KABARBURSA.COM - Bursa saham Eropa menutup perdagangan Rabu. 2 Juli 2025 di zona hijau. Kondisi ini didorong oleh penguatan saham energi terbarukan dan barang mewah, di tengah sentimen positif dari pengesahan RUU anggaran Amerika Serikat yang telah direvisi.
Sementara itu, fokus investor kini tertuju pada tenggat 9 Juli, saat tarif baru dari pemerintahan Trump berpotensi mulai berlaku bagi negara-negara yang belum menyepakati kesepakatan dagang dengan Washington.
Indeks STOXX 600, yang mencerminkan kinerja saham unggulan di seluruh kawasan Eropa, naik 0,18 persen atau 0,96 poin ke level 542,21.
Prancis menjadi salah satu pendorong utama penguatan indeks, dengan CAC 40 melonjak 0,99 persen ke posisi 7.738,42. Sementara itu, indeks DAX di Frankfurt juga menguat 0,49% menjadi 23.790,11.
Sentimen positif datang dari Washington, setelah Senat AS meloloskan versi revisi RUU anggaran yang dinilai lebih bersahabat terhadap sektor energi bersih.
Hal ini menjadi angin segar bagi sejumlah emiten energi terbarukan Eropa yang sempat tertekan di bawah bayang-bayang kebijakan fosil dari pemerintahan Trump.
Saham Vestas, produsen turbin angin asal Denmark, mencatat lonjakan hingga 10,1 persen dan menjadi top gainer di STOXX 600. Saham Orsted turut menguat 1,8 persen.
Analis Morningstar, Tancrede Fulop, menyebut bahwa perubahan arah kebijakan ini, ditambah dimulainya kembali konstruksi proyek Empire Wind milik Equinor di lepas pantai New York, memberikan sinyal bahwa skenario terburuk bagi sektor energi terbarukan tak akan terjadi di bawah kepemimpinan Trump.
Barang Mewah, Pertambangan, hingga Perbankan Menguatkan Pasar
Saham-saham barang mewah juga menjadi tulang punggung penguatan pasar. LVMH di Paris, Moncler di Italia, dan Burberry di London masing-masing naik sekitar 4 persen, setelah UBS menaikkan rekomendasinya terhadap sektor ini menjadi “benchmark” dari sebelumnya “underweight.”
Dalam risetnya, UBS menilai bahwa koreksi tajam yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah membuka ruang teknikal untuk pemulihan jangka pendek, meski masih ada risiko dari sisi permintaan global, khususnya dari pasar Tiongkok.
Sektor lainnya yang turut menopang penguatan indeks adalah pertambangan, otomotif, dan perbankan zona euro. Saham ArcelorMittal dan Thyssenkrupp memimpin di sektor baja, sementara sektor otomotif dan bank masing-masing naik 1,6 persen dan 1,5 persen.
Namun di tengah euforia, tidak semua bursa ikut merasakan penguatan. Di Inggris, suasana pasar justru cenderung tertekan. FTSE 100 ditutup melemah 0,12% ke 8.774,69, sementara indeks midcap lokal, yang lebih sensitif terhadap perkembangan ekonomi domestik, turun tajam 1,3 persen.
Aksi jual di pasar saham dan obligasi dipicu oleh pernyataan emosional dari Kanselir Keuangan Rachel Reeves, sehari setelah pemerintah membatalkan kebijakan reformasi kesejahteraan. Hal ini memicu kembali kekhawatiran soal stabilitas fiskal Inggris dan memukul sentimen pasar.
Saham Greggs, perusahaan roti kenamaan asal Inggris, menjadi salah satu yang paling terpukul dengan koreksi 15,2 persen setelah memperingatkan bahwa laba operasi tahun ini kemungkinan lebih rendah dibanding tahun lalu.
Sebaliknya, saham Banco Sabadell asal Spanyol melonjak 5,2 persen setelah Santander mengumumkan kesepakatan untuk mengakuisisi unit bisnisnya di Inggris, TSB.
Dari sisi geopolitik, Presiden Trump menegaskan bahwa tidak akan ada perpanjangan batas waktu 9 Juli bagi negara-negara yang belum merampungkan perjanjian dagang dengan AS.
Meski kesepakatan dengan Vietnam telah dicapai, sejumlah negara lain masih berpacu dengan waktu. Delegasi perdagangan Uni Eropa dijadwalkan terbang ke Washington pekan ini untuk bernegosiasi, guna menghindari dampak tarif yang lebih tinggi.
Dengan latar belakang kebijakan fiskal AS yang lebih bersahabat terhadap sektor hijau dan rotasi sektoral ke saham-saham defensif dan siklikal, bursa Eropa sejauh ini masih memperlihatkan ketahanan.
Namun ketidakpastian politik domestik di Inggris dan ancaman tarif global tetap menjadi dua faktor utama yang bisa mengubah arah pasar dalam waktu singkat.(*)