KABARBURSA.COM - Kabupaten Sukoharjo bertekad mempertahankan surplus beras dengan cara bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan meluncurkan Pupuk Hayati Multiguna Provibio Botani.
Peluncuran Pupuk Hayati Multiguna Provibio Botani dilakukan di Desa Kragilan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, pada Rabu, 15 Mei 2024.
Kerjasama tersebut berhasil terwujud atas komitmen antar stakeholder yang bersinergi, menjaga agar kedaulatan pangan dapat tercapai.
Menurut Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, pupuk hayati merupakan salah satu alternatif yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian.
Peluncuran pupuk ini diharapkan dapat mengubah paradigma petani yang saat ini masih bergantung pada pupuk kimia, sehingga pembangunan pertanian berwawasan lingkungan dapat terlaksana di Kabupaten Sukoharjo.
Katanya lagi, Kabupaten Sukoharjo merupakan lumbung padi di Jawa Tengah. Keberhasilan daerah ini dalam mempertahankan surplus beras berkat dukungan dari semua pihak.
“Ini berkat dukungan dari petani, pemerintah maupun swasta, dan stakeholder lainnya dalam mengadopsi inovasi teknologi baru di bidang pertanian sehingga kami masih mampu berkontribusi dalam penyediaan pangan di Jawa Tengah,” katanya, Kamis, 16 Mei 2024.
“Kunci untuk mempertahankan surplus beras Kabupaten Sukoharjo adalah kolaborasi antar stakeholder, di mana semua harus memiliki komitmen untuk bekerja sama agar kedaulatan pangan dapat tercapai,” sambungnya.
Menurut Etik, swasembada pangan tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab petani, namun pemerintah, swasta, akademisi, bahkan media massa juga harus ikut serta dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Sukoharjo.
Menurutnya, semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan pangan juga meningkat. Tantangan tersebut ditambah dengan keterbatasan lahan pertanian dan ancaman anomali iklim. Oleh karena itu, perlu dicari inovasi agar produksi pangan terus meningkat dan surplus beras dapat dipertahankan.
“Hanya 4,8 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo yang bermata pencaharian sebagai petani. Dengan persentase jumlah petani yang rendah ini, tentunya bukan hal yang mudah untuk tetap mempertahankan surplus beras di Kabupaten Sukoharjo,” imbuhnya.
Adapun, dalam menghadapi dampak perubahan iklim dan keterbatasan alokasi pupuk bersubsidi saat ini, diharapkan pihak swasta dan akademisi ikut membantu memberikan solusi bagi petani di Kabupaten Sukoharjo dalam usaha budidaya.
Sehingga, tidak hanya tercapai peningkatan produksi padi, tetapi juga dapat terwujud peningkatan kesejahteraan petani.
“Melalui sinergi partisipasi swasta dan akademisi dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, saya berharap akan ada inovasi dalam penyediaan benih varietas unggul baru yang tangguh dalam menghadapi dampak perubahan iklim maupun serangan hama penyakit tanaman, serta mampu memberikan produktivitas yang tinggi,” pungkasnya.