Logo
>

NCKL Pakai Dana IPO Rp1,75 Triliun untuk Dua Hal ini

Ditulis oleh Syahrianto
NCKL Pakai Dana IPO Rp1,75 Triliun untuk Dua Hal ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) mengumumkan akan menggunakan dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan total nilai Rp1,75 triliun.

    Legal Manager & Corporate Secretary NCKL Franssoka Yunus Sumarwi mengatakan melalui keterbukaan informasi bahwa para pemegang saham sepakat tentang penggunaan dana untuk dua hal.

    Pertama, kata Franssoka, dana sebesar Rp147,18 miliar akan digunakan NCKL untuk belanja modal kerja (capital expenditure/capex) termasuk namun tidak terbatas untuk pembelian alat berat yang mendukung kegiatan pertambangan.

    "Seiring dengan meningkatnya produksi nikel dan kegiatan eksplorasi dalam rangka keperluan pengembangan teknik penambangan di Pulau Obi, Maluku Utara dalam kurun waktu sampai dengan sekitar tahun 2027," ungkapnya, dikutip Kamis, 7 November 2024.

    Sementara yang kedua adalah kegiatan penambahan kepemilikan saham di entitas asosiasi perseroan. "Dana sebesar Rp1,60 triliun akan digunakan pada perusahaan pengolahan dan/atau pemurnian bijih nikel," tegas Franssoka.

    Kinerja Keuangan NCKL

    Hingga saat ini, perusahaan tambang nikel tersebut belum menyampaikan laporan keuangan untuk kuartal III 2024 atau periode sembilan bulan pertama tahun ini. Namun hingga semester I, NCKL mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,8 triliun.

    Angka ini meningkat sebesar 2,18 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,74 triliun. Namun, laba per saham dasar tercatat turun menjadi Rp44,47 dari sebelumnya Rp46,84.

    Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis pada 31 Juli, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp12,80 triliun, naik 25 persen dari Rp10,24 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

    Beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp8,98 triliun, meningkat dari Rp6,74 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, beban penjualan, umum, dan administrasi tercatat sebesar Rp717,63 miliar, turun dari Rp752,22 miliar.

    Pendapatan lain-lain tercatat sebesar Rp310,98 miliar, sedikit menurun dari Rp333,67 miliar, sementara beban lainnya berkurang menjadi Rp9,25 miliar dari Rp9,79 miliar. Pendapatan keuangan mengalami kenaikan menjadi Rp92,05 miliar dibandingkan Rp67,98 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Namun, biaya keuangan membengkak menjadi Rp444,02 miliar dari sebelumnya Rp285,33 miliar.

    Laba kotor tercatat sebesar Rp3,82 triliun, naik signifikan dari Rp3,49 triliun pada periode sebelumnya. Laba usaha mencapai Rp3,4 triliun, melonjak dari Rp3,07 triliun.

    Bagian laba dari entitas asosiasi tercatat sebesar Rp932,02 miliar, sedikit turun dari Rp939 miliar. Sedangkan laba sebelum pajak penghasilan berkurang menjadi Rp444,14 miliar dari Rp584,57 miliar. Laba periode berjalan mencapai Rp3,54 triliun, naik dari Rp3,20 triliun pada akhir tahun 2023.

    Ekuitas bersih tercatat sebesar Rp32,03 triliun, meningkat dari Rp28,39 triliun pada akhir 2023. Total liabilitas juga naik menjadi Rp18,25 triliun dari Rp16,89 triliun di akhir tahun lalu.

    Jumlah aset perusahaan per akhir Juni 2024 tercatat sebesar Rp50,28 triliun, melonjak dari Rp45,28 triliun di akhir tahun 2023.

    Pergerakan Harga Saham NCKL

    Pada perdagangan sesi I hari ini, Kamis, 7 November 2024, saham NCKL bertengger di harga Rp855 per lembar, stabil tanpa perubahan dari penutupan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kondisi stagnan, dengan investor mungkin menunggu perkembangan lebih lanjut dalam industri nikel dan strategi perusahaan ke depan.

    Volume perdagangan harian mencapai 2,75 juta lembar saham, relatif lebih rendah dari rata-rata volume harian 13,23 juta saham, mengindikasikan minat yang sedikit menurun dari biasanya.

    Saham NCKL dibuka pada Rp860 dan sempat mencapai level tertinggi di angka yang sama, namun menyentuh titik terendahnya pada Rp850 sebelum akhirnya menetap kembali di Rp855. Nilai transaksi hari ini mencapai Rp2,3 miliar, dengan total 28 ribu lot saham yang diperdagangkan. Sementara itu, batas harga maksimal atau Auto Rejection Atas (ARA) saham NCKL berada di Rp1.065, dan batas bawah atau Auto Rejection Bawah (ARB) di Rp645.

    Secara keseluruhan, saham NCKL menunjukkan tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Dalam satu minggu terakhir saja, saham ini sudah terkoreksi sebesar 5,00 persen, sementara dalam satu bulan terakhir, penurunannya mencapai 7,07 persen.

    Jika kita melihat jangka waktu yang lebih panjang, performa NCKL dalam tiga bulan terakhir juga turun 5,00 persen. Pada rentang enam bulan dan satu tahun, saham ini turun lebih dalam, masing-masing 10,94 persen dan 10,47 persen. (*)

     

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.