KABARBURSA.COM - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan kinerja operasional yang solid pada kuartal I 2025. Emiten pertambangan ini berhasil membukukan peningkatan penjualan emas sebesar 27 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq). Kenaikan volume ini turut mendorong pendapatan dari segmen emas melonjak hingga 44 persen.
Menurut CGS International (CGSI), marjin tunai emas MDKA mencapai USD1.825 per ton pada kuartal I 2025, meningkat 8 persen qoq seiring naiknya harga jual rata-rata (ASP) menjadi USD2.757 per ons dan turunnya biaya tunai sebesar 4 persen. Di sisi lain, marjin tunai tembaga turun tajam menjadi USD3.020 per ton atau 46 persen lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya karena naiknya biaya tunai, setelah pada kuartal IV 2024 perusahaan memanfaatkan bijih Lerokis yang tidak dikenai biaya penambangan.
Secara total, MDKA mencatat marjin tunai sebesar USD108 juta pada kuartal IV 2024, turun 14 persen qoq. Namun segmen emas tetap menjadi kontributor terbesar berkat efisiensi dan harga jual yang menguntungkan.
Progres ekspansi MDKA menunjukkan tren positif di tiga proyek utama. Pada proyek Pani Gold, proses heap leach telah mencapai 49 persen hingga Maret 2025. Perusahaan tetap mempertahankan target produksi pertama dari tambang ini pada tahun 2026.
Proyek Tujuh Bukit Gold (TB Gold) juga mencatat kemajuan penting dengan perpanjangan umur tambang hingga tahun 2030. Tidak hanya memperpanjang siklus produksi, biaya tambang pun berhasil ditekan sekitar 23 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Valuasi Saham MDKA Masih Premium, tapi Didukung Proyek
Dari sisi valuasi, MDKA masih berada pada posisi premium. Rasio price-to-earnings (P/E) baik annualised maupun trailing-twelve-months (TTM) berada pada angka -50,95, mencerminkan belum tercapainya profitabilitas bersih.
Forward P/E perusahaan tercatat 78,17, sangat tinggi dibandingkan median P/E IHSG yang berada di level 8,06. Price-to-book value (PBV) MDKA tercatat 3,02, sedangkan price-to-sales (P/S) sebesar 1,27.
Dalam konteks kemampuan menghasilkan arus kas, perusahaan juga masih berada pada fase investasi yang agresif. Price to Free Cash Flow (TTM) tercatat -11,34 dan Free Cash Flow per share -162,20.
Meskipun demikian, EV/EBITDA berada di level 19, yang masih tergolong moderat untuk sektor pertambangan dengan proyek ekspansi besar.
Di lantai bursa, saham MDKA sukses membalikkan tren turun sejak breakout dari area Rp1.600. Per 15 Mei 2025 pukul 11.05 WIB, harga saham naik 3,95 persen ke level Rp1.840 dengan volume 58,58 juta saham, masih di bawah rata-rata 120 juta saham per hari.
Secara teknikal, saham ini tengah mendekati resistance kuat Moving Average 200. “Jika harga menembus Rp1.900 dengan volume tinggi, kami melihat potensi menuju Rp2.000 hingga Rp2.150,” tulis tim teknikal BRI Danareksa Sekuritas dalam catatannya.
Strategi yang direkomendasikan saat ini adalah Buy on Breakout di atas Rp1.900 dan Buy on Weakness di rentang Rp1.740–Rp1.800. Level stop loss disarankan pada Rp1.720 dan Rp1.650.
MBMA Hadapi Tekanan Produksi dan Cuaca
Sementara itu, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), anak usaha MDKA, menghadapi tekanan operasional akibat kondisi cuaca ekstrem sepanjang kuartal I 2025.
Pendapatan MBMA tercatat turun 24 persen qoq, terutama disebabkan oleh anjloknya volume produksi bijih nikel sebesar 47–57 persen. Fasilitas smelter BSI dan ZHN juga terkena dampak perawatan rutin serta banjir pada bulan Maret, menyebabkan produksi nickel pig iron (NPI) turun 14 persen.
