebesar 0,68 persen menjadi Rp 37.240/kg, sedangkan harga telur ayam ras turun 0,44 persen menjadi Rp 31.370/kg, dan minyak goreng kemasan sederhana turun 0,11 persen menjadi Rp 17.810/liter.
Tidak hanya itu, harga tepung terigu curah juga mengalami penurunan sebesar 0,19 persen menjadi Rp 10.580/kg, minyak goreng curah turun 0,19 persen menjadi Rp 15.860/liter, harga jagung turun 1,87 persen menjadi Rp 7.890/kg, dan garam turun 0,34 persen menjadi Rp 11.600/kg.
Meskipun begitu, ada beberapa komoditas lain yang mengalami kenaikan harga, seperti gula pasir yang naik 0,11 persen menjadi Rp 17.900/kg dan daging sapi murni yang naik 0,37 persen menjadi Rp 135.950/kg.
Sementara itu, harga cabai merah keriting tetap stabil pada Rp 43.010/kg tanpa mengalami perubahan.