Logo
>

Nilai Tukar Rupiah Menguat, Didukung Aliran Modal Asing

Ditulis oleh Dian Finka
Nilai Tukar Rupiah Menguat, Didukung Aliran Modal Asing

Poin Penting :

    KABARBRUSA.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap nilai tukar rupiah mengalami penguatan yang signifikan pada bulan Agustus 2024, didorong oleh bauran kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral Tanah Air, meningkatnya aliran masuk modal asing, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global.

    "Nilai tukar Rupiah menguat didukung oleh bauran kebijakan moneter Bank Indonesia, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global," kata Perry, Rabu, 21 Agustus 2024.

    Hingga 20 Agustus 2024, nilai tukar rupiah tercatat menguat menjadi Rp15.430 per USD, mengalami peningkatan sebesar 5,34 persendibandingkan dengan posisi akhir Juli 2024. 

    Penguatan ini melampaui apresiasi mata uang regional lainnya, seperti baht Thailand, yen Jepang, peso Filipina, dan won Korea, yang masing-masing hanya mengalami kenaikan sebesar 4,22 persen, 3,25 persen, 3,20 persen, dan 3,04 persen.

    Dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, depresiasi rupiah menunjukkan angka yang lebih kecil jika dibandingkan dengan depresiasi mata uang rupee India, peso Filipina, dan won Korea.

    Menanggapi hal tersebut Perry memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan terus menguat. Faktor-faktor yang mendukung proyeksi ini meliputi menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap stabil. 

    Selain itu, komitmen Bank Indonesia dalam menjaga kebijakan moneternya akan terus diperkuat. BI akan terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneternya, termasuk melalui strategi operasi moneter pro-market dengan memaksimalkan instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.

    Dengan langkah-langkah tersebut, harapan akan stabilitas dan penguatan nilai tukar rupiah di masa depan semakin meningkat, memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

    "Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI," jelasnya.

    Inflasi Menurun

    Lanjutnya, Perry mengungkap inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan pada Juli 2024, mencatat angka 2,13 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi pada Juni 2024 yang sebesar 2,51 persen (yoy). Penurunan ini menjadikan inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, yaitu 2,5±1 persen.

    Tren penurunan inflasi ini dipengaruhi oleh penurunan di seluruh komponen inflasi. Inflasi inti tercatat rendah pada 1,95 persen (yoy), sedangkan inflasi volatile food (VF) turun signifikan menjadi 3,63 persen (yoy) dari 5,96 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

    "Penurunan inflasi VF tercatat di sebagian besar wilayah Indonesia, didukung oleh peningkatan pasokan pangan seiring berlanjutnya musim panen, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi TPIP/TPID melalui GNPIP. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi IHK tetap terkendali dalam sasarannya," papar Perry

    Bank Indonesia yakin bahwa inflasi IHK akan tetap terkendali dalam sasaran ke depannya. Inflasi inti diperkirakan tetap stabil berkat ekspektasi inflasi yang terjaga, kapasitas perekonomian yang masih besar untuk merespons permintaan domestik, serta dampak positif dari digitalisasi. Selain itu, imported inflation tetap terkendali berkat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah yang konsisten.

    Inflasi VF diprediksi tetap terkendali berkat sinergi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Pusat serta Daerah dalam pengendalian inflasi. Bank Indonesia berkomitmen untuk memperkuat kebijakan moneter pro-stability dan meningkatkan sinergi kebijakan dengan Pemerintah untuk memastikan inflasi tahun 2024 dan 2025 tetap dalam sasaran 2,5±1 persen.

    Penurunan Suku Bunga Acuan

    Ekonom saat ini memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan memilih untuk mempertahankan suku bunga pada pertemuan keempat berturut-turut.

    Keputusan ini diperkirakan akan dipengaruhi oleh ketidakpastian politik domestik yang menyelimuti Indonesia serta penantian terhadap langkah-langkah pelonggaran kebijakan moneter yang mungkin diambil oleh Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat.

    Dalam survei terbaru oleh BloombergInternational, 34 dari 36 ekonom memproyeksikan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen.

    Sementara dua ekonom lainnya memperkirakan adanya kemungkinan pemangkasan sebesar seperempat poin. Meskipun proyeksi ini tampaknya menjadi konsensus umum, BI masih memiliki waktu untuk menilai kondisi ekonomi lebih lanjut sebelum membuat keputusan akhir. Perbaikan dalam berbagai aspek ekonomi Indonesia memberikan BI lebih banyak ruang untuk pertimbangan.

    Sementara itu, situasi ekonomi Indonesia menunjukkan prospek yang lebih cerah dengan penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS. Ini diikuti oleh berkurangnya kekhawatiran investor mengenai kebijakan fiskal di bawah kepemimpinan presiden terpilih, Prabowo Subianto. Kondisi ini memberikan sentimen positif terhadap stabilitas ekonomi Indonesia dalam jangka pendek dan menengah.

    Di sisi lain, para analis memperkirakan bahwa Bank of Thailand akan mempertahankan suku bunga di 2,5 persen dalam pertemuan mendatang. Dari 24 analis yang disurvei, 23 memperkirakan suku bunga tidak akan berubah, sementara satu analis memprediksi adanya penurunan menjadi 2,25 persen. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.