KABARBURSA.COM - Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) perlu mengambil langkah lebih lanjut untuk mengatasi masalah yang membuat bank-bank AS enggan menggunakan fasilitas pinjaman darurat utama.
Pesan ini disampaikan oleh para mantan pejabat dan ahli bank sentral saat konferensi Bank Federal Reserve Atlanta pada Senin 20 Mei 2024.
Mereka menyoroti betapa pentingnya mengubah stigma negatif terkait jendela diskon (discount window), alat stabilitas keuangan yang masih dianggap tabu oleh banyak bank.
Susan McLaughlin, veteran The Fed New York selama 30 tahun, menyatakan dalam diskusi panel bahwa meskipun The Fed telah berusaha untuk membuat program ini lebih efektif, upaya tersebut masih bisa diperluas. McLaughlin, yang pernah mengawasi operasional fasilitas ini selama krisis keuangan, menegaskan bahwa masih ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk membuat program ini lebih efektif.
“Jendela diskon adalah alat stabilitas keuangan yang sangat distigmatisasi,” kata McLaughlin.
Regulator The Fed ingin agar bank-bank merasa lebih nyaman menggunakan jendela diskon secara rutin. Tujuannya adalah agar mereka dapat merespons dengan cepat jika terjadi guncangan keuangan, seperti penarikan deposito secara besar-besaran. Namun, bank-bank khawatir bahwa penggunaan program ini akan dianggap sebagai tanda kelemahan atau keputusasaan. Banyak yang melihat operasi ini sebagai sesuatu yang kuno dan memberatkan.
Urgensi untuk merombak fasilitas ini meningkat setelah runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank regional lainnya tahun lalu. Regulator terkejut dengan pelarian deposito yang cepat, sementara SVB dan bank lainnya tidak siap mengakses jendela diskon dan malah mengandalkan pinjaman dari Federal Home Loan Banks, yang pada gilirannya dapat meningkatkan biaya pendanaan untuk semua pihak.
Michael Barr, wakil ketua pengawasan keuangan The Fed, dalam pidatonya pada konferensi The Fed Atlanta, menyatakan bahwa regulator sedang mendiskusikan perubahan yang akan membuat bank-bank lebih siap menggunakan jendela diskon. Ini termasuk aturan likuiditas bank yang baru, seperti mewajibkan bank dengan ukuran tertentu untuk mempertahankan jumlah minimum likuiditas yang tersedia di jendela diskon melalui cadangan dan jaminan yang telah diposisikan sebelumnya, berdasarkan persentase deposito yang tidak diasuransikan.
Gubernur The Fed Jerome Powell juga mengakui bahwa banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mempromosikan penggunaan jendela diskon, termasuk peningkatan teknologi dan penghapusan stigma.
Namun, Bill Nelson, kepala penelitian di Bank Policy Institute, menyebutkan bahwa panduan dari regulator sendiri seringkali mengaburkan masalah ini. Menurut Nelson, para bendahara bank telah diberitahu bahwa meminjam dari jendela diskon bukanlah langkah yang baik, sehingga kebijakan regulasi sebenarnya menghambat bank untuk menggunakan fasilitas tersebut.
“Semua bank mengatakan telah ditekankan kepada mereka bahwa meminjam dari jendela diskon bukan hal yang baik,” kata Nelson.
Nelson menambahkan bahwa SVB, yang tidak secara teratur menggunakan pasar repo, awalnya tertarik untuk mendaftar ke fasilitas repo permanen tetapi akhirnya mundur setelah mengetahui bahwa fasilitas tersebut tidak dapat dihitung ke dalam persyaratan uji stres likuiditas internal mereka.
Susan McLaughlin menegaskan bahwa stigma seputar jendela diskon menyebabkan bank menunggu terlalu lama sebelum menggunakan fasilitas ini, yang pada akhirnya merusak kesiapan mereka dalam menghadapi krisis. Akibatnya, program ini tidak gesit dan tidak efektif.
Kerangka Kerja Baru
McLaughlin menyarankan agar The Fed menciptakan kerangka kerja baru untuk menyediakan likuiditas, termasuk instrumen terpisah untuk pendanaan darurat jangka pendek dan instrumen lainnya untuk masalah yang lebih besar seperti kebangkrutan, yang dilakukan melalui koordinasi dengan regulator utama bank. Dia mencontohkan negara-negara lain yang membuat perbedaan antara fungsi-fungsi ini.
Luc Laeven, direktur jenderal penelitian di Bank Sentral Eropa, menambahkan bahwa bank perlu membangun akses pada saat normal, membiasakan diri dengan aturan, menyiapkan pengaturan jaminan, dan menguji prosedur pinjaman agar siap mengakses jendela diskon saat dibutuhkan.
“Pemberi pinjaman terakhir seharusnya tidak seperti kunci rumah Anda, disimpan tanpa berpikir, tidak dapat ditemukan saat dibutuhkan,” kata Laeven. “Itu tidak nyaman saat kebakaran terjadi.”
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.