KABARBURSA.COM - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmi Radhi mengatakan bahwa sebaiknya Pertalite tidak digantikan oleh Pertamax Green 92.
Alasannya, Fahmi menilai bahwa rencana mengganti bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi itu memicu dampak ekonomi yang besar.
Alternatifnya, Pertamina dapat mengusulkan Pertamax Green 92 bersanding dengan Pertamax 92. Ini merupakan salah satu solusi yang berbentuk seleksi oleh masyarakat pengguna BBM.
"Solusinya berikan saja pilihan gitu ya artinya biarkan saja Pertamax Green 92 diproduksi bioetanol tadi nah silahkan nanti konsumen yang memilih dengan harga yang mungkin lebih mahal gitu ya," kata Fahmi kepada KabarBursa, Kamis, 29 Februari 2024.
Adapun pilihan lain adalah menghapus Pertamax. Jika Pertamina bertujuan mengganti Pertamax dengan Pertamax Green 92 karena alasan lingkungan maka opsi tersebut lebih tepat.
"Kalau dia masyarakat mampu (membeli itu) dan punya kesadaran untuk lingkungannya maka yang mestinya digantikan adalah Pertamax," ujarnya.
"Pertamax itu kan masih termasuk emisi kotor gitu ya di bawah Euro 4 maka jika memang tujuannya ingin memperbaiki lingkungan maka yang digantikan itu adalah ya Pertamax karena lebih relevan," usulnya, menegaskan.
Karena jelas Fahmi harga Pertamax dan Pertamax Green 92 relatif sama. Jika yang digantikan adalah pertalite selanjutnya itu akan mempunyai dampak buruk pada perekonomian Indonesia.
"Nah itu saya kira lebih relevan gitu. Tapi kalau yang diganti adalah pertalite untuk saat ini akan menimbulkan masalah gitu ya," pungkasnya.