Logo
>

Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus: Capai USD2,93 Miliar

Ditulis oleh Syahrianto
Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus: Capai USD2,93 Miliar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Surplus neraca perdagangan Indonesia masih dalam performa apik selama 49 bulan berturut-turut pada Mei 2024 sebesar USD2,93 miliar. Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor lebih besar daripada impor.

    M. Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, mengatakan nilai ekspor Indonesia pada Mei tercatat USD22,33 miliar, naik 13,82 persen dibandingkan April 2024 dan naik 2,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara nilai impor Indonesia pada Mei sebesar USD19,40 miliar, naik 14,82 persen secara bulanan namun turun 8,83 persen secara tahunan.

    "Surplus Mei ini lebih tinggi dari sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu. Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu USD4,26 miliar komdoitas penyumbang utama bahan bakar mienral, lemak dan minyak hewan, besi baja," ujar Habibullah.

    Habibullah melanjutkan, nilai impor barang konsumsi pada Mei meningkat USD296 juta atau naik 20,59 persen, bahan baku penolong naik USD1,568 juta atau 12,46 persen, dan barang modal naik USD639,4 juta atau 22,28 persen.

    "Peningkatan ini utamanya disebabkan oleh naiknya nilai impor mesin peralatan mekanis dan bagiannya. Secara tahunan nilai impor seluruh jenis penggunaan mengalami penurunan dengan penurunan terbesar pada kelompok barang konsumsi yang turun sebesar 16,19 persen dengan andil 1,57 persen," ujarnya.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, secara kumulatif hingga Mei 2024 total impor Indonesia mencapai USD91,19 miliar atau turun 0,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan nilai terjadi pada impor nonmigas, sedangkan impor migas mengalami kenaikan.

    Sesuai Proyeksi Ekonom

    Menurut konsensus ekonomi Bloomberg, rata-rata proyeksi neraca perdagangan dari 23 ekonom adalah sekitar USD3,42 miliar, lebih rendah dari angka aktual April 2024 yang mencapai USD3,56 miliar.

    Helmi Arman dari Citigroup Securities Indonesia memproyeksikan surplus tertinggi sebesar USD22,88 miliar, namun surplus neraca perdagangan terus menyempit sejak Maret tahun ini. Sebaliknya, Mika Martumpal dari PT Bank CIMB Niaga Tbk. memprediksi terjadi defisit neraca perdagangan pada Mei 2024 sebesar USD650 juta. David E. Sumual dari PT Bank Central Asia Tbk. mengaitkan penurunan proyeksi neraca dagang dengan kenaikan harga komoditas seperti batu bara, CPO, dan minyak.

    Josua Pardede dari PT Bank Permata Tbk. meramalkan surplus sebesar USD2,13 miliar dengan pertumbuhan ekspor tahunan sebesar 1,55 persen pada Mei 2024. Menurutnya, ekspor bulanan diperkirakan meningkat 12,38 persen seiring dengan pemulihan ekonomi pasca-liburan Idulfitri.

    “Kami memperkirakan tren surplus perdagangan akan berlanjut di bulan Mei 2024, dengan perkiraan surplus sebesar 2,13 miliar dolar AS, turun dari surplus bulan April sebesar 3,56 miliar dolar AS,” kata Josua.

    Dia menjelaskan, penurunan surplus disebabkan oleh kembalinya aktivitas perdagangan setelah perayaan Idulfitri, dengan latar belakang ekonomi domestik yang relatif solid. Josua memperkirakan, pertumbuhan ekspor tahunan sebesar 1,55 persen yoy untuk bulan Mei 2024. Secara bulanan, ekspor diperkirakan akan meningkat 12,38 persen mom seiring dengan normalisasi kegiatan ekonomi setelah liburan Idulfitri.

    Sementara itu, Josua memproyeksi kinerja impor menurun secara tahunan. Terutama karena high base effect dari tahun sebelumnya. “Kami memperkirakan laju impor sebesar -6,40 persen yoy pada bulan Mei 2024, sebagian besar disebabkan oleh tingginya base effect dari bulan Mei 2023 ketika impor melonjak,” ungkapnya.

    Harga CPO meningkat di bulan Mei 2024 karena kenaikan harga barang pengganti seperti minyak kedelai, meskipun pasokan minyak nabati global mengalami penurunan.

    Secara bulanan, kata dia, impor menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, dengan ekspektasi akselerasi sebesar 24,05 persen mom. Menurut Josua, kenaikan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya efek musiman Idulfitri dan pertumbuhan bulanan dua digit yang dilaporkan pada ekspor China ke Indonesia.

    "Kami memproyeksikan defisit transaksi berjalan yang terkendali pada tahun 2024, dengan pelebaran moderat dari -0,14 persen dari PDB pada tahun 2023 menjadi -0,94 persen dari PDB, masih lebih rendah dibandingkan dengan periode 2012 - 2019, dengan rata-rata -2,50 persen dari PDB," ucapnya.

    Prospek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain normalisasi harga komoditas secara bertahap, permintaan domestik yang relatif resilient, dan potensi dampak peningkatan ketidakpastian global terhadap permintaan global. Faktor-faktor ini diperkirakan akan mempersempit surplus perdagangan dan dengan demikian mempengaruhi surplus barang dalam neraca transaksi berjalan.

    Lebih lanjut, staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan surplus neraca perdagangan Mei 2024 sebesar USD2,98 miliar, turun dari surplus bulan sebelumnya yang tercatat USD3,56 miliar. "Indonesia kemungkinan akan kembali mencatat surplus neraca dagang sebesar USD2,98 miliar pada Mei 2024 di tengah harga komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti batu bara dan kelapa sawit yang masih terjaga stabil," kata Myrdal.

    Selain itu, dampak positif hilirisasi komoditas ekspor mineral juga menjadi penopang bagi performa perdagangan Indonesia untuk tetap mencetak surplus neraca perdagangan. "Ekspor diperkirakan masih akan tumbuh 1,99 persen year on year (yoy) pada Mei 2024, sementara impor diproyeksikan akan turun 9,66 persen YoY pada Mei 2024," ucapnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.