KABARBURSA.COM - PT Pertamina EP mengungkapkan bahwa keterbatasan ketersediaan rig jack up di Indonesia menjadi salah satu tantangan yang dihadapi industri hulu migas dalam mencapai target produksi minyak sebanyak 1 juta barel pada tahun 2030.
Bayu Kusuma Tri Aryanto, VP SCM Regional II Pertamina, mengatakan bahwa ketersediaan rig untuk pengeboran sumur minyak saat ini terbatas, terutama karena banyak rig yang sebelumnya digunakan kini ditarik keluar negeri.
"Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya menjaga ketersediaan rig di Indonesia melalui kontrak pengadaan rig secara farm in (kontrak bersama)," kata Bayu saat ditemui di Kantor SKK Migas, Jakarta, pada Senin, 6 Mei 2024.
Menurut dia, melalui skema farm in, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dapat bekerja sama dalam penggunaan rig yang tersedia, sehingga kegiatan pengeboran akan berjalan optimal.
Bayu menekankan pentingnya kolaborasi dan integrasi antara SKK Migas, KKKS, dan pemasok rig untuk mempertahankan sumber daya yang ada.
Masalah ketersediaan rig ini akan dibahas dalam pertemuan pelaku industri hulu migas, termasuk dalam focus group discussion (FGD) yang diadakan oleh SKK Migas dan KKKS.
FGD diharapkan dapat meningkatkan manajemen rantai pasok (supply chain management/SCM) untuk memperkuat industri hulu migas nasional.
Sementara itu, Rudi Satwiko, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, mengatakan bahwa manajemen rantai pasok memiliki peran strategis dalam mendukung aktivitas operasional hulu migas yang semakin meningkat.
"Dengan pengelolaan rantai suplai yang baik, diharapkan dapat mempercepat peningkatan produksi minyak dan gas bumi serta mengurangi biaya operasional," ujarnya.