KABARBURSA.COM – PT Merdeka Gold Resources Tbk dalam kode saham EMAS, anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) baru saja resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 23 September 2025. Namun dalam catatan keuangannya pendapatan masih rugi.
EMAS menghimpun dana Rp4,66 triliun dengan harga penawaran Rp1.800–Rp3.020 per saham. Sebelumnya, masa penawaran awal berlangsung pada 8–10 September 2025, penawaran umum pada 17–19 September 2025, dan distribusi saham pada 22 September 2025.
Direktur EMAS, Albert Saputro menjelaskan IPO dilakukan saat proyek tambang emas Pani masih dalam tahap pengembangan, namun sudah mendekati penyelesaian.
“Produksi emas pertama kami targetkan pada Februari atau Maret 2026,” katanya di Main Hall BEI, pada Selasa, 23 September 2025.
Artinya, sepanjang 2025 perseroan masih membukukan rugi karena belum ada pendapatan dari operasi komersial.
Laporan keuangan konsolidasian EMAS menunjukkan pendapatan tiga bulan pertama 2025 sebesar USD539.631 dengan rugi bersih USD7,88 juta. Pada tahun penuh 2024, pendapatan tercatat USD1,74 juta dengan rugi bersih USD10,13 juta; tahun 2023 rugi USD6,83 juta; dan tahun 2022 rugi USD6,86 juta. Rasio keuangan untuk periode ini belum dapat dihitung penuh karena kegiatan operasional komersial belum dimulai.
Albert menegaskan IPO bukan sekadar memanfaatkan momentum harga emas yang sedang di puncaknya, tetapi strategi pemisahan bisnis agar EMAS fokus penuh pada komoditas emas. “Kami ingin EMAS menjadi perusahaan yang purely on gold,” ujarnya.
Dua Tahap Proyek: Heap Leach dan CIL
Proyek tambang emas inti EMAS bernama Pani berada di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, Sulawesi dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode heap leach yang ditargetkan selesai secara mekanikal November 2025 dan mulai tahap komisioning Desember 2025. Per 30 Juni 2025 progres konstruksi heap leach sudah 67 persen dan ditargetkan 98 persen per 31 Desember 2025.
Tahap kedua adalah pembangunan fasilitas Carbon in Leach (CIL) yang akan meningkatkan kapasitas produksi dari 140 ribu ounce menjadi hingga 500 ribu ounce per tahun pada puncaknya.
Selain itu, EMAS belum memiliki kontrak offtake atau kontrak jual beli emas. “Tidak ada offtake agreement saat ini. Emas itu komoditas yang bisa dijual kemana saja, baik di pasar domestik maupun ekspor,” kata Albert.
Albert menegaskan fokus utama perseroan dalam jangka pendek adalah menyelesaikan belanja modal dan pengembangan proyek sebelum membagikan laba kepada pemegang saham. “Any excess profit yang tidak kami pakai tentu akan kami distribusikan sesuai kebijakan emiten pada umumnya,” ujarnya.
Dengan kata lain, selama 2025 hingga awal 2026 EMAS belum akan membagikan dividen karena masih rugi dan semua dana hasil IPO dialokasikan untuk penyelesaian proyek serta pelunasan pinjaman.
Ia juga mengisyaratkan kebijakan dividen akan lebih fleksibel begitu perusahaan memasuki fase operasi penuh. Dengan produksi berjalan dan harga emas tetap di level tinggi, EMAS menargetkan mulai menghasilkan laba pada 2026.
“Kalau sudah profit dan kebutuhan capex sudah terpenuhi, kami sangat terbuka untuk membagikan dividen,” tegas Albert.
Seluruh dana hasil IPO setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk berbagai hal yakni : setoran modal ke PT Pani Bersama Tambang (PBT) sekitar USD20 juta atau Rp328,4 miliar untuk modal kerja heap leach (bahan baku, listrik, karyawan). Kemudian dipakai untuk pinjaman kepada PETS sebesar USD20 juta untuk modal kerja tambang yang masih dibangun (progres 50 persen per Juni 2025, target selesai Oktober 2025).
Selain itu dana IPO juga dipakai untuk pelunasan utang kepada induk PT Merdeka Copper Gold Tbk berdasarkan Perjanjian Utang Piutang senilai USD260 juta.
Dana IPO ini memastikan kelanjutan konstruksi PBT hingga rampung dan menjaga kepemilikan 99,99 persen EMAS di entitas anak tersebut.
Albert mengatakan EMAS belum berencana mengakuisisi tambang emas yang sudah beroperasi. Fokus manajemen saat ini adalah menyelesaikan konstruksi dan memastikan produksi sesuai target. Capex tahun 2025 diperkirakan sekitar Rp150 hingga Rp170 miliar yang mayoritas sudah terserap untuk penyelesaian proyek.
Menurut dia hal yang paling penting deliverable project kepada investor. “Yang penting kami deliver apa yang sudah di-plan. Investor pasti lihat valuasi ke depan, bukan sekarang,” katanya.(*)