KABARBURSA.COM – Menjelang pergantian tahun keuangan 2026, regulator dan pelaku industri pasar modal mulai menyiapkan langkah antisipatif menghadapi ketidakpastian global.
Dalam seminar nasional bertajuk Economic & Capital Market Outlook 2026: Navigating 2026 – Trust, Stability, and Financial Resilience yang digelar oleh Perkumpulan Analis Efek Indonesia (PAEI) di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin Kamis, 6 November 2025.
Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Efek OJK, Edi Broto Suwarno, menilai tahun 2026 akan menjadi masa konsolidasi dan penguatan pasar setelah periode penuh gejolak.
“OJK berkomitmen memperkuat kepercayaan investor dan stabilitas kelembagaan di sektor pasar modal melalui pengawasan yang adaptif dan kolaboratif. Prinsip trust dan resilience akan menjadi kunci menghadapi tantangan ekonomi global yang terus berubah,” ujarnya dalam pernyataan resmi dikutip Jumat, 7 November 2025.
Edi menegaskan, penguatan ekosistem pasar modal tidak hanya bertumpu pada kebijakan pengawasan, tetapi juga pada kolaborasi aktif antara regulator, industri, dan komunitas analis.
Ia menyebut sinergi tersebut penting untuk memperluas basis investor domestik, memperkuat tata kelola lembaga efek, serta meningkatkan literasi keuangan publik agar partisipasi masyarakat di pasar modal semakin berkelanjutan.
Menurutnya, pengawasan berbasis risiko akan menjadi fokus utama OJK pada tahun mendatang, terutama untuk memastikan transparansi dan integritas lembaga keuangan.
“Kita harus membangun sistem yang tidak hanya tangguh terhadap gejolak, tetapi juga mampu menciptakan kepercayaan jangka panjang di mata investor domestik dan global,” tegas Edi.
Sementara itu, David Sutyanto, Ketua Umum PAEI, menyampaikan bahwa seminar tahunan ini menjadi wadah strategis bagi para analis, regulator, dan pelaku industri untuk membaca arah ekonomi Indonesia ke depan.
“Melalui tema Navigating 2026, kami ingin menegaskan pentingnya kepercayaan, stabilitas, dan resiliensi finansial sebagai nilai utama membangun pasar modal yang tangguh dan berdaya saing,” ujarnya.
Acara itu dihadiri ratusan pelaku pasar, regulator, dan akademisi yang membahas arah kebijakan fiskal dan moneter, prospek ekonomi nasional, serta peluang investasi di pasar modal tahun 2026.
Seminar juga menyoroti tantangan inflasi global, tren suku bunga The Fed, serta upaya pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan geopolitik.
Selain seminar utama, PAEI juga mengumumkan pemenang CSA Research Competition 2025, yang diikuti 17 peserta dari lembaga keuangan dan instansi pemerintah serta 47 tim mahasiswa dari berbagai universitas ternama seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (Undip), dan kampus negeri maupun swasta dari seluruh Indonesia. Kompetisi ini menjadi ajang penguatan kapasitas analis muda dalam riset pasar modal yang berintegritas dan berbasis data.
Kegiatan Economic & Capital Market Outlook 2026 menjadi bagian dari program tahunan PAEI yang kini memasuki tahun ketujuh, sebagai upaya memperkuat peran analis efek dalam memberikan pandangan objektif terhadap dinamika ekonomi nasional.
Seminar itu juga dianggap untuk memperkuat kepercayaan publik dan ketahanan sistem keuangan menjadi fondasi utama dalam menavigasi arah pasar modal Indonesia menuju 2026 yang lebih stabil, transparan, dan berdaya saing global. (*)