KABARBURSA.COM - Selama periode 29 Juli hingga 2 Agustus 2024, data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan mayoritas indikator berada di zona positif. Rata-rata nilai transaksi harian mencatat peningkatan tertinggi sebesar 21,25 persen, mencapai Rp10,313 triliun dari Rp8,506 triliun pada pekan sebelumnya. Kapitalisasi pasar juga mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen, menjadi Rp12.410 triliun dari Rp12.362 triliun pada penutupan pekan sebelumnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,27 persen, berakhir di posisi 7.308,123 dari 7.288,167 pada penutupan pekan lalu. Namun, rata-rata volume transaksi harian sepekan mengalami penurunan sebesar 14,07 persen, menjadi 15,443 miliar saham dari 17,972 miliar saham pada pekan sebelumnya. Frekuensi transaksi harian turut mengalami perubahan sebesar 5,13 persen, turun menjadi 942 ribu kali transaksi dari 993 ribu kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Pergerakan investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp474,43 miliar selama periode tersebut. Sepanjang tahun 2024, investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp323,70 miliar. Data ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam nilai transaksi harian dan kapitalisasi pasar, meskipun terjadi penurunan dalam volume dan frekuensi transaksi harian. Aktivitas investor asing juga mencatat nilai beli bersih yang positif selama pekan ini.
Bursa Asia Lemas
Kekhawatiran resesi di Amerika Serikat membuat indeks Dow Jones Industrial (DJI) terkoreksi tajam 494,82 poin atau 1,21 persen, ditutup di level 40.347,97. Koreksi ini mengakhiri tren naik jangka pendek yang berlangsung sekitar satu minggu menjelang pengumuman suku bunga The Fed.
Analis dari Komunitas Trader Saham RencanaTrading, Satrio Utomo atau Tommy, mengatakan sentimen negatif ini turut mempengaruhi pergerakan indeks di bursa utama kawasan Asia. Indeks Nikkei pagi ini turun 4,37 persen, sedangkan Indeks Hang Seng terkoreksi 2,02 persen.
“Resesi Amerika menyebabkan indeks di bursa Asia bergerak turun,” kata Tommy dalam Outlook hariannya kepada KabarBursa, Jumat, 2 Agustus 2024.
Tommy memperkirakan sentimen negatif ini juga akan menekan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hingga kemarin, IHSG masih berada dalam kisaran konsolidasi 7.210 – 7.345, meskipun candlestick terakhir menunjukkan tren naik jangka pendek.
“IHSG hari ini diperkirakan bergerak bervariasi dengan kisaran utama antara suport 7.250 dan resisten 7.350,” jelasnya.
Level 7.210, lanjut Tommy, akan menjadi suport kedua untuk pergerakan IHSG hari ini. “Hanya penembusan suport kedua di 7.210 yang akan membuka ruang koreksi tambahan pada perdagangan minggu depan,” pungkasnya.
Sebelumnya langkah The Fed untuk mempertahankan suku bunga, ditambah sinyal penurunan suku bunga mulai September, direspons positif oleh pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia. Tommy mengatakan meskipun terdapat berita negatif dalam negeri seperti turunnya Purchasing Managers’ Index atau PMI Manufacturing ke level 49,30–yang menandakan kontraksi pada sektor manufaktur–serta kinerja buruk yang dilaporkan oleh United Tractors (UNTR), pelaku pasar tidak terdorong untuk melakukan aksi jual.
“IHSG bergerak naik 70,223 poin atau 0,968 persen, ditutup pada level 7.325,99,” kata Tommy kepada KabarBursa, Kamis, 1 Agustus 2024.
Tommy menjelaskan, kenaikan ini didukung oleh saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar atau big caps perbankan serta rebound pada saham-saham sektor konstruksi. Penutupan IHSG pada level 7.325,99 ini menandakan bahwa IHSG kembali berada dalam tren naik jangka pendek, meskipun potensi kenaikan masih belum terlalu jelas.
Lebih lanjut Tommy menerangkan turunnya PMI Manufacturing di bawah 50 menunjukkan kegiatan ekonomi sedang mengalami kontraksi. Kondisi ini mengingatkan pada periode Juli – Agustus 2021, ketika Indonesia masih dalam fase akhir pemulihan Covid-19. Menurut dia, di akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, pertumbuhan ekonomi terlihat berada dalam ancaman.
“Meski, Pelaku Pasar sepertinya lebih memilih untuk merespons kemungkinan penurunan suku bunga ke depan, baik dari The Fed maupun dari Bank Indonesia,” kata Tommy.
Pasar AS Menguat
The Fed sebelumnya memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 5,5 persen sesuai dengan perkiraan analis. Dalam sesi tanya jawab, Chairman The Fed Jerome Powell membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. Kabar ini mendorong rebound di pasar saham AS, dengan S&P 500 naik 1,58 persen, Nasdaq naik 2,64 persen, dan Dow Jones Industrial hanya naik tipis 0,24 persen.
Menurut Tommy, reaksipasar terhadap keputusan The Fed terlihat bervariasi di Asia. Pada pukul 08.30 WIB, kemarin, Indeks Nikkei terkoreksi 3,0 persen, sementara Hang Seng naik tipis 0,24 persen. Analis menilai bahwa reaksi pasar terhadap hasil Federal Open Market Committee atau FOMC cenderung berhati-hati atau netral.
Setelah pengumuman ini, kata Tommy, pelaku pasar akan kembali fokus pada laporan keuangan perusahaan yang terus mengalir dan diperkirakan akan bertambah hingga minggu depan.(*)