KABARBURSA.COM - Direktur Riset Jasa Keuangan Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Etika Karyani menilai bahwa kredit perbankan tidak akan terpengaruh dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,25 persen.
"Kita kembali kepada bahwa dengan kenaikan 0,25 persen basis point itu kan tidak terlalu besar. Jadi kita beri kesimpulan sebenarnya tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan kredit," ujarnya dalam webinar CORE Indonesia Quarterly Review 2024, Kamis, 25 April 2024.
Ia menambahkan, pertumbuhan kredit perbankan masih 10 sampai dengan 12 persen sesuai dengan catatan target BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk akhir 2024.
Oleh karena itu, ketika suku bunga acuan atau BI Rate naik, tutur Etika, tidak akan serta-merta memengaruhi kualitas aset atau non performing loan (NPL).
Namun sambung Etika, sejumlah perbankan sempat khawatir terhadap likuiditasnya usai kenaikan BI Rate. Ada dua hal yang menjadi perhatian yaitu likuiditas akan tergerus atau mungkin malah menjadi overliquid.
"Tergerus karena perusahaan tidak melakukan ekspansi. Melakukan ekspansi mereka akan melurunkan pinjamannya sehingga kemudian likuiditasnya menjadi berlebih. Itu yang terjadi," paparnya.
Untuk diketahui, menurut laporan BI pertumbuhan kredit perbankan terus menggeliat. Pada triwulan I 2024, kredit tumbuh signifikan sebesar 12,40 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Angka ini melampaui pencapaian Februari 2024 yang mencatat 11,28 persen YoY.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyoroti bahwa pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspansi kredit di hampir semua sektor ekonomi.
“Pertumbuhan kredit tinggi ini didukung oleh keberlanjutan minat perbankan yang didorong oleh modal yang kuat dan likuiditas yang memadai,” ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Bulanan BI.
Dilihat dari penggunaannya, pertumbuhan kredit didorong oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 14,83 persen, 12,30 persen, dan 10,22 persen secara tahunan.