Logo
>

Panen Raya dan Kebijakan HAT Bawa RI Deflasi 0,03 Persen

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Panen Raya dan Kebijakan HAT Bawa RI Deflasi 0,03 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi sebesar 0,03 persen pada Mei 2024 jika dibanding dengan IHK bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan mencapai 2,84 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 1,16 persen (year-to-date/ytd).

    "Terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,40 pada April 2024, menjadi 106,37 pada Mei 2024,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin Senin 3 Mei 2024.

    Dia mengatakan penurunan ini dipicu oleh masa panen yang berlangsung sepanjang Mei serta kebijakan pemerintah terkait Harga Acuan Tertinggi (HAT).

    Amalia menjelaskan bahwa harga emas di pasar internasional mengalami tren kenaikan. Rata-rata harga emas di Pasar London selama Mei 2024 tercatat mencapai USD 2.351 per troy ons, naik 0,62 persen dibandingkan April 2024.

    Selama April 2024, Indonesia diperkirakan masih dalam masa panen padi, yang berdampak pada deflasi di bulan Mei. Selain itu, kebijakan relaksasi atau penyesuaian harga acuan serta harga eceran tertinggi yang diterapkan oleh Badan Pangan Nasional sejak April lalu, masih berlaku hingga 31 Mei 2024 untuk beberapa komoditas seperti gula pasir, jagung pipilan kering, telur ayam, dan beras.

    "Pada bagian pertama ini saya akan menyampaikan inflasi 2024 pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan, atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024," ungkap Amalia.

    Komoditas Penyumbang Deflasi

    Amalia menambahkan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi terbesar sebesar 0,29 persen, memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen. Komoditas utama yang menyumbang deflasi adalah beras dengan andil sebesar 0,15 persen, diikuti oleh daging ayam ras dan ikan segar masing-masing sebesar 0,03 persen, serta tomat dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,02 persen.

    "Komoditas lainnya yang juga memberikan andil deflasi adalah tarif angkutan antar kota dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen serta tarif kereta api dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen," ungkap Amalia.

    Sebaliknya, beberapa komoditas justru memberikan andil inflasi, seperti emas perhiasan, bawang merah, dan cabai merah, masing-masing sebesar 0,05 persen.

    Deflasi bulanan pada Mei 2024 didorong oleh deflasi komponen harga yang diatur pemerintah dan harga bergejolak. Harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,13 persen dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen, terutama disebabkan oleh tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api.

    "Komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,69 persen dengan andil deflasi sebesar 0,12 persen komponen yang dominan memberikan andil deflasi secara dominan adalah beras daging ayam ras tomat dan juga cabe rawit," tutup Amalia.

    Pengumuman Inflasi

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengumumkan bahwa Indonesia berhasil mencatatkan inflasi rendah di angka 3 persen pada April 2024, menempatkannya sebagai negara dengan inflasi terendah ketiga di dunia. Posisi ini hanya kalah dari Korea Selatan yang mencatatkan inflasi 2,9 persen dan Jerman dengan 2,2 persen.

    “Dibandingkan dengan negara seperti Afrika Selatan, India, Meksiko, dan Vietnam, inflasi kita jauh lebih rendah,” ujar Airlangga dalam Rapat Kerja Nasional Percepatan dan Pra-Evaluasi Proyek Strategis Nasional di Hotel Park Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Mei 2024.

    Tidak hanya itu, Indonesia juga menunjukkan ketahanan ekonomi yang luar biasa di tengah ketidakpastian global. Berdasarkan berbagai survei, probabilitas resesi Indonesia hanya 1,5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain seperti Jerman (60 persen), Thailand (30 persen), Korea Selatan (15 persen), dan China (12,5 persen).

    Klik Halaman Selanjutnya...

    Klaim Wilayah Timur

    “Dari segi probabilitas resesi, kita termasuk yang terendah di dunia. Ini menunjukkan ketahanan ekonomi kita yang kuat,” lanjut Airlangga.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mengalami kenaikan signifikan di wilayah Timur. Tiga kelompok provinsi dengan pertumbuhan tertinggi adalah Maluku & Papua (12,15 persen), Sulawesi (6,35 persen), dan Kalimantan (6,17 persen). Pertumbuhan ini didorong oleh aktivitas pertambangan, industri logam, dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

    “Ekonomi di wilayah Timur tumbuh pesat, terutama karena kegiatan pertambangan, industri logam, dan pembangunan IKN,” jelasnya.

    Adapun Airlangga menyampaikan kondisi tersebut menunjukan bawah ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah tekanan ekonomi global, seperti tingginya suku bunga dan risiko tensi geopolitik. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen pada kuartal pertama 2024, salah satu yang tertinggi di ASEAN.

    “Artinya dengan pertumbuhan ekonomi 5,11 persen salah satu tertinggi di ASEAN dan inflasi kita salah satu terendah,” pungkas Airlangga. (yub/prm)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.