KABARBURSA.COM - Amin Nurdin, dosen senior di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menyoroti nasabah perusahaan multinasional menjadi penyokong utama bank asing atau Kantor Cabang Bank Luar Negeri (KCBLN) memiliki kinerja positif.
Amin menilai, mayoritas bank asing masih memiliki potensi besar dalam berbisnis di Indonesia. Meskipun, beberapa bank asing telah meninggalkan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir atau mengurangi sebagian bisnisnya.
Ia mengartikan bahwa Indonesia berpeluang menerima banyak investasi asing dari sejumlah korporasi dari luar negeri yang berbisnis pada bang asing.
"Itu menjadi pilihan yang tak terhindarkan, mau di sektor apapun, pasti mereka garap untuk kepentingan pembayaran, payroll, dan sebagainya," ujar Amin.
Citibank N.A. Indonesia atau Citi Indonesia menunjukkan buktinya. Sejak awal 2024 perusahaan tak memiliki bisnis konsumer. Namun, bank tersebut masih mampu mencatatkan laba bersih Rp665,9 miliar selama tiga bulan pertama tahun 2024 ini atau naik 17 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia, menyampaikan hal tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan operasional lainnya dan membaiknya biaya operasional. Meskipun, pendapatan bunga bersih Citi Indonesia turun 23 persen menjadi Rp936,3 miliar di kuartal I 2024.
Hanya saja, Batara mengungkapkan untuk pendapatan bunga bersih tak bisa dibandingkan secara tahunan. Sebab, pada periode sama tahun lalu, Citi Indonesia masih menjalankan bisnis konsumer.
"Tapi kalau kita bandingkan institutional banking sama insititutional banking di kuartal I-2024, pendapatan bunga bersihnya masih tumbuh 7 persen," ungkapnya.
Lebih lanjut Batara menuturkan bahwa bisnis institusional banking masih memiliki kinerja yang positif. Meskipun, ia menyadari bahwa selama periode tiga bulan pertama 2024 ini, nasabah multinasional sedikit wait and see menunggu berlangsungnya pemilu.
Usai pemilu, Batara melihat nasabah multinasional yang dimiliki mulai bergeliat. Harapannya, hal tersebut bisa mendongkrak kredit Citi Indonesia lebih kencang lagi di sisi tahun 2024 berjalan.
"Saya lihat klien-klien Citi yang ada di Asia seperti China itu tetap berinvestasi di Indonesia dan mereka bilang setelah pemilu, Indonesia tetap menjadi pasar yang baik," tambah Batara.
HSBC Indonesia memperoleh capaian serupa Citi Indonesia. Bank mencatat pertumbuhan laba sepanjang periode kuartal I 2024 menjadi Rp820,94 miliar. Pada periode sama tahun sebelumnya, HSBC Indonesia mencatat laba bersih Rp457,49 miliar.
Meski demikian, pendapatan bunga bersih HSBC Indonesia terpantau turun 1,94 persen yoy menjadi Rp1,1 triliun. Namun, bank tersebut masih mampu meningkatkan penyaluran kredit dalam setahun dari Rp55,62 triliun menjadi Rp56,84 triliun.
Secara terpisah, Managing Director dan Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya mengatakan, segmen wholesale banking bakal melaju pada semester II 2024 dan akan menjadi penopang pertumbuhan pada kredit korporasi.
Riko menjelaskan, faktor pendorong pertumbuhan kredit korporasi HSBC yakni, masuknya penanaman modal asing alias foreign direct investment (FDI) dan aktivitas ekspor impor. Dengan target kredit korporasi tumbuh 8 persen hingga 9 persen.
"HSBC Indonesia juga telah menyiapkan sejumlah strategi, mulai dari melakukan pendekatan ekosistem baterai kendaraan listrik, kesehatan, ekonomi digital hingga ESG," ujar Riko.