KABARBURSA.COM- Prospek perusahaan-perusahaan di sektor Minyak dan Gas (Migas) masih samar sejalan dengan fluktuasi harga minyak dunia yang sangat tidak stabil. Estimasi perlambatan pertumbuhan ekonomi juga turut meredam permintaan migas di tahun 2024.
Analis MNC Sekuritas Menurut Vera dan Alif Ihsanario, volatilitas tinggi harga minyak dunia dipicu oleh kebijakan moneter yang ketat dan pengurangan produksi dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC).
"Menurunnya harga minyak karena kebijakan moneter diimbangi oleh produksi OPEC dan ketegangan geopolitik," ungkap Vera dalam risetnya, Desember 2023 lalu.
Pengurangan produksi oleh OPEC dan ketegangan geopolitik berhasil meningkatkan harga minyak mentah, tetapi peningkatan produksi dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara non-OPEC menyeimbangkan kenaikan tersebut.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS diprediksi melambat atau bahkan menghadapi resesi pada tahun 2024, yang dapat merugikan prospek harga minyak mentah. Meskipun begitu, dalam jangka panjang, harga minyak kemungkinan akan naik seiring pemulihan ekonomi.
Vera juga menyajikan dua kemungkinan dampak perang antara Israel dan Palestina terhadap harga minyak mentah. Skenario pertama melibatkan perluasan konflik ke Lebanon dan Suriah, yang bisa mendorong harga minyak hingga sekitar US$90 per barel. Skenario kedua, yang lebih buruk, adalah perang langsung antara Israel dan Iran, yang bisa meningkatkan harga minyak di atas US$140 per barel dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Vera juga menyoroti kontraksi ekonomi sebagai faktor penurunan harga gas alam. Harga gas bumi mengalami penurunan signifikan sekitar -19.4 persen year to date (ytd) pada tahun 2023, mencapai level US$3.1 per mmbtu. Meskipun perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan melemahnya ketergantungan Uni Eropa terhadap gas alam menjadi pendorong utama, konflik Israel-Palestina memicu lonjakan harga gas alam sebesar 35 persen sejak Oktober 2023, terkait penutupan fasilitas produksi gas alam utama di Israel.
Oleh karena itu, MNC Sekuritas memproyeksikan kenaikan harga gas alam dalam batas tertentu, yaitu sekitar 1,6 persen YoY di tahun 2024 dan 1,9 persen YoY di tahun 2025. Permintaan di Tiongkok, yang meningkat sekitar 7 persen YoY setiap tahun, akan menjadi pendorong utama. Di sisi penawaran, produksi global diperkirakan tumbuh sekitar 1,6 persen YoY.
Laporan terbaru menyampaikan adanya gencatan senjata di Timur Tengah. Kabar penangguhan sementara perang meredakan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak mentah yang akhirnya mempengaruhi harga.
Menurut analis Panin Sekuritas Felix Darmawan, harga migas saat ini relatif stabil karena potensi gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Meski belum ada kesepakatan gencatan senjata, proposal sudah diajukan.
"Kabar gencatan senjata menjadi sinyal penurunan tensi geopolitik di Timur Tengah. Tentu, ini menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek untuk harga minyak," kata Felix mengutip Kontan, Sabtu (5/2/2024)
Felix melihat potensi kesepakatan gencatan senjata sebagai acuan bagi OPEC+ untuk mempertahankan pemotongan produksi 1,2 juta barel per hari di kuartal I-2024. Tidak menutup kemungkinan OPEC+ akan melakukan pemangkasan produksi lebih dalam.
Sebagai hasil proyeksi, Felix memprediksi harga minyak global berada di kisaran US$80 – US$ 85 per barel di tahun 2024. Sementara harga gas alam diperkirakan berada di kisaran US$2,2 - US$2,5 per mmbtu karena tingginya cadangan gas di Eropa, mencapai lebih dari 70 persen selama musim dingin ini dibandingkan rata-rata selama 7 tahun terakhir, yakni sekitar 35 persen.
Vera menambahkan, meski harga minyak mentah masih menunjukkan tanda-tanda reli, momentumnya berkurang karena melemahnya pertumbuhan ekonomi secara mendasar. Isu pengurangan produksi OPEC+ tetap menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga minyak. Oleh karena itu, MNC Sekuritas memberikan peringkat Netral untuk emiten sektor migas.
Risiko yang perlu diwaspadai meliputi terbatasnya kontrak penjualan, pertumbuhan ekonomi yang lesu yang dapat menghambat volume penjualan minyak bumi, penurunan harga jual yang lebih dalam, serta peningkatan gesekan geopolitik yang dapat menyebabkan volatilitas pasar dan gangguan rantai pasokan.
Vera merekomendasikan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Medco Energi International Tbk (MEDC) di sektor migas dengan peringkat Buy. Target harga untuk keduanya adalah Rp 1.700 per saham dan Rp 2.050 per saham.
MNC Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan pendapatan AKRA didukung oleh segmen penjualan lahan yang stabil, sementara segmen minyak bumi stagnan karena proyeksi harga minyak mentah yang lesu pada tahun 2024.
Sementara itu, keberhasilan MEDC dalam akuisisi saham blok Migas di Oman sebesar 20 persen dianggap menarik karena dapat meningkatkan produksi dan berpotensi berdampak pada pemulihan laba bersih. Felix juga memberikan rekomendasi Buy untuk MEDC
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.