KABARBURSA.COM - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), yang lebih dikenal sebagai Harita Nickel, mengumumkan rencana besar untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham dan penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Franssoka Y Sumarwi, Legal Manager & Corporate Secretary Harita Nickel, mengungkapkan bahwa buyback saham akan dilakukan berdasarkan harga saham pada saat pelaksanaan.
"Perkiraan jumlah saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan berkisar antara 1-2 persen dari total saham yang beredar, atau sekitar 630.000.000.000-1.260.000.000 lembar saham dengan nilai nominal antara Rp63.000.000.000 hingga Rp126.000.000.000," jelas Franssoka dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 18 Juli 2024.
Jika buyback dilakukan melalui Bursa, harga penawaran harus lebih rendah atau sama dengan harga transaksi sebelumnya. Namun, jika dilakukan di luar Bursa, harga buyback saham tidak boleh lebih tinggi dari harga rata-rata penutupan perdagangan di BEI selama 90 hari terakhir sebelum tanggal pembelian kembali saham.
"Perusahaan masih mempertimbangkan waktu terbaik untuk merealisasikan rencana buyback ini," tambah Franssoka.
Terkait rights issue, Franssoka menyatakan bahwa Harita Nickel masih dalam tahap negosiasi akhir dengan pihak-pihak terkait serta menunggu keputusan manajemen.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), PT Trimegah Bangun Persada Tbk memutuskan untuk membeli kembali saham maksimal sebesar Rp1 triliun.
"Perusahaan akan mengalokasikan maksimal Rp1 triliun untuk rencana buyback saham ini, dengan jangka waktu pelaksanaan dalam 12 bulan setelah persetujuan diperoleh," ujar Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy, dalam paparan publik tahunan di Jakarta, hari ini.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Harita Nickel menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham serta memperkuat posisi keuangannya di pasar.
Buyback Saham: Strategi dan Manfaatnya
Pembelian kembali saham atau buyback adalah proses di mana perusahaan penerbit membeli sahamnya sendiri dari pasar, membayar nilai pasar per saham kepada pemegang saham. Dengan cara ini, perusahaan menyerap kembali porsi kepemilikan yang sebelumnya didistribusikan kepada investor publik dan swasta.
Alasan Perusahaan Melakukan Pembelian Kembali Saham
- Mengurangi Biaya Modal Pembelian kembali saham dapat membantu perusahaan mengurangi biaya modalnya. Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar, perusahaan dapat menurunkan jumlah dividen yang perlu dibayarkan dan meningkatkan efisiensi penggunaan modal.
- Konsolidasi Kepemilikan Setiap lembar saham biasa mewakili kepemilikan dalam perusahaan, termasuk hak suara pada kebijakan dan keputusan keuangan perusahaan. Dengan melakukan buyback, perusahaan mengurangi jumlah pemegang saham dan pemilih, sehingga konsolidasi kepemilikan menjadi lebih terkendali.
- Menjaga Harga Saham Buyback saham sering dilakukan untuk menjaga harga saham agar tetap stabil. Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar, permintaan terhadap saham tersebut dapat meningkat, yang pada gilirannya membantu menaikkan harga saham.
- Meningkatkan Rasio Keuangan Utama Pembelian kembali saham dapat meningkatkan rasio keuangan utama, seperti laba per saham (EPS) dan return on equity (ROE). Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar, perhitungan rasio tersebut menjadi lebih menguntungkan bagi perusahaan.
Perbedaan Saham Biasa dan Saham Preferen
- Saham Biasa Saham biasa memberikan hak suara kepada pemegangnya dan mewakili kepemilikan dalam perusahaan. Pemegang saham biasa berhak memberikan suara pada kebijakan perusahaan dan keputusan keuangan.
- Saham Preferen Saham preferen berbeda karena dividen dibayarkan kepada pemegang saham preferen sebelum pemegang saham biasa. Selain itu, dalam proses kebangkrutan, pemegang saham preferen berada di antrian pembayaran yang lebih tinggi dibandingkan pemegang saham biasa.
Pembelian kembali saham adalah cara bagi perusahaan untuk mengembalikan uang tunai kepada pemegang saham, selain melalui dividen. Hal ini memberikan fleksibilitas lebih kepada pemegang saham, karena mereka dapat memilih untuk menjual saham mereka kembali ke perusahaan atau tetap memegang saham tersebut dan menikmati potensi peningkatan nilai saham di masa depan.
Dengan strategi ini, perusahaan dapat menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan nilai pemegang saham dan memperkuat posisi keuangannya di pasar.
Pembiayaan Pembelian Kembali Saham
- Pembiayaan dengan Utang Banyak perusahaan memilih untuk membiayai pembelian kembali saham mereka dengan utang. Salah satu alasan utama adalah karena bunga pinjaman dapat dikurangkan dari pajak, sehingga mengurangi beban pajak perusahaan. Namun, hal ini juga berarti bahwa perusahaan menambah kewajiban utang, yang dapat menguras cadangan kas.
- Dampak pada Peringkat Kredit Agen pelaporan kredit sering kali memandang pembelian kembali saham yang dibiayai dengan utang secara negatif. Meskipun strategi ini dapat meningkatkan laba per saham (EPS) dan memanfaatkan saham yang nilainya dianggap terlalu rendah, agen pelaporan kredit lebih fokus pada peningkatan risiko keuangan yang diambil oleh perusahaan.
- Penurunan Cadangan Kas: Peningkatan kewajiban utang mengurangi cadangan kas perusahaan, yang dapat memperlemah posisi keuangan perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian atau kebutuhan likuiditas yang mendesak.
- Risiko Keuangan: Menambah utang meningkatkan risiko keuangan perusahaan. Jika pendapatan tidak cukup untuk menutupi pembayaran bunga dan pokok utang, perusahaan dapat menghadapi kesulitan keuangan.
Penurunan Peringkat Kredit
Penurunan peringkat kredit sering kali terjadi setelah perusahaan mengambil utang untuk membiayai pembelian kembali saham. Agen pelaporan kredit, seperti Standard & Poor's, Moody's, dan Fitch Ratings, menilai peningkatan risiko yang diambil oleh perusahaan dan potensi dampak negatif pada stabilitas keuangan jangka panjang.
- Tidak Menganggap EPS Sebagai Faktor Positif: Agen pelaporan kredit tidak melihat peningkatan EPS sebagai pembenaran untuk menambah utang. Mereka lebih fokus pada dampak jangka panjang terhadap kesehatan keuangan perusahaan.
- Risiko Likuiditas: Pembelian kembali saham yang dibiayai dengan utang dapat menguras likuiditas perusahaan, meningkatkan risiko likuiditas, dan mengurangi kemampuan perusahaan untuk menangani situasi keuangan yang tidak terduga.
Pembelian kembali saham dapat menjadi strategi yang menguntungkan bagi perusahaan dan pemegang saham, terutama dalam hal peningkatan EPS dan stabilisasi harga saham. Namun, jika dibiayai dengan utang, strategi ini dapat menimbulkan risiko signifikan terhadap peringkat kredit perusahaan. Agen pelaporan kredit cenderung melihat pembelian kembali saham yang dibiayai dengan utang secara negatif, karena peningkatan risiko keuangan dan penurunan cadangan kas. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan dengan hati-hati dampak jangka panjang dari pembiayaan buyback saham melalui utang terhadap kesehatan keuangan dan peringkat kredit mereka.(*)