Logo
>

Pendapatan ANTM FY24 Rp25,9 Triliun, Capex 2025 Aman?

Secara kumulatif, pendapatan sepanjang tahun 2024 mencapai Rp69,2 triliun, mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat impresif sebesar 69 persen.

Ditulis oleh Yunila Wati
Pendapatan ANTM FY24 Rp25,9 Triliun, Capex 2025 Aman?
Pedagang menunjukkan emas dagangannya. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Aneka Tambang Tbk atau ANTM mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun fiskal 2024, dengan hasil yang melampaui ekspektasi baik dari pihak internal perusahaan maupun konsensus analis. Laba bersih kuartal IV-2024 tercatat sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan sebesar 122 persen secara kuartalan. 

    Capaian ini mendorong laba bersih tahunan menjadi Rp3,6 triliun, meningkat 19 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja ini juga melebihi proyeksi dengan pencapaian sebesar 122 persen dari estimasi internal dan 132 persen dari estimasi konsensus analis.

    Dari sisi pendapatan, ANTM membukukan angka Rp25,9 triliun pada kuartal IV, naik 30 persen dibanding kuartal sebelumnya. Secara kumulatif, pendapatan sepanjang tahun 2024 mencapai Rp69,2 triliun, mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat impresif sebesar 69 persen. Angka ini sekaligus memenuhi 122 persen dari estimasi internal dan juga konsensus.

    Kenaikan pendapatan ini sebagian besar didorong oleh lonjakan penjualan emas yang meningkat 20 persen secara kuartalan. Namun, sejalan dengan pertumbuhan ini, beban operasional (opex) juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 64 persen kuartalan menjadi Rp1,3 triliun. 

    Equity research analyst dari BRI Danareksa Sekuritas Timothy Wijaya, mensinyalir kenaikan ini berasal dari biaya terkait penjualan emas yang lebih tinggi, pembayaran gaji senilai Rp305 miliar, serta pencadangan biaya hukum sebesar Rp85 miliar.

    Meski beban meningkat, profitabilitas ANTM tetap terjaga berkat kontribusi yang lebih tinggi dari entitas asosiasi, khususnya Weda Bay Nickel (WBN). Laba dari entitas asosiasi tercatat sebesar Rp349 miliar hanya dalam tiga bulan terakhir tahun 2024, melampaui akumulasi laba dari sembilan bulan sebelumnya sebesar Rp340 miliar. 

    Selain itu, ANTM juga mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp321 miliar setelah pada kuartal sebelumnya mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp428 miliar. Tidak hanya itu, perusahaan juga memperoleh tambahan pendapatan senilai Rp101 miliar dari pengalihan aset Konawe Daya Indonesia (KDI) ke PT Trimegah Bangun Persada Tbk (TMS).

    Secara keseluruhan, ANTM menunjukkan momentum pemulihan yang kuat dengan didukung oleh kenaikan penjualan, efisiensi operasional, serta kontribusi non-operasional yang signifikan. Laporan keuangan tahun 2024 ini menjadi sinyal positif bagi investor bahwa emiten pelat merah ini berhasil mengelola tantangan eksternal dengan strategi yang solid.

    Dengan target harga saham di kisaran Rp2.000, prospek ANTM ke depan tetap menjanjikan, terutama jika tren positif di sektor tambang dan nikel berlanjut serta dukungan hilirisasi terus digencarkan oleh pemerintah.

    Capex dan Dividen

    PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencetak tonggak penting dalam kinerja bisnisnya sepanjang 2024 dengan mencatat rekor penjualan emas tertinggi sepanjang sejarah sebesar 43,78 ton, naik tajam 67,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

    Pertumbuhan yang impresif ini menjadi sinyal kuat akan potensi berkelanjutan di segmen emas yang semakin strategis bagi perusahaan. Analis memproyeksikan tren positif tersebut akan berlanjut pada 2025, seiring dengan berbagai inisiatif efisiensi dan ekspansi yang tengah dijalankan oleh Antam.

    Salah satu langkah krusial dalam memperkuat kinerja bisnis emas adalah kemitraan strategis dengan PT Freeport Indonesia. Melalui kolaborasi ini, Antam berpotensi memperoleh pasokan emas hingga 30 ton per tahun. 

    Pasokan domestik ini diharapkan mampu memangkas ketergantungan pada impor bahan baku, sekaligus menurunkan biaya operasional dan meningkatkan margin profitabilitas sebesar 1–2 persen. Efisiensi ini tentu menjadi pendorong utama bagi peningkatan laba bersih perseroan dalam beberapa tahun mendatang.

    Selain memperkuat sumber pasokan, Antam juga berupaya mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas pemurnian emas yang saat ini baru mencapai 15 persen dari total kapasitas 100 ton. Untuk mendukung target tersebut, perusahaan tengah menjajaki akuisisi tambang emas baru, mengingat tambang Pongkor—salah satu sumber utama produksi Antam—diperkirakan akan memasuki akhir siklus produksinya pada 2025. 

    Di saat yang sama, Antam turut mempertimbangkan pengembangan produk emas digital untuk memperluas segmen pasarnya dan menjangkau konsumen yang lebih muda dan digital savvy.

    Pada segmen nikel, Antam mengambil langkah taktis dengan memprioritaskan penjualan bijih nikel ketimbang produksi feronikel (FeNi), mengingat tren pelemahan harga nikel global. Target produksi bijih nikel pada 2024 dipatok sebesar 15 juta ton. 

    Meskipun harga saat ini masih menekan margin, tingginya permintaan domestik serta potensi pengurangan pasokan dari Filipina dan kuota RKAB di Indonesia diyakini dapat menopang harga bijih nikel dalam jangka menengah. Hal ini membuka peluang positif bagi peningkatan profitabilitas ANTM dari lini bisnis nikel.

    Secara keseluruhan, analis Mirae Asset Sekuritas menilai Antam memiliki prospek kinerja yang kuat pada 2024 dan 2025, didorong oleh harga emas yang tinggi, efisiensi yang membaik berkat kemitraan strategis, dan optimalisasi aset. 

    Tak hanya itu, rencana pengembangan proyek hilirisasi baterai kendaraan listrik bersama Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), serta penyelesaian proyek refinery Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), turut menjadi katalis pertumbuhan jangka panjang. Untuk menopang ekspansi tersebut, Antam mengalokasikan belanja modal sebesar Rp7 triliun tahun ini.

    Dengan segala rencana ekspansi dan prospek cerah di segmen emas dan nikel, Mirae Asset Sekuritas menegaskan kembali rekomendasi beli untuk saham ANTM dengan target harga Rp1.900. Target tersebut didasarkan pada estimasi valuasi EV/EBITDA 2025 sebesar 8,3 kali, setara dengan standar deviasi -0,5 dari rata-rata lima tahun terakhir.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79