KABARBURSA.COM - Pelaku pasar modal di Wall Street tengah mempersiapkan diri menghadapi keputusan suku bunga dari Federal Reserve (Fed) yang dijadwalkan pekan ini.
Bank sentral Amerika Serikat ini diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), seiring dengan tingginya ekspektasi pasar terhadap pelonggaran moneter lebih lanjut.
Indikasi ini tercermin dalam data CME Group melalui indikator FedWatch, yang menunjukkan kemungkinan sebesar 96 persen bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga 25 bps pada Rabu waktu setempat atau Kamis, 19 Desember 2024 dini hari waktu Indonesia.
Meskipun demikian, proyeksi suku bunga untuk tahun 2025 semakin tidak jelas. Pasar memperkirakan bahwa tingkat suku bunga, atau Fed Funds Rate (FFR), akan turun maksimal menjadi 3,8 persen pada akhir 2025.
Sinyal perlambatan dalam laju pemangkasan suku bunga mulai muncul seiring dengan pertumbuhan ekonomi AS yang masih cukup kuat, ditambah inflasi yang belum menunjukkan penurunan signifikan. Hal ini menjadi tantangan bagi kebijakan moneter The Fed di masa depan.
Menurut laporan Investing pada Minggu, 15 Desember 2024, Gubernur Fed Jerome Powell sebelumnya menyatakan bahwa ketahanan ekonomi AS saat ini melebihi ekspektasi. Pernyataan ini membuka peluang bagi bank sentral untuk lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan moneter selanjutnya.
Selain faktor ekonomi, faktor politik domestik juga turut mempengaruhi kebijakan The Fed. Kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS menambah kekhawatiran, mengingat kebijakan pro pertumbuhan Trump, termasuk penerapan tarif impor yang agresif, yang diperkirakan dapat memicu inflasi lebih tinggi di masa depan.
Sentimen Pasar Wall Street dan Indeks Utama
Sentimen pasar secara umum masih optimistis, meskipun beberapa indikator teknikal menunjukkan bahwa pasar mungkin memerlukan jeda setelah reli yang terjadi sejak awal November. Indeks Nasdaq Composite (IXIC) bahkan sempat mencetak rekor baru dengan menembus level 20.000 untuk pertama kalinya pekan lalu, yang mendorong kenaikan sebesar 32 persen secara year to date (YtD), sementara indeks S&P 500 (SPX) naik sekitar 27 persen YtD.
Meski demikian, pasar Nasdaq diperkirakan akan mengalami konsolidasi jangka pendek setelah mencapai rekor tertinggi tersebut.
Di sisi lain, optimisme pasar sedikit meredup seiring dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Yield obligasi tenor 10 tahun mencatatkan kenaikan ke level tertinggi dalam tiga minggu terakhir, mencapai 4,38 persen pada Jumat. Kenaikan ini semakin mendekati level 4,5 persen, yang menurut sebagian analis dapat memicu volatilitas lebih lanjut di pasar saham.
Wall Street Akhir Pekan
Sebelumnya, Wall Street mengalami pelemahan pada perdagangan Jumat, 13 Desember 2024, meskipun beberapa saham teknologi mulai menunjukkan tanda pemulihan setelah mengalami koreksi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,13 persen menjadi 43.856,7, S&P 500 melemah 0,12 persen ke 6.044,27, sementara Nasdaq Composite hanya turun tipis 0,01 persen di posisi 19.900,28.
Pada awal sesi perdagangan, Nasdaq sempat menguat, namun berbalik turun menjelang akhir sesi, meski Broadcom memberikan perkiraan yang optimistis, menjaga euforia seputar kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan mengangkat saham sektor semikonduktor.
Broadcom memperkirakan pendapatan kuartalan akan melebihi estimasi Wall Street dan memproyeksikan lonjakan permintaan untuk chip AI kustomnya dalam beberapa tahun ke depan.
Prediksi ini mendorong saham Broadcom naik lebih dari 21 persen dan membawa perusahaan tersebut menembus kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1 triliun untuk pertama kalinya.
“Saya tidak terkejut melihat perusahaan membukukan pendapatan seperti itu dan menaikkan panduan mereka, terutama di sektor AI yang saat ini mungkin menjadi yang paling hangat, yang menarik banyak perhatian investor,” kata Peter Andersen, pendiri Andersen Capital Management, dikutip dari Reuters, Minggu, 15 Desember 2024.
Optimisme ini turut meluas ke saham-saham chip lainnya, seperti Marvell Technology yang melonjak 9,5 persen, sementara indeks semikonduktor (SOX) tercatat naik 3,7 persen. Kenaikan ini terjadi setelah Nasdaq mencatatkan rekor baru, melampaui level 20.000 untuk pertama kalinya pada Rabu lalu.
Namun, meski ada optimisme yang berkembang, pembacaan inflasi konsumen yang sesuai dengan ekspektasi dan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) oleh The Fed pekan ini turut memberi momentum positif.
Sebaliknya, inflasi produsen yang lebih tinggi dari perkiraan pasar dan data tenaga kerja AS yang menunjukkan hasil yang solid membatasi optimisme dalam dua hari terakhir.
Berdasarkan data dari CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan minggu depan mencapai 96,9 persen, meskipun angka ini sedikit menurun dari 98,6 persen pada perdagangan Rabu kemarin.
“Kita terjebak dalam kisaran perdagangan ini. Nasdaq akan mengungguli, saham berkapitalisasi kecil akan berkinerja buruk, dan Dow akan mengalami hal yang sama sampai kita mendapatkan katalis baru,” kata Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Advisors kepada CNBC International. (*)