KABARBURSA.COM - Kinerja keuangan PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) untuk periode terbaru menunjukkan campuran antara pencapaian dan tantangan.
Di satu sisi, pendapatan perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan. Ini mencerminkan pertumbuhan bisnis yang positif. Namun, arus kas operasional menunjukkan angka negatif yang mengindikasikan adanya tekanan dalam operasional harian.
Selain itu, perubahan jumlah pemegang saham juga mencerminkan dinamika pasar yang mempengaruhi BNII. Artikel ini akan mengulas secara detail laporan keuangan BNII untuk memberikan gambaran lengkap tentang pencapaian dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan ini.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk, sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Internasional Indonesia Tbk, atau BNII, merupakan salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia yang beroperasi di bidang usaha perbankan umum. Bank ini menyediakan berbagai layanan perbankan melalui beberapa segmen bisnis utama, termasuk Business Banking, Retail Banking, Global Banking, dan Syariah Banking.
Hingga tahun 2018, BNII memiliki total 417 kantor cabang dan jaringan ATM+CDM yang berkembang hingga mencapai 1.524 unit. Perusahaan ini juga memiliki dua entitas anak, yaitu WOM Finance Tbk dan Bii Finance Center, yang mendukung operasional bisnisnya di sektor keuangan.
Sorak Financial Holdings Pte Ltd menjadi pemegang saham terbesar di BNII dengan kepemilikan saham sebanyak 34,31 miliar saham atau sekitar 45,0205 persen.
Disusul oleh Maybank Offshore Corporate Services yang memiliki 25,88 miliar saham atau sekitar 33,9596 persen. Pemegang saham lainnya termasuk masyarakat non-warkat yang memiliki 8,42 miliar saham (11,044 persen), Vital Solution Fund dengan 6,65 miliar saham (8,7295 persen), dan masyarakat warkat dengan 949,92 juta saham (1,2464 persen).
Struktur pemegang saham ini menunjukkan dominasi kepemilikan oleh entitas besar, yang dapat mempengaruhi arah kebijakan dan keputusan strategis perusahaan.
Pada tanggal 30 Juni 2024, jumlah pemegang saham BNII tercatat sebanyak 15.361, menurun 18 pemegang saham dibandingkan bulan sebelumnya. Pada 31 Mei 2024, jumlah pemegang saham adalah 15.379, yang menunjukkan penurunan sebesar 67 pemegang saham dari bulan sebelumnya.
Sebelumnya, pada 30 April 2024, jumlah pemegang saham mencapai 15.446, meningkat 248 dari bulan sebelumnya. Pada akhir kuartal pertama, 31 Maret 2024, jumlah pemegang saham adalah 15.198, meningkat 110 dari bulan sebelumnya.
Di bulan Februari, jumlah pemegang saham tercatat 15.088, naik 11 dari bulan sebelumnya, sedangkan pada akhir Januari, jumlah pemegang saham adalah 15.077, menurun 22 dari bulan sebelumnya. Fluktuasi jumlah pemegang saham ini mencerminkan dinamika kepemilikan saham di pasar, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal.
Pendapatan Pada Kuartal Pertama
Pada kuartal pertama 2024, PT Bank Maybank Indonesia Tbk atau BNII mengalami kerugian sebesar Rp228 miliar. Ini merupakan penurunan signifikan dibandingkan dengan laba sebesar Rp566 miliar pada kuartal pertama tahun 2023 dan Rp388 miliar pada periode yang sama tahun 2022.
Namun, pada kuartal kedua tahun 2024, BNII berhasil membalikkan keadaan dengan mencatatkan laba sebesar Rp356 miliar. Meskipun masih lebih rendah dibandingkan dengan laba sebesar Rp394 miliar pada kuartal kedua tahun 2023, angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan laba sebesar Rp275 miliar pada kuartal kedua tahun 2022.
Pada 2023, laba pada kuartal ketiga mencapai Rp287 miliar, sementara pada kuartal keempat tercatat sebesar Rp497 miliar. Pada tahun 2022, laba kuartal ketiga adalah Rp 401 miliar dan kuartal keempat adalah Rp 407 miliar.
