Logo
>

Penjualan EV di Eropa Anjlok Hingga Tutup Pabrik

Ditulis oleh KabarBursa.com
Penjualan EV di Eropa Anjlok Hingga Tutup Pabrik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penjualan mobil di Eropa mengalami stagnasi pada Juli, dengan permintaan untuk kendaraan listrik (EV) di Jerman, pasar mobil terbesar di Benua Biru, semakin melemah.

    Menurut Asosiasi Produsen Mobil Eropa, pembelian mobil baru hanya meningkat 0,4 persen dibandingkan tahun lalu, mencapai 1,03 juta unit bulan lalu.

    Walaupun penjualan mobil listrik bertenaga baterai mencatatkan peningkatan di negara-negara seperti Prancis dan Inggris, lonjakan tersebut tidak dapat menutupi penurunan dramatis sebesar 37 persen di Jerman.

    Penurunan ini telah berlangsung selama berbulan-bulan, sebagian besar disebabkan oleh pengurangan insentif keuangan untuk pembelian kendaraan bertenaga baterai oleh pemerintah.

    Jerman secara tiba-tiba menghentikan subsidi kendaraan listrik pada pertengahan Desember lalu, dan tren penurunan ekonomi yang berkepanjangan di negara itu telah membebani belanja konsumen.

    Penurunan permintaan ini memaksa produsen mobil untuk menunda dan memperlambat rencana mereka dalam menghapus mesin pembakaran internal (ICE).

    Volkswagen AG tengah berupaya memangkas biaya secara signifikan, termasuk kemungkinan penutupan pabrik kendaraan listrik Audi dekat Brussels.

    Sementara itu, CEO Stellantis NV, produsen mobil terbesar kedua di kawasan tersebut, melaporkan bahwa merek-merek perusahaan mengalami performa buruk setelah laba bersihnya hampir terpangkas setengahnya dalam enam bulan pertama tahun ini.

    Mercedes-Benz Group AG juga mengurangi perkiraan margin untuk tahun ini dan telah mencabut target jangka menengah untuk penjualan kendaraan listrik, mengakui bahwa transisi dari mobil berbahan bakar pembakaran akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.

    Analis Gillian Davis dan Mike Dean, memperingatkan bahwa “pertumbuhan registrasi EV mungkin terus melambat, mengingat kurangnya insentif dan minat konsumen di luar pengguna awal.”

    Prospek pasar kendaraan listrik Eropa semakin rumit akibat ketegangan perdagangan dengan China. Uni Eropa menuduh Beijing memberikan subsidi yang tidak adil kepada industri mobil listriknya dan merencanakan pungutan tambahan pada kendaraan listrik yang diimpor dari negara tersebut, yang dijadwalkan mulai berlaku pada November.

    Kendaraan listrik menyumbang 13,6 persen dari total penjualan mobil di kawasan tersebut bulan lalu, turun dari 14,5 persen pada tahun lalu. Penjualan mobil bertenaga gas turun 8,4 persen, sementara kendaraan diesel turun 11 persen. Mobil hibrida menjadi yang paling laris pada bulan tersebut, dengan pendaftaran meningkat 24 persen.

    Penjualan Tesla Inc terus merosot di seluruh Eropa, mencatatkan penurunan 15 persen pada Juli dan penurunan 12 persen selama tujuh bulan pertama tahun ini.

    Produsen mobil Tiongkok berhasil merebut hati pengemudi saat mereka memasuki pasar kendaraan listrik Eropa, menantang merek-merek lokal yang telah lama mapan dalam industri yang sangat vital bagi transisi energi hijau di benua ini.

    Ancaman dari persaingan ini mendorong Uni Eropa untuk meluncurkan penyelidikan terhadap dukungan Beijing untuk industri kendaraan listriknya, memperuncing ketegangan teknologi antara Barat dan China—yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar Eropa dan pasar otomotif terbesar di dunia.

    Serangan kendaraan listrik asal Tiongkok, bersama dengan investasi besar-besaran AS dalam energi bersih yang menarik investasi dari Eropa, menunjukkan bagaimana blok 27 negara ini terjebak di tengah perlombaan global untuk teknologi hijau.

    Produsen kendaraan listrik Tiongkok tertarik ke Eropa karena tarif impor mobil hanya 10 persen, dibandingkan 27,5 persen di AS, kata analis otomotif independen Matthias Schmidt. Eropa juga menjadi pasar baterai kendaraan listrik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.

    Lupakan sejenak geopolitik. Para pembeli mobil yang peduli akan iklim di Eropa, yang tengah bergulat dengan meningkatnya biaya hidup, memuji betapa terjangkaunya mobil listrik asal China yang dilengkapi dengan fitur-fitur canggih dan desain yang elegan. Kekhawatiran akan ancaman terhadap produsen mobil dan lapangan kerja lokal tampaknya bukan menjadi prioritas bagi mereka.

    John Kirkwood, seorang pensiunan asal Inggris, mengganti Volkswagen Passat miliknya tiga tahun lalu dengan mobil station wagon MG5 karena harga 30.000 poundsterling (USD 36.000) yang jauh lebih kompetitif dibandingkan rival terdekatnya, Kia, yang harganya terpaut ribuan poundsterling lebih mahal.

    "Bagus, tenang, berkelas," kata Kirkwood sambil menambahkan bahwa ia tak terlalu mempermasalahkan kepemilikan merek Inggris MG oleh perusahaan Cina.

    MG yang dimiliki oleh SAIC Motor, produsen mobil terbesar di Tiongkok—merupakan pemain kendaraan listrik terbesar dari China di Eropa. Sementara BYD, yang didukung oleh investor miliarder Warren Buffett, tumbuh pesat. Ada pula Geely, yang memiliki Volvo dari Swedia serta sejumlah merek kendaraan listrik seperti Polestar, Lynk & Co., dan produsen mobil sport Inggris Lotus.

    Di belakang mereka, ada banyak perusahaan rintisan seperti NIO dan Xpeng.

    Penjualan gabungan mereka mungkin baru sebagian kecil dari 9,2 juta kendaraan yang terjual di Eropa setiap tahun, tetapi mereka telah berhasil menguasai sebagian pasar kendaraan listrik yang lebih kecil dengan kecepatan yang luar biasa. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi