Logo
>

Pasar Kripto Berdarah, Kapitalisasi Jatuh ke USD2,76 Triliun

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Pasar Kripto Berdarah, Kapitalisasi Jatuh ke USD2,76 Triliun
Ilustrasi Bitcoin. Foto: Beamstart.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Selasa, 4 Maret 2025, sore ini, investor kripto harus bersiap menghadapi kenyataan pahit. Berdasarkan data Coinmarketcap yang diakses pukul 15.38 WIB, pasar aset digital anjlok dengan kapitalisasi pasar menyusut menjadi USD2,76 triliun (Rp45,54 kuadriliun), turun 8,65 persen dalam sehari. Indeks ketakutan dan keserakahan (Fear & Greed Index) kini berada di angka 24, menunjukkan sentimen pasar yang diliputi kepanikan.

    Bitcoin, yang masih mendominasi 60 persen pangsa pasar, jatuh ke USD83.583 (Rp1,38 miliar), ambles 9,08 persen dalam 24 jam terakhir. Meski sempat menikmati reli hingga menembus USD90 ribu beberapa waktu lalu, koreksi besar hari ini mengikis harapan bull run instan. Kapitalisasi pasar BTC kini hanya USD1,66 triliun (Rp27,39 kuadriliun), tetap kokoh di posisi puncak tetapi kehilangan daya cengkramnya.

    Sementara itu, Ethereum mengalami penurunan lebih dalam, ambruk 11,49 persen dalam sehari. Kini, harga ETH berada di USD2.095 (Rp34,56 juta), dengan kapitalisasi pasar USD252,49 miliar (Rp4,17 kuadriliun). Koreksi tajam ini berpotensi memicu tekanan lebih besar pada proyek-proyek berbasis smart contract yang mengandalkan jaringan Ethereum.

    Di tengah kepanikan, dua stablecoin terbesar, USDT dan USDC, tetap mempertahankan nilainya masing-masing di USD0,9997 (Rp16.496) dan USD1 (Rp16.500), nyaris tanpa pergerakan signifikan.

    Sementara itu, Solana (SOL) mencatat penurunan terbesar di antara aset utama, turun 14,46 persen ke USD137,62 (Rp2,27 juta). Cardano (ADA) bahkan lebih parah, ambruk 16,20 persen ke USD0,8171 (Rp13.481), memperlihatkan sentimen bearish yang masih mendominasi pasar altcoin.

    Dogecoin (DOGE), token meme yang kerap jadi favorit spekulan, kehilangan 12,36 persen nilainya, kini berada di USD0,1929 (Rp3.182). Binance Coin (BNB), token asli dari ekosistem Binance, juga merosot 6,26 persen ke USD565,99 (Rp9,34 juta), menambah daftar panjang aset kripto yang tumbang hari ini.

    Di posisi sepuluh besar, Tron (TRX) masih bertahan dengan harga USD0,2334 (Rp3.851), turun 3,04 persen. Meski koreksinya lebih kecil dibanding kripto lain, tekanan jual tetap membayangi.

    Dengan tekanan jual yang meningkat dan volatilitas tinggi, investor kini menghadapi pertanyaan besar, apakah ini hanya koreksi sehat atau awal dari penurunan lebih dalam? Jika level support utama seperti USD80 ribu untuk Bitcoin atau USD2 ribu untuk Ethereum jebol, bukan tak mungkin pasar akan semakin terpuruk.

    Tersandung Setelah Janji Trump Cadangan Kripto 

    Presiden Donald Trump. Foto: instagram @realdonaldtrump.

    Bitcoin sempat melesat pada Senin, 3 Maret 2025, pagi, tapi tak lama kemudian tersandung setelah proposal Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal cadangan strategis kripto berbalik jadi teka-teki besar bagi pasar. Optimisme yang sempat muncul setelah unggahan Trump di Truth Social pada Minggu perlahan berubah menjadi kehati-hatian, seiring investor menunggu kejelasan lebih lanjut terkait inisiatif ini.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, mata uang kripto terbesar di dunia ini sempat naik 2,4 persen dari level Jumat, menyentuh USD86.292 (Rp1,42 miliar), tetapi kembali turun 8 persen dari harga puncaknya pada Minggu. Trump sebelumnya menyebut perintah eksekutifnya pada Januari lalu bertujuan membangun stok nasional mata uang digital, termasuk Bitcoin, Ethereum, XRP, Solana, dan Cardano. Daftar ini sebelumnya tidak pernah diumumkan secara resmi.