Menurut CGSI, marjin tunai MBMA pada kuartal IV 2024 hanya mencapai USD32 juta, turun 45 persen qoq, seiring melonjaknya biaya tunai akibat efek kebijakan B40 dan rendahnya volume produksi. Pada kuartal I 2025, marjin tunai NPI turun menjadi USD1.529 per ton, sedangkan segmen HGNM mencatatkan pembalikan positif ke USD243 per ton setelah sebelumnya negatif USD1.083 per ton di triwulan IV 2024.
Jika dibandingkan dengan panduan tahun penuh 2025, volume produksi di seluruh segmen MDKA dan MBMA masih berada di bawah kisaran tengah target. Biaya tunai emas berada di bawah panduan, sementara biaya tunai tembaga dan bijih nikel melampaui panduan. Biaya tunai untuk NPI dan HGNM tercatat masih sesuai target.
Terlepas dari tekanan jangka pendek, MBMA tetap fokus menjalankan proyek strategis jangka menengah, yaitu proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) melalui entitas SLNC. Hingga Maret 2025, progres konstruksi HPAL telah mencapai 14 persen. Perusahaan menargetkan proyek ini dapat mulai beroperasi secara komersial pada pertengahan 2026.
Proyek ini sangat penting dalam mendukung hilirisasi nikel untuk baterai kendaraan listrik. Jika berhasil terealisasi sesuai jadwal, kapasitas HPAL MBMA akan menjadi kontributor utama pendapatan jangka menengah dan panjang.
MDKA Solid, MBMA Tertekan Namun Potensial
Di tengah ketidakpastian global dan tekanan dari sisi biaya produksi, posisi MDKA sebagai salah satu emiten tambang dengan portofolio logam dasar dan logam hijau sekaligus menempatkannya dalam posisi strategis, khususnya dalam konteks agenda transisi energi Indonesia. Selain emas dan tembaga, keterlibatan grup Merdeka melalui MBMA di sektor nikel dan baterai menjadikannya pemain yang relevan dengan tren elektrifikasi kendaraan dan ekspor produk bernilai tambah.
Data kuartal I 2025 menunjukkan bahwa MDKA mencatat pertumbuhan operasional yang sehat dan menjaga jadwal ekspansi tetap berjalan. Proyek Pani dan Tujuh Bukit menjadi penggerak pertumbuhan dalam jangka menengah.
Dari sisi strategi jangka menengah, MDKA juga tidak hanya bertumpu pada produksi logam primer, tetapi juga mengejar efisiensi dan optimalisasi aset melalui teknologi proses, pemanfaatan cadangan historis, dan pengelolaan tambang berbiaya rendah. Perusahaan menargetkan untuk menjaga level biaya tunai emas tetap kompetitif di bawah panduan tahunan 2025, sebagaimana dicatat oleh CGSI, yang menyebut bahwa biaya tunai emas MDKA saat ini sudah lebih rendah dari target tahunan.
“Kami masih mempertahankan rekomendasi Add untuk MDKA, dan melihat peningkatan produksi dari Pani menjelang akhir tahun sebagai katalis positif. Sementara itu, tekanan MBMA kemungkinan besar sudah terdiskonto,” tulis tim analis CGSI.
Investor disarankan untuk mencermati pergerakan harga saham MDKA menjelang breakout resistance kunci dan memantau perkembangan proyek HPAL MBMA sebagai katalis jangka panjang.
Dengan latar seperti itu, wajar jika valuasi saham MDKA masih berada dalam zona premium, sekalipun secara rasio earnings dan free cash flow saat ini belum optimal. Pasar tampaknya menilai prospek jangka menengah MDKA lebih tinggi dari rata-rata sektor, terutama karena adanya pipeline proyek-proyek ekspansi yang telah teruji dari sisi eksekusi dan pendanaan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.