KABARBURSA.COM - Pasar kripto pagi ini menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan. Berdasarkan data Coinmarketcap yang diakses pukul 08.30 WIB, kapitalisasi pasar kripto global bertengger di angka USD3,36 triliun atau setara Rp53.760 triliun (kurs Rp16.000), naik 2,49 persen dalam 24 jam terakhir. Indeks Fear & Greed berada di level 51, pertanda pasar cukup netral alias masih di tengah-tengah antara takut dan serakah.
Dominasi Bitcoin Tetap Kuat
Bitcoin (BTC) tetap menjadi rajanya kripto dengan dominasi 57,19 persen. Harga BTC merangkak naik 2,28 persen ke USD97.160,45 (sekitar Rp1,55 miliar). Dengan kapitalisasi pasar mencapai USD1,92 triliun atau Rp30.720 triliun, BTC masih digandrungi oleh investor sebagai penyimpan nilai utama.
[caption id="attachment_113189" align="alignnone" width="1179"] Data Coinmarketcap menunjukkan Bitcoin menguat.[/caption]
Ethereum (ETH) menyusul di tempat kedua. Harga ETH berada di level USD3.232,27 (sekitar Rp51,7 juta) setelah naik 2,56 persen. Kapitalisasi pasarnya mencapai USD389,26 miliar atau Rp6.228 triliun.
XRP Meroket
XRP juga tak mau ketinggalan. Harganya melonjak 6,03 persen ke USD2,70 (sekitar Rp43.200). Kapitalisasi pasar XRP mencapai USD155,01 miliar atau Rp2.480 triliun, menjadikannya aset kripto ketiga terbesar.
Stablecoin USDT dan USDC menunjukkan stabilitas seperti biasa. Harga Tether (USDT) bertengger di USD0,9997, sementara USD Coin (USDC) ada di USD1 dengan sedikit koreksi 0,01 persen.
Dogecoin (DOGE) dan Solana (SOL) Melonjak
Dogecoin (DOGE), si koin meme, naik 4,25 persen ke USD0,3578 (sekitar Rp5.724), mengamankan kapitalisasi pasar sebesar USD52,93 miliar atau Rp846,88 triliun. Solana (SOL) juga mencetak penguatan 2,79 persen dengan harga USD188,21 (sekitar Rp3 juta).
BNB dan TRX Berbeda Arah
BNB dari Binance naik 1,56 persen ke USD700,21 (sekitar Rp11,2 juta). Namun, Tron (TRX) justru terkoreksi 0,70 persen ke USD0,2212 (sekitar Rp3.539).
Pengawasan Aset Kripto di Indonesia
[caption id="attachment_100923" align="alignnone" width="1341"] Gedung OJK. foto: Kabar Bursa/abbas sandji[/caption]
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengembangkan infrastruktur digitalnya untuk memperkuat pengawasan aset kripto di Indonesia. Meski begitu, tantangan sebenarnya tak hanya terletak pada kecanggihan teknologi aset digital ini, tetapi juga bagaimana regulasi mampu mengikuti dinamika industri kripto yang berkembang pesat.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan Digital, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, mengakui pengawasan ini memerlukan solusi teknologi yang adaptif dan aman. Namun, tanpa kebijakan yang tepat dan sumber daya manusia yang andal, pengawasan tersebut berisiko hanya menjadi formalitas tanpa hasil nyata.
“Kami menyadari betapa pentingnya membangun sistem pengawasan yang didukung oleh solusi teknologi agar dapat dilakukan secara aman dan juga adaptif terhadap perkembangan teknologi agar dapat dilakukan secara aman dan juga adaptif terhadap perkembangan teknologi. Oleh karenanya beberapa inisiatif utama sudah lebih awal kami lakukan,” kata Hasan dalam Konferensi Pers OJK yang diikuti KabarBursa.com secara daring, Selasa 14 Januari 2025.
OJK telah meluncurkan Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi atau SPRINT untuk mempermudah proses perizinan perdagangan kripto. Sistem ini dirancang agar perizinan dapat dilakukan secara efisien, transparan, terpadu dan akuntabel. Selain itu, OJK juga mengimplementasikane-Reporting, sebuah platform pelaporan yang memungkinkan pelaku industri aset kripto untuk melaporkan aktivitas mereka secara digital.
Dari sisi pengawasan berbasis risiko, OJK mengembangkan sistem informasi pengawasan yang memungkinkan pemantauan transaksi kripto dilakukan secara real-time. Teknologi ini dirancang untuk mengidentifikasi potensi risiko lebih awal sehingga mitigasi dapat dilakukan dengan segera.
“Pengembangan sistem pengawasan yang real time ini merupakan salah satu fokus utama kami di OJK guna mendukung kegiatan pengawasan OJK yang lebih responsif, transparan, dan efektif terhadap dinamisnya kegiatan dan industri di aset keuangan digital termasuk aset kripto ini,” jelas Hasan.
OJK juga telah mengadopsi sup-tech(supervisory technology) yang memudahkan pengawas dalam memantau transaksi kripto. Selain itu, ruang monitoringkhusus telah dipersiapkan untuk memantau perdagangan aset kripto yang dilakukan oleh para perdagang.
Selain itu, OJK juga akan memfasilitasi koneksi data dan informasi antara pedagang aset kripto, bursa kripto, lembaga clearing, dan lembaga penyimpanan aset kripto. “Pihak-pihak ini membantu OJK dalam melakukan pengawasan dan monitoring kegiatan transaksi dan memiliki peran strategis dalam ekosistem perdagangan aset kripto,” kata Hasan.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi OJK dalam mengawasi industri kripto ini. Tantangan pertama adalah sifat kripto yang terus berkembang dan bergerak cepat. Hasan menjelaskan aset kripto memiliki dinamika tinggi sehingga skema pengawasan yang diterapkan harus mampu mengikuti perubahan tersebut.
Selain itu, karakteristik aset kripto berbeda dari instrumen keuangan lainnya. Keunikan ini menjadi tantangan tersendiri bagi OJK dalam merancang pengawasan yang tepat. Perbedaan tersebut menuntut pendekatan yang lebih spesifik agar pengaturan bisa berjalan efektif.
Isu lain yang menjadi perhatian adalah ketahanan dan keamanan siber. OJK terus memantau perkembangan di industri aset kripto untuk meminimalkan risiko yang mungkin muncul dan memastikan perlindungan terhadap gangguan siber.
Pengembangan infrastruktur pengawasan juga menjadi tantangan krusial karena infrastruktur ini berperan sebagai fondasi bagi pelaksanaan pengawasan yang lebih optimal.(*)