KABARBURSA.COM - Rupiah kembali memperlihatkan kekuatannya, didukung oleh cadangan devisa Indonesia yang solid. Petugas perbankan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang rupiah ditutup menguat 0,01 persen atau 1,5 poin ke level Rp15.621 per dolar AS. Sementara itu indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau turun 0,17 persen ke posisi 103,92.
Mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi pada perdagangan hari ini. Mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS misalnya yen Jepang naik 0,44 persen, dolar Singapura naik 0,16 persen, dolar Taiwan menguat 0,10 persen, won Korea naik 0,21 persen, peso Filipina naik 0,09 persen, dan baht Thailand melesat 0,41 persen. Sementara itu, mata uang Asia yang lesu terhadap dolar AS misalnya, dolar Hongkong melemah 0,04 persen, yuan China turun 0,02 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,03 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar turun pada perdagangan hari ini. Namun greenback bertahan di atas level 104 terhadap sejumlah mata uang lainnya, menjelang rilis data inflasi utama AS. Menurutnya ketidakpastian atas rencana The Fed untuk menurunkan suku bunga pada 2024 mendorong aliran dana ke dolar AS.
"Pasar sekarang fokus pada data inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS, yang akan dirilis pada Selasa [12/12]. Meskipun angka tersebut diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit menurun pada November, angka tersebut diperkirakan masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen," ujar Ibrahim dalam riset, Selasa, (12/12/2023). Menyusul data inflasi, The Fed akan memutuskan suku bunga untuk terakhir kalinya tahun ini pada Rabu, (13/12).
Dia bilang, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, namun pelaku pasar akan mencermati sinyal apapun dari bank sentral mengenai jalur suku bunga pada 2024. Selain itu, kata dia, pasar juga mencermati melambatnya pertumbuhan di China. Fokus pasar kini tertuju pada isyarat ekonomi China pada pekan ini, dengan data produksi industri yang akan dirilis pada Jumat, (15/12/2023).
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran pada November 2023 meningkat, tecermin dari indeks penjualan riil (IPR) November 2023 sebesar 209,4 atau tumbuh 2,9 persen secara year on year (yoy). "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.600- Rp15.660," pungkasnya.
Sementara itu, Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova mengatakan Cadangan devisa yang kuat dari domestik mampu menjaga rupiah dari pelemahan yang lebih dalam.
Rully mengungkapkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2023 mencapai $138,1 miliar, meningkat dari posisi pada akhir Oktober 2023 sebesar $133,1 miliar. Posisi ini setara dengan pembiayaan 63 bulan impor atau 61 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan devisa dianggap mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, menjaga stabilitas makroekonomi, dan sistem keuangan. Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada November 2023 juga menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada dalam zona optimis pada level 123.6.
Namun, pergerakan rupiah tetap dipengaruhi oleh data tenaga kerja AS yang kuat, data ekonomi China yang melemah, kenaikan imbal hasil yield obligasi pemerintah AS, dan indeks dolar AS. Obligasi AS naik menjadi 4.2 persen, sementara data tenaga kerja AS menunjukkan peningkatan pekerjaan baru non-pertanian (NFP) menjadi 199 ribu, di atas ekspektasi analis sebesar 188 ribu. Tingkat pengangguran AS turun menjadi 3.7 persen.
Ekonomi China mengalami deflasi 0.5 persen lebih dalam dari bulan sebelumnya, mengindikasikan kelesuan ekonomi. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turun ke posisi Rp15.631 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.614 per dolar AS.