KABARBURSA.COM - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa kinerja bank pada triwulan pertama 2024 menunjukkan kekuatan yang mengesankan, didukung oleh profitabilitas yang solid.
Dia merincikan, pertumbuhan pengembalian aset atau return on asset (ROA) per Maret 2024 sebesar 2,62 persen, naik dari posisi bulan sebelumnya 2,52 persen. Kemudian margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) naik 10 basis poin (bps) menjadi 4,59 persen dan rasio permodalan (CAR) 27,33 persen.
"Jadi ini merupakan bantalan mitigasi risiko," kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK), Senin, 13 Mei 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyampaikan keprihatinan atas meningkatnya ketidakpastian global yang dipicu oleh kondisi geopolitik yang memanas. Selain pertumbuhan ekonomi Amerika Serika melambat, ditekan oleh peningkatan impor yang signifikan.
Dia menekankan perlunya industri jasa keuangan untuk secara aktif memantau dan mengambil langkah-langkah mitigasi terkait dengan perkembangan ini.
"Saat ini, koordinasi dengan anggota KSSK ditingkatkan, dengan komitmen untuk merespons dengan cepat melalui kebijakan yang tepat," ujarnya.
Mahendra melanjutkan bahwa ekonomi Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda penguatan lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal. Yang mana akan berdampak pada proyeksi suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih panjang atau higher for longer.
"Artinya ekspektasi maupn prakirakan pemotongan tingkat fed fund rate dalam waktu dekat berkurang," katanya.
Minat Investor Asing
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa secara berkala telah menerima berbagai permohonan izin dari investor asing yang ingin berinvestasi di perbankan Indonesia, termasuk yang ingin memperkuat permodalan bank melalui right issue.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menilai, situasi tersebut merupakan cerminan masih menariknya investasi di sektor perbankan Indonesia.
“Ada dinamika dan persaingan kompetitif, tetapi faktor seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil, jumlah populasi yang besar, dan peluang inovasi serta ekspansi, termasuk di bidang digital banking, financial technology (fintech), dan inklusi keuangan, tetap menarik bagi investor asing,” kata Dian dalam keterangannya.
Oleh karena itu, lanjutnya, OJK melakukan evaluasi ketat guna memastikan kontribusi positif investor asing terhadap sektor perbankan dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
“Kebijakan dan regulasi terus disempurnakan untuk menjaga keseimbangan antara mengundang investasi dan memastikan kestabilan serta integritas sistem keuangan, termasuk aturan tentang batasan kepemilikan, transfer teknologi, dan penguatan kapasitas lokal,” terang Dian.
Untuk diketahui, investasi dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang solid dan potensi pasar yang besar di Indonesia.
Peluang dalam diversifikasi portofolio dan keuntungan dari kondisi ekonomi menjanjikan menjadi alasan berikutnya investor melirik Indonesia.
Hal itu tercermin dari kisaran Net Interest Margin (NIM) perbankan nasional Indonesia yang masih di kisaran angka tiga sampai lima persen.
Sektor Perbankan Primadona
Beberapa bank dengan kepemilikan saham asing siap menghadapi tantangan baru dalam bisnis mereka pada tahun 2024. Tidak mengherankan, bank-bank yang dimiliki oleh investor asing tengah sibuk melakukan aksi korporasi melalui akuisisi demi merebut pasar di Indonesia.
Di antara bank-bank yang akan memasuki fase baru tahun ini termasuk PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), dan PT Bank BTPN Tbk (BTPN).
Yang terbaru adalah BTPN yang baru saja berhasil mengakuisisi 51 persen saham OTO Group dengan nilai transaksi mencapai Rp 6,55 triliun, sumber dananya berasal dari hasil rights issue yang berhasil dihimpun sebesar Rp 6,73 triliun.
Dengan akuisisi ini, dua perusahaan pembiayaan, yaitu PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF), resmi menjadi bagian dari BTPN tahun ini.
Direktur Utama BTPN Henoch Munandar, menyatakan bahwa setelah menguasai saham OTO Group, portofolio kredit BTPN secara konsolidasi akan meningkat tahun ini, terutama dalam segmen pembiayaan kendaraan roda empat dan roda dua di Indonesia.
“BTPN akan join finance dengan OTO Grup, dan tentu ini akan mempercepat portofolio mix dan pertumbuhan kredit di sektor pembiayaan konsumer di BTPN, ini sinergi yang coba kita raih dari akuisisi,” ujar Henoch di Jakarta, dikutip Kamis 28 Maret 2024.
Teknologi Digitalisasi Bank
Henoch juga menambahkan bahwa setelah akuisisi ini, BTPN akan memanfaatkan teknologi digitalisasi yang dimiliki untuk pengembangan pembiayaan kendaraan bersama OTO Grup. Tahap awal kolaborasi akan difokuskan pada beberapa aspek seperti join finance, pemanfaatan saluran institusi, dan peningkatan SDM melalui pelatihan bersama. “Dalam hal ini pembiayaan konsumer, kami akan menciptakan keberlanjutan dalam jangka menengah dan panjang. Proyeksi kami setelah akuisisi akan memperbaiki kinerja atau menambah bisnis BTPN di tahun 2024,” tambahnya.
Tahun lalu, BTPN berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp156,56 triliun, tumbuh 7,14 persen YoY. Meskipun demikian, aset BTPN turun 3,69 persen YoY menjadi Rp201,44 triliun. Namun, BTPN berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah (NPL) gross dan nett per Desember 2023 menjadi 1,23 persen dan 0,41 persen, dari sebelumnya di posisi 1,32 persen dan 0,45 persen per Desember 2022.
Selanjutnya, ada Bank Danamon yang tahun ini juga akan mengalami fase baru setelah mengakuisisi portofolio bisnis konsumer retail Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) senilai lebih dari Rp1 triliun.
Wakil Direktur Utama Danamon Hafid Hadeli, menyebut akuisisi ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat bisnis konsumer, yang merupakan salah satu mesin pertumbuhan utama Danamon. Hafid juga optimis dapat mempertahankan pertumbuhan dua digit di segmen Konsumer pada tahun 2024.