KABARBURSA.COM - Pemerintah akan menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada Selasa, 10 September 2024. Seri SBSN yang akan dilelang mencakup SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk), yang bertujuan untuk memenuhi sebagian target pembiayaan dalam APBN 2024.
Dalam rilis resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan RI disebutkan bahwa terdapat tujuh seri yang akan dilelang dengan target indikatif sebesar Rp8 triliun. Tanggal setelmen dijadwalkan pada 12 September 2024. Dikutip di Jakarta, Rabu 4 September 2024.
SPNS01042025 (reopening) dengan jatuh tempo 1 April 2025, SPNS09062025 (new issuance) dengan jatuh tempo 9 Juni 2025, PBS032 (reopening) dengan jatuh tempo 15 Juli 2026, PBS030 (reopening) dengan jatuh tempo 15 Juli 2028, PBS004 (reopening) dengan jatuh tempo 15 Februari 2037, PBS039 (reopening) dengan jatuh tempo 15 Juli 2041, PBS038 (reopening) dengan jatuh tempo 15 Desember 2049
Alokasi pembelian non-kompetitif untuk seri SPNS01042025 dan SPNS09062025 ditetapkan sebesar 75 persen dari total yang dimenangkan, sementara untuk seri lainnya sebesar 30 persen dari total yang dimenangkan.
Peserta lelang terdiri dari sejumlah Dealer Utama, termasuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Permata Tbk, PT. Bank Panin Tbk, PT. Bank HSBC Indonesia, PT. Bank OCBC NISP Tbk, dan Standard Chartered Bank.
Selain itu, PT. Bank CIMB Niaga Tbk, PT. Bank Maybank Indonesia Tbk, Citibank N.A, PT. Bank Central Asia Tbk, Deutsche Bank AG, PT. BRI Danareksa Sekuritas, PT. Mandiri Sekuritas, PT. Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT. Bahana Sekuritas, PT. Bank Syariah Indonesia Tbk, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Bank Indonesia juga turut berpartisipasi sebagai peserta lelang.
Sistem Lelang Bank Indonesia
pemerintah berhasil mengumpulkan dana segar sebesar Rp7,18 triliun melalui lelang tujuh seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Lelang ini dilakukan melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI).
Total penawaran yang masuk mencapai Rp17,99 triliun, menunjukkan minat yang tinggi dari pasar terhadap SBSN kali ini.
Seri dengan serapan terbesar adalah PBS038, di mana pemerintah berhasil menyerap Rp4,15 triliun dari total penawaran Rp5,31 triliun. Imbal hasil rata-rata tertimbang dari seri ini adalah 7,18972 persen.
Seri lainnya yang juga berhasil menarik minat adalah PBS032, di mana pemerintah memenangkan dana sebesar Rp1,3 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp4,17 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6,99952 persen.
Selain itu, dari seri SPNS01042025, pemerintah berhasil menyerap Rp1,18 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6,92483 persen. Sementara dari seri SPNS20012025, pemerintah berhasil menghimpun dana sebesar Rp300 miliar dengan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6,84333 persen.
Pemerintah juga berhasil menyerap dana dari seri PBS004 sebesar Rp150 miliar dengan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6,99054 persen, serta dari seri PBSG001 sebesar Rp100 miliar dengan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6,83286 persen.
Namun, pemerintah memutuskan untuk tidak menyerap dana dari seri PBS030 meskipun menerima penawaran masuk sebesar Rp1,15 triliun.
Penetapan Target Indikatif
Pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp12 triliun dari lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada lelang yang akan dilakukan Selasa, 20 Februari 2024.
Hasil lelang tersebut akan digunakan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024.
Menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), seri SBSN yang akan dilelang terdiri dari seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara-Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk), sebagaimana keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Senin 19 Februari 2024.
Rinciannya, seri SPN-S yang akan dilelang mencakup SPNS 05082024 (pembukaan kembali) dan SPNS 18112024 (penerbitan baru), dengan imbalan diskonto dan tanggal jatuh tempo masing-masing pada 5 Agustus dan 18 November 2024.
Alokasi pembelian non-kompetitifnya mencapai 75 persen dari jumlah yang dimenangkan.
Sementara itu, seri PBS yang akan dilelang melibatkan PBS032 (pembukaan kembali), PBS030 (pembukaan kembali), PBSG001 (pembukaan kembali), PBS004 (pembukaan kembali), dan PBS038 (pembukaan kembali), dengan tingkat imbalan berkisar dari 4,87 persen hingga 6,87 persen.
Alokasi pembelian non-kompetitif untuk seri PBS adalah 30 persen dari jumlah yang dimenangkan.
Pada lelang ini, pemerintah juga menawarkan seri PBSG001, sebuah green sukuk yang dilelang di pasar perdana domestik. Seri PBSG001 melengkapi program penerbitan green sukuk yang sudah dilakukan sebanyak enam kali di pasar global sejak tahun 2018 dan enam kali di pasar domestik melalui green sukuk ritel sejak tahun 2019.
Seri PBSG001 juga dapat mendukung program RPIM (Rasio Pembiayaan Inklusif Makropudensial) bagi bank umum konvensional, bank umum syariah, dan unit usaha syariah.
Pemenang lelang dengan penawaran pembelian kompetitif akan membayar sesuai dengan imbal hasil (yield) yang diajukan. Sedangkan pemenang lelang dengan penawaran pembelian non-kompetitif akan membayar sesuai dengan imbal hasil rata-rata tertimbang dari penawaran pembelian kompetitif yang dinyatakan menang.
Pemerintah berhak menjual seri SBSN tersebut lebih besar atau lebih kecil dari target indikatif yang ditetapkan.
Lelang akan dimulai pada Selasa, 20 Februari 2024, pukul 09.00 WIB, dan ditutup pukul 11.00 WIB. Hasil lelang diumumkan pada hari yang sama, sementara penyelesaian (setelmen) dilakukan pada tanggal 22 Februari 2024 atau 2 hari kerja setelah lelang berlangsung.
Underlying asset untuk seri SPN-S menggunakan Barang Milik Negara (BMN), sementara underlying asset untuk seri PBS menggunakan proyek/kegiatan dalam APBN tahun 2024. Kedua jenis underlying asset tersebut telah mendapatkan persetujuan DPR RI dan memenuhi persyaratan yang diatur oleh undang-undang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.