    Ia menegaskan Bitcoin dan Ethereum akan menjadi tulang punggung cadangan strategis ini. Pernyataan tersebut langsung mendongkrak harga Bitcoin hampir 20 persen dari level terendah November lalu. Namun sejak pertengahan Januari, harga terus merosot lantaran kekecewaan pasar terhadap lambannya realisasi janji Trump untuk melonggarkan regulasi kripto.

    Ethereum (ETH) tak luput dari gejolak. Kripto dengan kapitalisasi terbesar kedua ini turun 4,3 persen sejak Jumat, diperdagangkan di USD2.127 (Rp35,10 juta). Dari harga Minggu, penurunannya jauh lebih tajam, mencapai hampir 16 persen.

    XRP mengalami nasib serupa, anjlok lebih dari 15 persen ke USD2,48 (Rp40.920) dari level Minggu. Meski begitu, jika dibandingkan Jumat, aset ini masih mencatat kenaikan 25 persen. Solana (SOL) juga tak luput dari tekanan, jatuh 16 persen ke USD148,89 (Rp2,45 juta), meski jika dihitung dari Jumat masih naik 1,6 persen.

    Cardano (ADA) mencatat penurunan paling dalam, anjlok 19 persen dari harga Minggu ke USD0,8940 (Rp14.751). Jika dibandingkan dengan harga Jumat, harganya masih turun 3 persen.

    Sikap pasar terhadap rencana Trump membangun cadangan strategis kripto masih terpecah. Anthony Pompliano, pendiri Professional Capital Management sekaligus salah satu investor besar di kripto, menegaskan ketidaksetujuannya terhadap langkah ini.

    “Meskipun Solana adalah posisi terbesar kedua dalam portofolio kami, dan beberapa saham publik yang saya miliki sangat berkorelasi dengan altcoin, saya tetap berpikir keputusan untuk membuat cadangan strategis kripto yang luas adalah kesalahan yang tidak perlu dan akan disesali di masa depan,” tulisnya dalam surat kepada para investornya.

    Pompliano menilai kebijakan ini lebih mirip kumpulan spekulatif yang akan menguntungkan para pencipta dan pemilik awal koin tertentu, sementara pajak rakyat Amerika justru akan dikorbankan.

    Cameron dan Tyler Winklevoss, pendiri bursa kripto Gemini, juga mengutarakan kekhawatiran serupa. Mereka menyatakan hanya Bitcoin yang layak dijadikan aset cadangan bernilai, sementara aset kripto lainnya masih dipertanyakan keabsahannya.

    Meski begitu, janji Trump soal cadangan strategis ini tetap memicu gairah di industri kripto, yang belakangan ini tertatih-tatih akibat tekanan pasar.

    Februari, Bulan Kelam Bitcoin

    Bulan Februari menjadi bulan yang berat bagi Bitcoin. Aset ini ambruk lebih dari 17 persen, mencatat penurunan bulanan terbesar sejak Juni 2022. Sejak mencapai puncaknya di USD105.000 (Rp1,73 miliar) pada awal Januari, Bitcoin telah kehilangan lebih dari sepertiga nilainya.

    Reli Bitcoin sejak kemenangan Trump dalam pemilu November lalu dipicu optimisme bahwa ia akan membentuk dana strategis berbasis Bitcoin dan mengakhiri kebijakan keras pemerintahan Joe Biden terhadap industri kripto.

    Namun, analis mulai mempertanyakan apakah kebijakan tersebut benar-benar akan mendorong harga Bitcoin ke target psikologis USD100.000 (Rp1,65 miliar).

    “Ironisnya, mata uang yang awalnya dirancang untuk kebal terhadap intervensi pemerintah dan bersifat terdesentralisasi, kini justru bergantung pada kebijakan pemerintah AS untuk menentukan nasibnya,” kata Direktur Riset di XTB, Kathleen Brooks. 

    Meski janji Trump soal cadangan kripto telah menggemparkan pasar, masih banyak tanda tanya yang belum terjawab, terutama soal pendanaannya. Analis Tony Sycamore dari IG Market menyoroti ada dua skenario kemungkinan. Pertama, pembelian kripto bisa didanai dari pajak rakyat Amerika Serikat. Kedua, sumber dana bisa berasal dari aset kripto yang disita dalam operasi penegakan hukum.

    Namun, skenario kedua ini dinilai kurang berdampak positif bagi pasar, karena lebih merupakan transfer antar-akun daripada suntikan dana baru ke pasar. Dengan kata lain, jika ini benar-benar terjadi, efek bullish yang diharapkan bisa jadi tak akan terasa sebesar ekspektasi awal.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).