KABARBURSA.COM — Awan mendung menyelimuti langit pasar kripto pagi ini. Data CoinMarketCap yang dipantau Rabu, 4 Juni 2025 pukul 07.19 WIB menunjukka kapitalisasi pasar kripto global turun tipis ke angka USD3,31 triliun (sekitar Rp53.640 triliun), merosot 0,51 persen dalam 24 jam terakhir.
Bitcoin (BTC), sang primadona, terkoreksi 0,70 persen ke level USD105.502,65 atau setara Rp1,71 miliar per keping (asumsi kurs Rp16.200/USD). Sementara Ethereum (ETH) ikut lunglai 0,73 persen ke USD2.600,16 atau sekitar Rp42,12 juta per koin.
Di tengah koreksi besar ini, hanya segelintir yang masih bernapas lega. XRP, misalnya, malah naik 1,91 persen ke USD2,24 (sekitar Rp36.290), membuktikan bahwa tak semua altcoin ikut tenggelam dalam tekanan pasar.
Solana (SOL) menjadi salah satu penyumbang tekanan dengan koreksi terdalam di lima besar: minus 1,53 persen ke USD155,48 atau Rp2,52 juta. Binance Coin (BNB) juga menyusul turun 0,98 persen ke USD662,15 atau Rp10,72 juta.
Fear & Greed Index yang menunjukkan sentimen pasar berada di angka 57 — wilayah netral cenderung optimis. Tapi dengan Altcoin Index stagnan di 25/100, pasar masih belum cukup berani tancap gas.
Di tengah ketidakpastian ini, investor harian sebaiknya waspada terhadap volatilitas pendek. Untuk jangka menengah, aset berkapitalisasi besar tetap lebih stabil, sementara altcoin seperti DOGE dan ADA yang pagi ini terkoreksi lebih dari 1 persen masih rentan spekulasi.
Prediksi Harga Bitcoin 2025
Prediksi awal bermunculan sejak akhir 2024, ketika BTC menembus USD90.000. Analis dari VanEck, Galaxy Digital, dan Fundstrat optimistis target harga berada di kisaran USD180.000 hingga USD250.000 dengan alasan klasik—siklus harga historis, adopsi institusional yang kian masif, dan arah regulasi yang mulai mendukung.
Dilansir dari Cointelegraph, gelombang baru masuknya dana ke ETF Bitcoin dan likuiditas global yang terus membesar makin memperkuat proyeksi tersebut. Arthur Hayes, pendiri BitMEX, bahkan bilang, “Harga Bitcoin cuma ngikutin ekspektasi pasar soal pasokan fiat di masa depan.” Dan ekspektasi itu lagi naik gila-gilaan.
Menariknya, banyak proyeksi yang dibuat akhir 2024 tetap bertahan sampai Mei 2025. Karena asumsi dasarnya—permintaan institusi naik dan sinyal regulasi makin positif—memang berjalan sesuai skenario. Narasi baru justru memperkuat posisi Bitcoin. Kata kuncinya ialah likuiditas. Yield obligasi AS tetap tinggi, utang pemerintah makin bengkak, dan krisis fiskal mulai terasa di ujung tanduk.
Nik Bhatia, penulis The Bitcoin Layer, mencatat, “Bitcoin sempat naik bareng yield di 2021 karena optimisme, stimulus, dan reflasi. Tahun ini naik lagi, tapi bukan karena harapan. Ini karena investor cari zona netral.”(*)