Logo
>

Peredaran Upal tak Pengaruhi Perekonomian Nasional, Yakin?

Ditulis oleh Dian Finka
Peredaran Upal tak Pengaruhi Perekonomian Nasional, Yakin?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pengamat Ekonomi, Piter Abdullah menekankan bahwa peredaran uang palsu (upal) tidak memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional. Meskipun potensi dampaknya bisa besar.

    Kata dia, berdasarkan data historis menunjukkan bahwa jumlah uang palsu yang beredar di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara lain.

    Piter mengungkapkan, "Meskipun baru-baru ini ada penangkapan uang palsu dalam jumlah besar, data historis menunjukkan peredaran uang palsu di Indonesia sangat rendah, sehingga dampaknya terhadap perekonomian masyarakat sangat kecil," kata Piter kepada Kabar Bursa, Minggu, 23 Juni 2024.

    Namun demikian, Piter menyatakan bahwa keberadaan uang palsu dapat menimbulkan kekhawatiran mendalam terkait meningkatnya peredaran uang palsu di masyarakat. Hal ini tidak hanya mengancam stabilitas ekonomi regional tetapi juga dapat merugikan kepercayaan publik terhadap sistem keuangan nasional.

    "Paling buruk, hal ini bisa menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap uang kartal, yang tentu saja berbahaya," jelas Piter.

    Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni Primanto Joewono, menyatakan bahwa peredaran uang palsu di Indonesia menunjukkan tren penurunan.

    Dibandingkan dengan kasus pada tahun 2019, di mana terdapat sembilan uang palsu per satu juta lembar uang, angka tersebut menurun menjadi lima lembar pada periode 2020 hingga 2023, dan tahun ini hanya tersisa dua lembar per satu juta lembar.

    "Peredaran uang palsu di Indonesia memang sangat rendah, namun secara mikro, jika ada satu lembar uang palsu diterima oleh UMKM, itu bisa sangat merugikan keuntungannya," kata Doni.

    Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Juni 2024 mengungkap bahwa penurunan peredaran uang palsu ini merupakan hasil kerja sama berbagai pihak.

    "Ini adalah kerja sama yang baik, dan kami mengapresiasi semua pihak. Kami juga berkomitmen untuk menyediakan uang yang cukup, baik pecahan maupun nominalnya hingga ke pelosok-pelosok agar rakyat tidak tertipu oleh uang palsu," ujarnya.

    BI juga memberikan apresiasi terhadap upaya Kepolisian RI dalam mengungkap peredaran uang palsu. Sebelumnya, Polda Metro Jaya berhasil mengungkap peredaran uang palsu senilai Rp22 miliar yang dicetak di sebuah kantor akuntan di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Uang palsu tersebut belum sempat diedarkan ke masyarakat.

    "Kami di Bank Indonesia mengapresiasi setiap pengungkapan uang palsu yang dilakukan oleh Polri sebagai bentuk penegakan hukum atas tindakan pidana terhadap rupiah. Khususnya, kami memberikan apresiasi kepada Polda Metro Jaya," ucap Doni.

    Indonesia memiliki Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal), lembaga non-struktural di bawah koordinasi presiden langsung, yang berfungsi sebagai koordinator pemberantasan rupiah palsu.

    Botasupal terdiri dari unsur-unsur Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Bank Indonesia.

    Selain itu, BI memiliki satuan bernama Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) yang bertugas menganalisis Rupiah palsu.

    Cara Mengenali Uang Palsu

    Kemajuan teknologi tidak membuat uang sulit dipalsukan. Sindikat pemalsu memiliki banyak cara untuk membuat uang palsu semirip mungkin dengan uang asli.

    Berikut adalah metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) untuk membedakan uang asli dan palsu:

    Dilihat

    Perubahan warna benang pengaman pada pecahan Rp100.000 dan Rp50.000, perisai logo Bank Indonesia pada pecahan Rp100.000, Rp50.000, dan Rp20.000.

    Menemukan angka berubah warna yang tersembunyi pada pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, dan gambar tersembunyi berupa tulisan BI dan angka.

    Diraba

    Rasakan tekstur kasar pada gambar utama, gambar lambang negara, angka nominal, huruf terbilang, frasa NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, dan tulisan BANK INDONESIA.

    Tuna netra bisa meraba kode tuna netra (blind code) di sisi kiri dan kanan untuk mengenali nilai nominal dan keaslian uang kertas.

    Diterawang

    Arahkan uang ke cahaya untuk menemukan gambar pahlawan, gambar ornamen pada pecahan tertentu, dan logo BI yang akan terlihat utuh.

    Penerapan metode 3D sebelum menerima uang, terutama dalam jumlah besar, dapat mengurangi risiko menerima uang palsu. Dengan lebih awas dan teliti, risiko mendapatkan uang palsu semakin kecil.

    Selain itu, penting bagi masyarakat untuk selalu melakukan transaksi di tempat-tempat yang terpercaya dan menggunakan alat bantu seperti detektor uang palsu jika diperlukan. Bank dan lembaga keuangan juga memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi mengenai cara mengenali uang asli dan metode-metode pencegahan penipuan uang palsu. (ian/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.