KABARBURSA.COM - Para ahli di lembaga federal dan negara bagian AS kini tengah meneliti kemungkinan penyebaran flu burung melalui saluran pernafasan pada sapi perah. Langkah ini diambil untuk mengendalikan penyebaran virus dan meminimalisir paparan terhadap manusia.
Melansir dari Reuters, Senin 10 Juni 2024, pejabat pertanian dan kesehatan Michigan menyatakan bahwa penyebaran melalui saluran pernafasan membuka peluang bagi virus untuk berevolusi lebih lanjut.
Hingga saat ini, ilmuwan menduga virus menyebar antara hewan dan manusia melalui kontak dengan susu terinfeksi atau tetesan aerosol, serta paparan dari burung atau unggas terinfeksi. Direktur Departemen Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Michigan, Tim Boring, bersama Michigan State University dan USDA, merencanakan penelitian di pertanian untuk mengevaluasi penyebaran penyakit lewat pernapasan.
“Ini adalah kekhawatiran yang sedang kami dalami dan ingin kami ketahui lebih lanjut,” ungkap Boring. Penelitian ini sangat penting untuk mengarahkan kebijakan publik di negara bagian.
Juru bicara USDA menambahkan bahwa mereka sedang meneliti infeksi pernapasan pada sapi perah bersama universitas-universitas di seluruh negeri untuk memahami dan mengendalikan penyebarannya.
Sejak akhir Maret, flu burung telah dilaporkan di lebih dari 80 peternakan sapi perah di 11 negara bagian. Meskipun mekanisme pasti penyebaran belum jelas, ada bukti penularan ke sapi melalui burung liar dan sapi lainnya. Virus ini ditemukan terutama pada susu, namun juga pada usapan hidung dalam jumlah lebih kecil, kata Zelmar Rodriguez, seorang dokter hewan perah dan asisten profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Michigan State University.
"Jika ada di hidung, saat sapi sedang mengeluarkan virus, berpotensi menular melalui udara," jelas Rodriguez.
Richard Webby, ahli virologi di Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude yang mempelajari flu pada hewan dan burung untuk WHO, menambahkan bahwa perubahan cara penularan virus memberikan peluang bagi virus untuk berkembang lebih lanjut. “Kami tentu tidak menginginkan hal itu,” katanya.
Pekerja sapi perah ketiga yang terjangkit flu burung, melaporkan gejala pernapasan termasuk batuk. Para ahli berpendapat pekerja tersebut kemungkinan besar tertular melalui kontak dekat dengan susu yang terinfeksi atau tetesan aerosol. Gejala pernapasan sering terlihat pada infeksi flu burung sebelumnya, sementara dua pekerja AS pertama yang terinfeksi hanya melaporkan gejala konjungtivitis.
CDC Amerika menyatakan bahwa kasus terbaru ini tidak mengubah penilaian bahwa flu burung memiliki risiko rendah bagi masyarakat umum, dan belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
Natasha Bagdasarian, kepala eksekutif medis Michigan, dalam sebuah wawancara menyebutkan bahwa pekerja dengan gejala pernapasan tersebut masih dalam tahap pemulihan. Michigan berencana memulai studi terhadap sampel darah untuk mencari bukti adanya infeksi flu burung di kalangan pekerja peternakan bulan ini.
Reuters melaporkan pada 30 Mei bahwa negara bagian dan CDC akan melakukan penelitian untuk memahami prevalensi penyakit pada manusia dan apakah ada pekerja susu yang sebelumnya tertular virus tersebut. “Kami memiliki orang-orang dari CDC yang berada di negara bagian tersebut saat ini,” kata Bagdasarian. “Kami telah bekerja sangat erat dan kolaboratif dengan mereka, protokol kami sudah berjalan."
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.