Adapun secara tahunan, pendapatan BNII pada tahun 2024 diproyeksikan sebesar Rp257 miliar. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan sebesar Rp1,74 triliun pada tahun 2023 dan Rp1,47 triliun pada tahun 2022. Pada periode TTM yang berakhir pada kuartal kedua tahun 2024, BNII mencatatkan pendapatan sebesar Rp912 miliar. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan sebesar Rp1,74 triliun pada periode yang sama tahun 2023 dan Rp1,47 triliun pada tahun 2022.
Kapitalisasi Pasar dan Saham Beredar
Per 30 Juni 2024, kapitalisasi pasar BNII tercatat sebesar Rp16,15 triliun dengan jumlah saham beredar sebanyak 76,22 miliar. Angka ini mencerminkan nilai total dari saham yang beredar di pasar dan menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang bank.
Laba Kotor
Laba kotor BNII pada periode TTM tahun 2024 mencapai Rp7.14 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Rp6.74 triliun pada 2023 dan Rp6.47 triliun pada 2022. Peningkatan laba kotor ini menunjukkan efisiensi operasional yang lebih baik dan kemampuan bank dalam mengelola biaya produksi serta operasi lainnya.
EBITDA
EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) BNII untuk periode TTM tahun 2024 tercatat sebesar Rp1,90 triliun. Ini merupakan peningkatan dari Rp1,84 triliun pada tahun 2023 dan Rp1,70 triliun pada tahun 2022. Peningkatan EBITDA menunjukkan bahwa bank mampu meningkatkan laba operasionalnya sebelum beban keuangan dan pajak.
Laba Bersih
Laba bersih BNII pada periode TTM tahun 2024 sebesar Rp912 miliar. Ini juga menunjukkan peningkatan dari Rp843 miliar pada tahun 2023 dan Rp701 miliar pada tahun 2022. Kenaikan laba bersih ini mengindikasikan kinerja keuangan yang sehat dan kemampuan bank untuk menghasilkan laba bersih setelah memperhitungkan semua beban dan pajak.
Valuasi
Valuasi bank menunjukkan bahwa Current PE Ratio (Annualised) adalah 62,88 dan Current PE Ratio (TTM) adalah 17,71. Ini berarti harga saham bank saat ini cukup tinggi dibandingkan dengan pendapatan bersihnya, yang mengindikasikan ekspektasi pertumbuhan yang tinggi dari investor. Namun, rasio harga terhadap buku (Current Price to Book Value) hanya 0,55, yang bisa menarik bagi investor jangka panjang yang mencari saham dengan nilai lebih rendah dari aset buku perusahaan.
Current Price to Sales (TTM) adalah 1,30, yang menunjukkan harga saham dibandingkan dengan total penjualan. Selain itu, Current Price to Cashflow (TTM) adalah -2,25 dan Current Price to Free Cashflow (TTM) adalah -2,08, yang menunjukkan tantangan dalam arus kas bebas perusahaan. EV to EBITDA (TTM) tercatat sebesar 14,00, menunjukkan nilai perusahaan dibandingkan dengan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Solvabilitas
BNII memiliki Debt to Equity Ratio (Quarter) sebesar 0,39, yang menunjukkan perbandingan utang terhadap ekuitas. Angka ini menunjukkan bahwa bank memiliki struktur modal yang sehat dengan tingkat utang yang terkendali dibandingkan dengan ekuitasnya.
Profitabilitas
Return on Assets (TTM) BNII adalah 0,48 persen, sedangkan Return on Equity (TTM) adalah 3,10 persen. Gross Profit Margin (Quarter) mencapai 55,44 persen, menunjukkan efisiensi dalam menghasilkan laba kotor dari pendapatan. Operating Profit Margin (Quarter) sebesar 17,34 persen dan Net Profit Margin (Quarter) sebesar 11,22 persen menunjukkan bahwa bank mampu mengelola biaya operasionalnya dengan baik dan menghasilkan laba bersih yang solid.
