KABARBURSA.COM - Direktur Riset Jasa Keuangan Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Etika Karyani mengatakan sektor perbankan mulai menunjukkan sinyal kurang baik di tengah perpanjangan era suku bunga acuan tinggi.
"Pertumbuhan kredit yang menjadi dua kali lebih tinggi dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) telah membuat likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) bank semakin mengetat," kata Etika dalam webinar CORE Indonesia, Jumat, 26 April 2024.
Ia menambahkan, meskipun di tengah tingginya pertumbuhan kredit, profitabilitas (net interest margin/NIM) bank umum mengalami penurunan per Februari 2024.
"NIM bank umum pada bulan itu turun 0,2 persen menjadi 4,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," jelasnya.
Ekonom dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu menekankan bahwa penurunan pendapatan operasional akibat tingginya biaya modal merupakan penyebab utama dari kondisi tersebut.
Untuk diketahui, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio LDR perbankan pada Februari 2024 telah mencapai 84,05 persen, terus meningkat dari bulan ke bulan sebelumnya, dari 83,83 persen pada Desember 2023 menjadi 83,87 persen pada Januari 2024.
Hal ini berarti, ketegangan dalam likuiditas perbankan terus terlihat, tanpa tanda-tanda membaik. Indikator yang menggambarkan likuiditas melalui LDR terus menunjukkan peningkatan.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur April, pada Rabu, 24 April.
“Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.