Logo
>

Pasar Kripto Bergejolak, Bitcoin Melemah

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Pasar Kripto Bergejolak, Bitcoin Melemah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar kripto mencatatkan pergerakan yang beragam dalam 24 jam terakhir. Melansir data Coinmarketcap pukul 07.25 WIB, Bitcoin (BTC), mata uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, melemah 2,48 persen ke level USD88.134,55. Ethereum (ETH) juga mencatatkan koreksi lebih tajam, turun 3,61 persen ke harga USD3.084,36.

    Tether (USDT), stablecoin terbesar, relatif stabil di harga USD1,00 dengan koreksi tipis 0,09 persen. Sementara itu, Solana (SOL) turun 1,54 persen ke USD212,19. Binance Coin (BNB) menjadi salah satu dari sedikit aset yang menguat, naik 0,75 persen ke USD625,35.

    Namun, perhatian pasar tertuju pada Ripple (XRP), yang mencatatkan lonjakan harga 12,04 persen dalam sehari, diperdagangkan di USD0,778. Kapitalisasi pasar XRP mencapai USD44,45 miliar, menjadikannya aset kripto dengan kinerja terbaik di antara 10 besar.

    Sebaliknya, Shiba Inu (SHIB) berada di posisi terendah dengan penurunan tajam 8,04 persen, diperdagangkan di USD0,00002375. Aset lainnya, seperti TRON (TRX), juga terkoreksi 1,19 persen ke level USD0,177.

    Kapitalisasi Pasar Bitcoin dan Prospek

    Total kapitalisasi pasar Bitcoin tetap mendominasi di angka USD1,74 triliun, jauh di atas Ethereum yang mencatatkan USD371,3 miliar. Stablecoin USDC mengalami sedikit penguatan, naik 0,01 persen, sementara Cardano (ADA) mencatatkan kenaikan tipis 0,49 persen ke harga USD0,5811.

    Dilansir dari CoinDesk, harga bitcoin mengalami pembalikan arah usai pernyataan bernada agresif dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, pada Kamis malam, 14 November 2024. Pernyataan tersebut menurunkan harapan pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS pada Desember mendatang.

    Powell menjelaskan inflasi sudah mendekati target 2 persen The Fed. Ia menambahkan, ekonomi AS saat ini cukup kuat sehingga memungkinkan kebijakan moneter dilakukan dengan lebih cermat.

    “Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita harus terburu-buru menurunkan suku bunga,” kata Powell, dikutip dari Apnews. “Kekuatan ekonomi saat ini memberi kami ruang untuk membuat keputusan dengan hati-hati.”

    Para ekonom memperkirakan Fed akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember mendatang setelah penurunan serupa pekan lalu dan 50 basis poin pada September. Namun, langkah The Fed setelah itu masih belum pasti.

    Pada September lalu, pejabat The Fed memperkirakan akan ada empat kali pemangkasan suku bunga pada 2025. Namun, berdasarkan data dari CME FedWatch, pelaku pasar kini hanya memperkirakan dua kali pemangkasan. Setelah komentar Powell yang tampak berhati-hati, peluang pemangkasan suku bunga pada Desember turun menjadi 59 persen dari sebelumnya 83 persen.

    Efek Trump dan Pengaruh Suku Bunga

    Suku bunga acuan Fed memengaruhi berbagai jenis pinjaman, seperti hipotek, kredit mobil, dan kartu kredit. Namun, ekspektasi terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi juga dapat mendorong kenaikan suku bunga jangka panjang.

    Sebagai contoh, kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden baru-baru ini telah mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Hal ini mencerminkan ekspektasi investor terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, defisit anggaran yang lebih besar, dan potensi inflasi lebih tinggi jika Trump menerapkan tarif besar-besaran serta deportasi massal.

    Dalam pidatonya, Powell mengakui inflasi mungkin tetap berada sedikit di atas target Fed dalam beberapa bulan ke depan. Namun, ia menegaskan inflasi pada akhirnya akan turun meski jalannya mungkin tidak mulus.

    Independensi The Fed

    Powell juga menekankan pentingnya independensi The Fed sebagai lembaga yang bebas dari tekanan politik. Hal ini menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik terhadap kemampuan The Fed mengendalikan inflasi.

    “Publik percaya kami akan menurunkan inflasi dan memulihkan stabilitas harga,” kata Powell. “Kepercayaan itu, pada akhirnya, adalah kunci dari semua ini.”

    Pernyataan ini merujuk pada periode di mana Trump mengkritik The Fed karena tidak cukup agresif dalam menurunkan suku bunga. Trump bahkan pernah mengancam akan memecat Powell dan menyatakan presiden seharusnya memiliki pengaruh dalam kebijakan suku bunga.

    Hati-hati Memangkas Suku Bunga

    Ketidakpastian juga diungkapkan oleh pejabat Fed lainnya. Presiden cabang Fed Dallas, Lorie Logan, menyatakan masih belum jelas sejauh mana Fed harus menurunkan suku bunga.

    “Jika kita menurunkan terlalu jauh, inflasi bisa kembali naik dan Fed mungkin harus berbalik arah,” ujar Logan. “Menurut saya, yang terbaik adalah melangkah dengan hati-hati.”

    Sejak lima bulan terakhir, inflasi inti—yang tidak memasukkan biaya makanan dan energi—tetap berada di kisaran tinggi 2 persen. Kondisi ini menunjukkan, meski pemangkasan suku bunga terus dilakukan, tantangan dalam menurunkan inflasi secara konsisten masih ada.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).