Logo
>

Pangkas Suku Bunga, Inflasi Inggris Melandai ke 2 Persen

Ditulis oleh KabarBursa.com
Pangkas Suku Bunga, Inflasi Inggris Melandai ke 2 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Inflasi Inggris pada Mei 2024 kembali mencapai level 2 persen. Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir inflasi turun ke angka tersebut. Data dari Office for National Statistics (ONS) menunjukkan bahwa inflasi ini adalah yang terendah sejak Juli 2021 dan lebih rendah dibandingkan April 2024 yang mencapai 2,3 persen.

    Penurunan ini sejalan dengan target Bank of England (BOE) akibat melambatnya kenaikan harga bahan pangan seperti roti, sereal, sayuran, gula, selai, sirup, dan cokelat.

    Inflasi jasa juga turun menjadi 5,7 persen dari 5,9 persen meskipun angka ini masih jauh di atas konsensus proyeksi sebesar 5,5 persen. Kenaikan tarif transportasi, akibat lonjakan harga bahan bakar, tetap menyumbang inflasi jasa.

    Penurunan inflasi ini membuka peluang pemangkasan suku bunga. Gubernur BOE Andrew Bailey mungkin menjadi orang paling bahagia di Square Mile pagi ini, ujar Michael Brown, Ahli Strategi Riset Senior Pepperstone, seperti dikutip Reuters. Namun, dia menambahkan bahwa BOE akan menunggu hingga Agustus sebelum memangkas suku bunga.

    Inflasi di Inggris pada bulan Maret 2024 mencapai 3,2 persen. Angka ini sedikit lebih rendah dari bulan Februari yang mencatat 3,4 persen.

    Capaian ini masih lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memprediksi inflasi berada di level 3,1 persen. Kenaikan ini dipicu oleh harga makanan dan bahan bakar yang meningkat.

    Inflasi inti, yang tidak mencakup energi, makanan, alkohol, dan tembakau, mencapai 4,2 persen dibandingkan dengan proyeksi sebesar 4,1 persen Inflasi jasa, yang menjadi perhatian utama para pembuat kebijakan moneter Inggris, turun dari 6,1 persen menjadi 6 persen

    Minggu ini, investor mencermati tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja Inggris, dengan tingkat pengangguran yang secara tak terduga meningkat menjadi 4,2 persen pada periode antara Desember dan Februari. Pertumbuhan upah, tidak termasuk bonus, turun dari 6,1 persen di bulan Januari menjadi 6 persen di bulan Februari.

    "Saya melihat bukti kuat bahwa suku bunga yang lebih tinggi berfungsi untuk menjinakkan laju kenaikan harga, yang telah mereda dari puncak 11,1 persen pada Oktober 2022," kata Gubernur Bank of England, Andrew Bailey, pada Rabu 17 Maret 2024 lalu.

    Namun, inflasi inti bulan Maret yang lebih tinggi dari perkiraan di atas 4 persen kemungkinan akan meningkatkan spekulasi bahwa inflasi lebih sulit dijinakkan dari perkiraan sebelumnya. Ini juga mungkin akan mempercepat waktu penurunan suku bunga pertama.

    Perkiraan pasar berubah pada hari Rabu. Mayoritas investor kini memprediksi pemotongan suku bunga pertama sebesar 25 basis poin akan terjadi pada bulan September atau November, dari tingkat saat ini yang berada di level 5,25 persen.

    Jurang Resesi

    Inggris resmi jatuh ke jurang resesi setelah pertumbuhan ekonominya pada kuartal IV-2023 tercatat minus 0,3 persen, seperti yang diumumkan Kamis 15 Februari 2024. Sebelumnya, pada kuartal III-2023, ekonomi Inggris juga mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen. Ini menandakan resesi resmi, karena pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut.

    Seluruh sektor utama melemah pada kuartal ini, dengan manufaktur, konstruksi, dan perdagangan grosir menjadi hambatan utama pertumbuhan, kata Direktur Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris, Liz McKeown, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN.

    ONS memperkirakan bahwa sepanjang 2023, ekonomi Inggris hanya akan tumbuh sebesar 0,1 persen. Ini merupakan kinerja terburuk sejak 2009, ketika ekonomi belum pulih dari krisis keuangan global. Namun, proyeksi ini tidak memperhitungkan tahun 2020 yang terdampak pandemi covid-19.

    "Secara umum, perekonomian sepanjang 2023 datar," tambah McKeown.

    Produk domestik bruto (PDB) Inggris hanya tumbuh 0,5 persen pada 2023 dan diperkirakan akan meningkat 0,6 persen tahun ini. Hal ini menjadikan Britania Raya sebagai negara dengan kinerja ekonomi terburuk kedua di antara negara-negara besar.

    Inflasi yang melanda Inggris membawa berbagai dampak signifikan terhadap ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Penurunan inflasi ke 2 persen pada Mei 2024, pertama kalinya dalam tiga tahun, mempengaruhi beberapa aspek krusial.

    Harga makanan yang melambat, seperti roti, sereal, sayuran, gula, selai, sirup, dan cokelat, membawa sedikit kelegaan bagi rumah tangga. Namun, kenaikan harga bahan bakar yang terus berlanjut tetap membebani biaya transportasi dan tarif jasa lainnya.

    Bank of England (BOE) melihat penurunan inflasi ini sebagai sinyal positif untuk kemungkinan pemangkasan suku bunga. Dengan inflasi yang mendekati target, BOE memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter, yang bisa merangsang pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

    Turunnya inflasi mengurangi tekanan pada daya beli masyarakat. Konsumen dapat menikmati harga barang dan jasa yang lebih stabil, yang dapat meningkatkan konsumsi domestik dan mendorong ekonomi.

    Pasar keuangan merespons penurunan inflasi dengan optimisme. Harapan pemangkasan suku bunga oleh BOE mendorong investor untuk lebih berani mengambil risiko, yang dapat menggerakkan pasar saham dan obligasi.

    Meskipun inflasi jasa masih tinggi di 5,7 persen sedikit penurunan dari 5,9 persen memberikan harapan bagi sektor ini. Penurunan tarif jasa dapat membuat sektor ini lebih kompetitif dan menarik lebih banyak konsumen.

    Perusahaan merasakan dampak langsung dari penurunan inflasi melalui biaya operasional yang lebih rendah dan peningkatan daya beli konsumen. Ini menciptakan iklim bisnis yang lebih stabil dan kondusif untuk pertumbuhan.

    Dengan inflasi yang terkendali, pemerintah memiliki ruang lebih besar untuk mengalokasikan anggaran pada sektor-sektor penting tanpa khawatir akan lonjakan harga yang drastis.

    Secara keseluruhan, meskipun inflasi Inggris menurun, dampaknya merambat ke berbagai sektor, menawarkan peluang dan tantangan baru bagi ekonomi. Pemantauan terus-menerus dan kebijakan yang tepat akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi