Logo
>

Perbankan RI Kurang Kompetitif: Kuatin Pasar Modal

Tingginya margin bunga bersih (net interest margin) perbankan Indonesia dibandingkan negara lain.

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Perbankan RI Kurang Kompetitif: Kuatin Pasar Modal
Gedung BEI Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. foto: KabarBursa.com/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sektor perbankan Indonesia saat ini dinilai masih menikmati keuntungan tinggi yang tidak sebanding dengan kontribusi efisiensi terhadap perekonomian nasional. 

    Hal ini disampaikan oleh Senior Ekonom Wijayanto Samirin yang menyoroti tingginya margin bunga bersih (net interest margin) perbankan Indonesia dibandingkan negara lain.

    “Perbankan, bunga di Indonesia ini paling tinggi. Net interest margin-nya paling tinggi, makanya perbankan di Indonesia net income-nya jauh lebih tinggi daripada sektor riil yang ada,” ujarnya dalam diskusi yang bertajuk 100 Hari Trump Tsunami Geopolitik dan Ekonomi Bagi Indonesia? secara daring, Jumat 2 Mei 2025.

    Namun, tingginya laba itu justru menandakan bahwa sektor perbankan Indonesia masih belum efisien. Menurut Wijayanto, langkah konkret yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengefisienkan sektor ini adalah mendorong munculnya kompetisi nyata melalui penguatan pasar modal.

    “Karena memang tidak efisien. Bagaimana pemerintah mengefisiensikan perbankan? Kalau berkompetisi. Kompetisi apa? Pasar modal,” ujarnya.

    Wijayanto menambahkan bahwa pasar modal perlu menjadi alternatif yang kuat bagi pelaku usaha untuk mendapatkan pendanaan, bukan semata-mata hanya mengandalkan pinjaman dari bank. 

    Sektor Perbankan Lebih Menarik?

    Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas, Muhammad Thoriq Fadilla, menilai bahwa sektor konsumer saat ini lebih menarik dibanding sektor perbankan, baik dari sisi teknikal maupun kondisi makroekonomi terkini.

    Thoriq menyampaikan bahwa tekanan terhadap saham-saham bank besar membuat investor perlu lebih selektif, dan justru membuka peluang untuk rotasi sektor ke saham-saham berbasis konsumsi domestik.

    “Kalau dari sisi pergerakan indeks sektoral, sektor konsumer sudah mulai terlihat ada potensi breakout dari konsolidasi jangka menengah. Sementara finance masih ketahan dan cenderung sideways,” ungkapnya dalam wawancara eksklusif di program Bursa Pagi-Pagi, Kamis, 10 April 2025.

    Ia menjelaskan bahwa secara teknikal, indeks sektor konsumer telah beberapa kali mengetes level resistance dan perlahan mulai mengkonfirmasi pola kenaikan yang sehat, terutama sejak Maret 2025. Sebaliknya, sektor perbankan masih belum mampu menembus area resistance penting karena tekanan global yang belum mereda.

    Menurut Thoriq, tekanan terhadap sektor keuangan berkaitan erat dengan dinamika global, khususnya ekspektasi suku bunga di Amerika Serikat yang masih sulit diprediksi. Yield US Treasury masih tinggi, membuat investor asing melakukan aksi keluar (capital outflow) dari saham-saham big caps, terutama bank-bank besar. 

    “Di tengah kondisi kayak sekarang, sektor perbankan lebih rentan karena sangat sensitif terhadap perubahan arah kebijakan suku bunga. Sentimen dari The Fed juga belum jelas, dan itu bikin sektor ini agak ‘tanggung’ untuk entry,” ucap dia.

    Thoriq menambahkan bahwa dalam situasi ekonomi seperti saat ini, sektor konsumer justru terlihat lebih resilien. Dengan inflasi domestik yang relatif terkendali dan potensi kenaikan upah minimum tahun ini, daya beli masyarakat diperkirakan akan tetap terjaga.

    Menurut dia sektor perbankan saat ini cenderung bergerak sideways karena pasar sudah mulai mengantisipasi pembagian dividen dari emiten-emiten besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Katalis dividen tersebut sudah mulai dihargai oleh pasar, sehingga ruang kenaikan harga saham perbankan dalam jangka pendek menjadi terbatas. 

    BBCA telah mengumumkan pembagian dividen tunai untuk tahun buku 2024 sebesar Rp300 per saham. Jumlah ini mencakup dividen interim yang telah dibayarkan sebesar Rp50 per saham, sehingga sisa dividen yang akan dibagikan adalah Rp250 per saham. 

    Dengan total saham beredar sebanyak 123,28 miliar lembar, total dividen yang dibagikan mencapai Rp36,98 triliun. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) BBCA mencapai 67,4 persen dari laba bersih tahun 2024 yang sebesar Rp54,8 triliun.

    BBRI juga menunjukkan kinerja yang solid dengan membagikan dividen interim sebesar Rp135 per saham pada Januari 2025, meningkat 60,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Total dividen interim yang dibagikan mencapai Rp20,46 triliun. Hingga akhir triwulan III 2024, BRI mencatat laba bersih konsolidasian sebesar Rp45,36 triliun, dengan penyaluran kredit mencapai Rp1.353,36 triliun, tumbuh 8,21 persen secara year on year (yoy). ​

    Sementara itu, BMRI memiliki riwayat pembagian dividen yang konsisten. Pada Maret 2024, BMRI membagikan dividen sebesar Rp353,96 per saham, dengan yield mencapai 7,66 persen. Rasio pembayaran dividen BMRI adalah 59,22 persen, menunjukkan komitmen bank dalam memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham.

    Di sisi lain, sektor konsumer mulai menunjukkan sinyal teknikal yang positif, seperti pola breakout pada beberapa saham unggulan, yang membuatnya lebih menarik untuk dikoleksi dalam kondisi ekonomi yang masih menyesuaikan dengan tren suku bunga tinggi dan tekanan konsumsi rumah tangga.

    “Sektor konsumer lebih defensif, punya eksposur besar ke belanja rumah tangga, dan lebih tahan terhadap tekanan suku bunga. Bahkan ketika suku bunga naik, konsumsi kebutuhan dasar tetap jalan,” katanya. 

    “Pasar modal itu tumbuh, kalau kita ingin mengembangkan bisnis, pilihannya ada dua, perbankan atau pasar modal. Kalau ini perlu untuk investasi, bisa ke pasar modal,” jelasnya.

    Dengan berkembangnya pasar modal, lanjut dia, maka perbankan akan terdorong untuk lebih efisien karena tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pendanaan. 

    “Sehingga perbankan bisa lebih efisien,” tandasnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.