KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan pentingnya literasi keuangan bagi generasi muda untuk menciptakan investor yang cerdas dan berintegritas.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi literasi keuangan dan pemahaman pasar modal menjadi kunci agar masyarakat terhindar dari investasi ilegal.
"Karena itu, edukasi seperti ini sangat penting untuk mendorong masyarakat berinvestasi secara aman, legal, dan sesuai profil risikonya," ujar dia dalam keterangannya di kegiatan Edukasi Keuangan dan Pasar Modal dikutip Jumat, 14 November 2025.
Inarno menambahkan, pemahaman terhadap risiko, mekanisme, dan manfaat produk investasi akan membantu masyarakat khususnya generasi muda dalam mengambil keputusan keuangan yang lebih cerdas, tepat, dan bijak.
“Hingga saat ini jumlah investor di pasar modal telah mencapai 19 juta, dengan lebih dari 54 persen di antaranya berusia di bawah 30 tahun," ungkapnya.
Inarno menekankan bahwa pasar modal merupakan sarana investasi yang aman, transparan, dan diawasi secara ketat oleh OJK bersama Self-Regulatory Organizations (SRO) seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Ia menerangkan, pasar modal bukan arena spekulasi atau perjudian, melainkan wadah investasi yang diatur dan diawasi secara ketat oleh OJK.
"Jika ingin berinvestasi, pahami dulu sebelum membeli. Ingat selalu prinsip 2L, legal dan logis. Sesuatu yang too good to be true itu jangan pernah kita percaya," tegasnya.
Investor Domestik Jadi Penggerak Utama Pasar Modal di Tahun Ekspansi 2026
Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai tahun 2026 akan menjadi fase ekspansi baru bagi pasar modal nasional, ditopang oleh dominasi investor domestik yang kian solid di tengah perubahan arah kebijakan global. Hal ini disampaikan Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dalam di Jakarta pada Rabu, 5 November 2025.
“Meski asing sempat net sell Rp41 triliun sepanjang tahun, bulan lalu mereka kembali net buy Rp12,9 triliun. Indonesia tetap jadi pilihan investasi,” ujar Iman, 6 November 2025.
Menurutnya, tren itu menandakan kepercayaan investor global terhadap stabilitas ekonomi Indonesia, seiring ekspektasi penurunan suku bunga dan inflasi yang mulai melandai. “Bursa itu cuma dua hal yang menarik. Kalau bunga turun, inflasi turun, pasar naik,” katanya,
Dalam forum tersebut, para ekonom dan pelaku pasar sepakat bahwa tahun 2026 akan menjadi tahun ekspansi setelah dua tahun terakhir pasar bergerak dalam pola konsolidasi. BEI memperkirakan momentum pertumbuhan akan semakin kuat didorong arus dana domestik, peningkatan kualitas emiten, serta konektivitas lintas bursa.
Data BEI menunjukkan bahwa jumlah investor pasar modal kini mencapai 19,2 juta, terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana. Dari jumlah tersebut, investor saham di C-BEST telah menembus 8 juta, dengan rata-rata 232 ribu investor aktif setiap harinya—angka tertinggi sejak pra-pandemi.
Namun, Iman mengingatkan bahwa tantangan terbesar masih terletak pada investor institusional domestik. “Backbone kita itu seharusnya dana jangka panjang dari asuransi dan dana pensiun. Pertumbuhannya masih flat, tapi mulai membaik,” jelasnya.
Ia juga menyambut positif rencana masuknya Badan Pengelola Investasi Dana Anagata Nusantara (Danantara) pada awal 2026 yang diperkirakan akan membawa tambahan likuiditas Rp23 triliun ke pasar modal. “Kalau benar terealisasi, itu akan menjadi katalis kuat bagi stabilitas dan pertumbuhan pasar,” tegasnya.