KABARBURSA.COM - PT Penta Valent Tbk (PEVE), yang bergerak di bidang distribusi produk farmasi dan konsumsi, menyatakan bahwa fluktuasi kurs dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah tidak berdampak signifikan terhadap produksi atau distribusi produk mereka.
Direktur Utama PEVE, Sukismo, menjelaskan bahwa perusahaan ini mendistribusikan produk dari perusahaan lokal, sehingga penurunan kurs dolar AS terhadap rupiah tidak memberikan pengaruh besar.
Sukismo menambahkan, bahwa sejak tahun 1970-an, pemerintah Indonesia telah mensyaratkan perusahaan luar untuk mendirikan fasilitas produksi di dalam negeri.
"Kenaikan kurs dolar AS terhadap rupiah hanya berdampak pada kenaikan harga obat, itu pun jika tidak dikelola dengan baik," ujar Sukismo dalam acara Public Expose PEVE, Senin, 10 Juni 2024.
Ia juga menekankan bahwa PEVE tetap berkoordinasi dengan prinsipal dan menggunakan skema yang telah disepakati, sehingga tidak akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Menurut Sukismo, dampak tidak langsung dari fluktuasi kurs adalah pada penentuan harga di pasaran oleh prinsipal.
Prinsipal, yang menentukan harga kepada ritel seperti rumah sakit dan apotek, juga diwajibkan oleh Badan POM untuk menggunakan label harga pada setiap produk.
"Jika bahan baku diimpor, itu hanya satu komponen karena komponen lainnya diproduksi secara lokal," tambahnya.
Dari sisi lain, Direksi PEVE, Franxiscus Afat Adinanta Nursalim, menyatakan bahwa pada tahun 2024, perusahaan tidak mengeluarkan belanja modal (capex) secara khusus karena tidak material.
PEVE fokus pada modal kerja sebagai perusahaan distribusi, memperluas jaringan distribusi, dan mencari prinsipal yang potensial.
"Tahun 2024 akan melakukan pengembangan distribusi, namun area pengembangan masih dalam tahap pengkajian," jelasnya.
Franxiscus juga menyebut bahwa perusahaan berusaha mencapai pertumbuhan yang sama atau lebih baik dari tahun 2023.
Pada kuartal I 2024, pendapatan PEVE tumbuh 31,9 persen menjadi Rp714 miliar, dengan laba bersih tumbuh 76,9 persen.
Dibandingkan tahun 2022, penjualan bersih PEVE tahun 2023 tumbuh 15,88 persen menjadi Rp2,48 triliun, mengangkat laba bersih menjadi Rp36,17 miliar atau naik 53,65 persen dari tahun sebelumnya.
PEVE terus melakukan pembenahan dan pengembangan untuk meningkatkan kepercayaan prinsipal dan menambah pelanggan baru. Misalnya, PT Borden Eagle Indonesia (Cap Lang) menunjuk PEVE untuk menangani distribusi di beberapa area seperti Sidoarjo, Mojokerto, Pati, dan Blora. Saat ini, PEVE memiliki 44 titik distribusi.
Kinerja saham PEVE pada hari ini menurun 6,20 persen menjadi 242 dari sebelumnya 258, dengan penurunan mingguan sebesar 14,79 persen.
Franxiscus Afat Adinanta Nursalim juga mengurangi kepemilikan sahamnya di PEVE pada tanggal 2 Mei 2024, menjual 10.600.000 lembar saham dengan harga Rp216 per saham.
Setelah penjualan, kepemilikan sahamnya berkurang menjadi 28,2 juta lembar saham atau 1,6 persen dari sebelumnya 38,85 juta lembar saham atau 2,2 persen.
Dengan langkah-langkah strategis dan pengembangan yang terus dilakukan, PEVE optimis dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi positif di sektor distribusi produk farmasi dan konsumsi di Indonesia.
Mata Uang Dunia saat Indeks Dolar AS Naik
Indeks dolar naik ke level 105 setelah data non-farm payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) yang melebihi ekspektasi.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menjelaskan bahwa kenaikan indeks dolar telah membuat mayoritas mata uang utama melemah. Hal ini disebabkan oleh data NFP AS yang menunjukkan keadaan pasar tenaga kerja AS yang masih kuat, terutama di sektor jasa.
“Ini memicu sentimen risk-off dan permintaan yang tinggi untuk aset safe haven, khususnya dolar AS (uang tunai adalah raja),” katanya, Senin, 10 Juni 2024.
Pada Jumat 7 Juni 2024, data NFP AS mencatat penambahan 272.000 pekerjaan, sementara konsensus memperkirakan hanya 185.000.
Dolar AS terlihat menguat terhadap beberapa mata uang utama. Menurut Trading Economics, pada Senin, 10 Juni 2024 pukul 15.33 WIB, Euro turun 0,37 persen dari hari sebelumnya menjadi 1,07603. Pairing USDJPY menguat 0,18 persen, USDCHF menguat 0,07 persen, dan USDCAD juga menguat 0,06 persen.
Dalam konteks ini, Josua berpendapat bahwa Euro dan Poundsterling masih memiliki potensi untuk memperbaiki performa mereka menuju akhir 2024. Ini terutama karena kondisi ekonomi kedua mata uang tersebut sudah mencapai titik terendah.
"Dengan kata lain, tanda-tanda pemulihan sudah terlihat. Meskipun ruang untuk pemotongan suku bunga lebih besar di kedua kawasan tersebut, namun data inflasi terbaru menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga mungkin tidak sebesar yang diharapkan, sehingga menjaga perbedaan tingkat suku bunga dengan AS," jelasnya. (nia/*)