KABARBURSA.COM – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menunjukkan kinerja yang solid dalam menjaga kualitas aset kredit pada semester I 2025.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi hingga Juni 2025, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BRI tercatat sebesar 3,04 persen, membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,05 persen.
Penurunan rasio NPL ini menegaskan keberhasilan BRI dalam menerapkan tata kelola risiko kredit yang disiplin, di tengah ekspansi pembiayaan di sektor mikro, ritel, dan perumahan. Hal ini diperkuat dengan data rasio loan at risk (LAR) sebesar 10,80 persen dan LAR coverage di atas 53 persen, yang mencerminkan kecukupan pencadangan atas potensi risiko.
Stabilitas kualitas kredit BRI juga tercermin dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP), yang menyasar segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Hingga Juni 2025, BRI mencatat telah menyalurkan KPRS kepada lebih dari 101 ribu penerima manfaat dengan total outstanding mencapai Rp13,79 triliun, di mana sekitar 97 persen merupakan KPR FLPP dengan rasio NPL sangat rendah, yaitu hanya 1,1 persen.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan bahwa pencapaian tersebut mencerminkan praktik penyaluran pembiayaan yang mengedepankan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik.
“Artinya kita menyalurkan dengan tata kelola yang baik, tercermin dari rasio kredit bermasalah yang berada di level rendah, yakni 1,1 persen. Jadi, tetap aman,” ujar Hery dalam agenda Penandatanganan MoU Kuota Penyaluran dan Akad Massal 1.000 Nasabah KPR Subsidi di Menara BRILiaN, Jakarta, Selasa, 5 Agustus 2025.
BRI Dapat Tambahan Kuota FLPP di 2025
Pada kesempatan yang sama, BRI juga diumumkan mendapatkan tambahan kuota FLPP sebanyak 25.000 unit pada tahun 2025. Angka ini meningkat 7.300 unit dari kuota tahun sebelumnya sebesar 17.700 unit. Penugasan ini merupakan bentuk kepercayaan pemerintah melalui kerja sama antara BRI, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), serta BP Tapera dalam mendukung Program Nasional 3 Juta Rumah.
Untuk mempercepat serapan, BRI menggelar akad massal secara serentak di 75 kantor cabang di seluruh Indonesia. Sebanyak 1.000 nasabah MBR melakukan akad kredit bersama pengembang dan notaris mitra bank.
Menteri PKP Maruarar Sirait yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa sektor perumahan memiliki dampak ekonomi berganda yang signifikan.
“Perumahan akan menggerakkan banyak sekali industri. Dari developer, kontraktor, hingga kebutuhan bahan bangunan. Saya minta ini dukungan penuh dari BRI supaya kita bisa membuat sejarah bagi Indonesia yang lebih adil dan berkeadilan,” ujarnya.
Capaian kinerja kredit yang sehat juga didukung strategi BRI dalam memperkuat fungsi manajemen risiko. Dalam laporan semester I 2025, perusahaan melaporkan inisiatif penguatan praskrin kredit, sistem early warning, serta peningkatan peran pengawasan dan pelatihan di unit-unit mikro.
Secara total, portofolio kredit BRI per Juni 2025 mencapai Rp1.416,6 triliun, tumbuh 6,0 persen YoY, dengan segmen mikro tetap menjadi porsi terbesar yakni 44,67 persen. Sementara itu, segmen komersial mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 15,6 persen YoY, diikuti segmen konsumer dan SME.
Dengan kombinasi antara pertumbuhan kredit yang terukur dan penyaluran pembiayaan subsidi yang berkualitas, BRI berhasil menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan tata kelola risiko yang kuat. Hal ini menjadi pondasi penting dalam memperkuat kontribusi bank terhadap agenda pembangunan berkelanjutan dan inklusif di sektor perumahan nasional. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.