KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat prestasi Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum per September 2023, tumbuh sebesar Rp8.147,17 triliun, mengalami kenaikan sekitar 6,54 persen secara tahunan. Meskipun demikian, pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 6,77 persen (yoy).
Sejumlah faktor dapat diidentifikasi sebagai penyebab perlambatan simpanan nasabah, salah satunya adalah high base effect DPK tahun 2022, yakni pertumbuhan DPK yang signifikan pada masa pandemi.
"Terbatasnya konsumsi masyarakat, seperti penurunan belanja untuk kebutuhan sandang, transportasi, dan wisata, serta surplus yang tinggi di beberapa perusahaan korporasi," seperti yang diungkapkan dalam laporan OJK.
Perlambatan ini terus berlanjut seiring dengan penyesuaian status pandemi yang beralih menjadi endemi, menyebabkan meningkatnya konsumsi masyarakat. Selain itu, perlambatan DPK juga dipengaruhi oleh peralihan arus dana non-residen ke luar, sejalan dengan kenaikan suku bunga global dan daya tarik instrumen penempatan dana selain DPK.
Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah, menyoroti perlambatan DPK yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Ia optimistis bahwa pertumbuhan DPK akan lebih tinggi pada tahun mendatang, terutama jika Bank Indonesia melakukan pelonggaran suku bunga pada tahun 2024.
"Penyaluran kredit akan meningkat ketika kredit disalurkan, yang pada akhirnya akan menciptakan DPK. Kredit memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan DPK," ujarnya.
Dalam analisis lebih rinci berdasarkan jenis usaha, terlihat bahwa pertumbuhan DPK melambat pada Bank Umum Syariah, tumbuh sebesar 6,04 persen (yoy), setelah pada tahun sebelumnya tumbuh hingga 19,54 persen (yoy). Di sisi lain, DPK pada Bank Umum Konvensional cenderung meningkat, naik dari 6,13 persen (yoy) menjadi 6,56 persen (yoy).
Perlambatan pertumbuhan DPK juga terlihat pada komponen giro dan tabungan, yang tumbuh masing-masing sebesar 9,84 persen (yoy) dan 2,03 persen (yoy), melambat dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 13,52 persen (yoy) dan 10,05 persen (yoy).
Di sisi lain, deposito, yang merupakan komponen DPK dengan porsi terbesar (38,04 persen), tumbuh sebesar 7,91 persen (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar -0,47 persen (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan tren suku bunga deposito yang meningkat sejak setengah tahun terakhir.
Meskipun demikian, kondisi likuiditas bank umum saat ini masih dianggap memadai, terlihat dari rasio AL/NCD dan AL/DPK yang masing-masing sebesar 115,37 persen dan 25,83 persen, jauh di atas threshold yang ditetapkan.
Tingkat permodalan juga dinilai cukup solid dengan CAR sebesar 27,33 persen, didukung oleh perbaikan tingkat rentabilitas (ROA), yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan efisiensi perbankan.
Risiko kredit juga mengalami perbaikan, terlihat dari penurunan rasio NPL gross dan NPL net menjadi 2,43 persen dan 0,77 persen, yang menunjukkan stabilitas relatif.