KABARBURSA.COM - Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengalami lonjakan signifikan sebesar 3,58 persen ke level Rp3.760 pada penutupan perdagangan Rabu, 23 April 2025, seiring dengan pencairan dividen final tahun buku 2024 sebesar Rp208,4 per saham kepada para pemegang saham. Kenaikan ini terjadi setelah periode distribusi dividen selesai, menandai reaksi pasar yang positif terhadap corporate action badan usaha milik negara (BUMN) sektor perbankan tersebut.
Pencairan dividen dilakukan hari ini, 23 April 2025, berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang menetapkan total dividen tunai tahun buku 2024 sebesar Rp343,4 per saham, terdiri atas dividen interim Rp135 yang telah dibayarkan pada 15 Januari 2025, dan dividen final Rp208,4. Cum date untuk dividen final tercatat pada 10 April 2025, dengan ex date pada 11 April 2025 dan recording date di 14 April 2025. Keputusan pembagian dividen ini tidak hanya mencerminkan keberlanjutan kinerja keuangan yang solid, tetapi juga kepercayaan manajemen terhadap struktur permodalan dan strategi pertumbuhan jangka panjang BBRI.
Dari laporan keuangan konsolidasian tahun 2024, BBRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp60,64 triliun. Dengan dividen yang dibagikan mencapai Rp51,74 triliun, dividend payout ratio BBRI berada di kisaran 86,52 persen, yang merupakan salah satu yang tertinggi di antara emiten sektor perbankan berkapitalisasi besar. Dividend yield yang dihasilkan mencapai 9,12 persen, memberikan insentif yang menarik bagi investor yang mengedepankan return berbasis dividen di tengah ketidakpastian pasar global dan fluktuasi suku bunga.
Kinerja fundamental BBRI menunjukkan efisiensi dan kekuatan struktur keuangan. Dari sisi Income Statement, perseroan mencatat Earnings Per Share (TTM) sebesar Rp396,91 dan Revenue per Share (TTM) sebesar Rp1.372,58. Sementara itu, posisi neraca atau Balance Sheet memperlihatkan Book Value per Share sebesar Rp2.092,21 dan Cash per Share (kuartalan) sebesar Rp196,52. Dengan Price to Book Value (PBV) hanya sebesar 1,80, saham BBRI terbilang masih dihargai secara konservatif oleh pasar, meskipun memiliki posisi dominan dan kontribusi signifikan dalam industri perbankan nasional.
Dari sisi arus kas atau Cash Flow Statement, BBRI menunjukkan kemampuan menghasilkan arus kas bebas yang sehat, tercermin dari Free Cash Flow per Share (TTM) sebesar Rp92,03. Rasio Price to Free Cash Flow (TTM) sebesar 40,85 menunjukkan bahwa investor saat ini bersedia membayar premi yang lebih tinggi untuk arus kas masa depan BBRI, yang dianggap stabil dan berkelanjutan. Hal ini juga memperkuat kemampuan BBRI dalam mempertahankan kebijakan dividen progresif tanpa mengorbankan ekspansi usaha maupun kecukupan modal.
Di pasar, saham BBRI ditutup pada harga Rp3.760, naik Rp130 dari harga sebelumnya. Selama sesi perdagangan, saham ini sempat menyentuh level tertinggi harian di Rp3.790 dan terendah di Rp3.640, dengan volume transaksi mencapai 433 juta saham dan nilai transaksi Rp1,61 triliun. Rata-rata volume harian BBRI berada di 335 juta saham, menunjukkan adanya lonjakan minat beli dari pelaku pasar yang mungkin merefleksikan optimisme terhadap prospek kinerja perseroan ke depan.
Dari perspektif valuasi, BBRI saat ini memiliki Price to Earnings Ratio (PER) TTM sebesar 9,47 dan Forward PER sebesar 9,00. Dibandingkan dengan median PER IHSG sebesar 8,15, valuasi BBRI memang relatif lebih tinggi, namun ini sejalan dengan kualitas aset, ekspektasi pertumbuhan berkelanjutan, serta profil risiko yang lebih rendah. Price to Sales (TTM) sebesar 2,74 dan EV/EBITDA sebesar 7,00 menunjukkan bahwa saham ini masih tergolong menarik bagi investor yang berfokus pada efisiensi operasional dan kekuatan pendapatan.
Secara teknikal, saham BBRI menunjukkan sinyal penguatan. Harga saham berhasil menembus resistance minor di Rp3.740, mengindikasikan peluang lanjutan tren naik. Penutupan harga yang dekat dengan level tertinggi harian memperkuat sentimen bullish. Indikator RSI berada mendekati zona overbought namun belum menunjukkan divergensi negatif. Support teknikal kuat berada di Rp3.640 sementara resistance terdekat ada di area Rp3.800 hingga Rp3.850.
Indikator Moving Average menunjukkan konvergensi positif, di mana MA5 memotong MA20 dari bawah, membentuk pola golden cross yang umumnya diasosiasikan dengan momentum kenaikan. Sementara itu, indikator MACD mulai menunjukkan histogram yang menanjak dengan garis sinyal yang mengarah ke atas, memperkuat pandangan bahwa minat beli institusi dan retail cenderung menguat pasca pencairan dividen.
Reaksi positif pasar terhadap pencairan dividen ini sekaligus membuktikan bahwa investor kini tidak hanya menunggu pengumuman dividen, tetapi juga menghargai kepastian realisasi distribusi laba. Dengan struktur modal yang tetap solid dan likuiditas yang terjaga, BBRI menunjukkan bahwa strategi bisnis yang konsisten dan berorientasi pada keberlanjutan mampu menjaga kepercayaan pasar. Saham BBRI pun terus diperhitungkan sebagai salah satu emiten dengan kombinasi ideal antara stabilitas, profitabilitas, dan prospek dividen yang menjanjikan. (*)