Dividen
BNII membayarkan dividen (TTM) sebesar 10,29 persen dengan Payout Ratio sebesar 305,20 persen dan Dividend Yield sebesar 4,72 persen. Tanggal ex-dividen terakhir adalah 18 April 2024, yang menunjukkan komitmen bank untuk memberikan pengembalian kepada pemegang sahamnya.
Neraca Keuangan
BNII memiliki kas (Quarter) sebesar Rp1,36 triliun, total aset (Quarter) sebesar Rp189,16 triliun, dan total liabilitas (Quarter) sebesar Rp159,23 triliun. Total utang (Quarter) tercatat sebesar Rp11,41 triliun, sementara total ekuitas adalah Rp29,37 triliun. Neraca keuangan ini menunjukkan posisi keuangan yang kuat dengan aset yang melebihi liabilitas dan struktur modal yang sehat.
Arus Kas
Pada periode TTM (Trailing Twelve Months) tahun 2024, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatatkan arus kas dari operasi sebesar minus Rp7,18 triliun. Angka negatif ini menunjukkan bahwa operasi bisnis bank mengalami penurunan arus kas. Di sisi lain, arus kas dari investasi juga negatif sebesar Rp1,00 triliun, yang menandakan adanya pengeluaran besar untuk investasi yang dilakukan oleh bank.
Namun, arus kas dari pembiayaan mencapai Rp11,55 triliun. Ini menunjukkan bahwa bank memperoleh dana signifikan dari kegiatan pembiayaan. Pengeluaran modal (Capital Expenditure) tercatat sebesar Rp579 miliar, dan arus kas bebas (Free Cash Flow) menunjukkan angka negatif sebesar Rp7,76 triliun. Secara keseluruhan, arus kas bank menunjukkan defisit, yang menandakan adanya tekanan keuangan dari kegiatan operasional dan investasi.
Pertumbuhan
Pertumbuhan pendapatan (Revenue) kuartalan YoY (Year-over-Year) untuk BNII mencapai 9,13 persen, dan pertumbuhan YTD (Year-to-Date) YoY sebesar 9,91 persen. Pertumbuhan pendapatan tahunan YoY juga menunjukkan angka positif sebesar 14,26 persen, menunjukkan bahwa bank berhasil meningkatkan pendapatan secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, laba bersih (Net Income) kuartalan YoY mengalami penurunan sebesar 9,59 persen, dan laba bersih YTD YoY merosot tajam sebesar 86,61 persen. Meskipun demikian, laba bersih tahunan YoY meningkat sebesar 18,51 persen, menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan di beberapa periode, kinerja tahunan bank secara keseluruhan masih positif. EPS (Earnings Per Share) kuartalan YoY turun sebesar 9,48 persen, dan EPS YTD YoY menurun sebesar 86,58 persen. Namun, EPS tahunan YoY meningkat sebesar 18,50 persen, menunjukkan adanya pemulihan dalam kinerja per saham bank.
Kinerja Harga Saham
Kinerja harga saham BNII selama satu minggu terakhir menunjukkan peningkatan sebesar 1,92 persen. Namun, kinerja harga untuk tiga bulan terakhir turun sebesar 7,83 persen dan enam bulan terakhir turun sebesar 13,11 persen. Dalam satu tahun terakhir, harga saham turun sebesar 23,74 persen, sementara dalam tiga tahun terakhir turun sebesar 42,70 persen. Kinerja harga saham lima tahun terakhir mencatat penurunan sebesar 14,52 persen dan sepuluh tahun terakhir sebesar 27,65 persen. Hingga tahun ini, harga saham turun sebesar 12,40 persen. Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir tercatat sebesar Rp 298 per saham, sedangkan harga terendah sebesar Rp 184 per saham.
Secara keseluruhan, kinerja harga saham BNII menunjukkan penurunan yang signifikan dalam jangka panjang, meskipun ada sedikit peningkatan dalam jangka pendek. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan dalam kinerja saham, masih ada peluang bagi pemulihan di masa depan.(*)