KABARBURSA.COM - Platform X (dulu dikenal sebagai Twitter) mengalami gangguan akses pada Rabu (28/8/2024) sekitar pukul 10.11 waktu Indonesia. Insiden ini membuat banyak pengguna tidak bisa masuk ke platform tersebut selama kurang lebih 30 menit.
Laporan masalah akses pada Platform X melonjak tajam di situs Downdetector, dengan awalnya tercatat 2.786 laporan pada pukul 10.05. Hanya dalam 15 menit, jumlah laporan tersebut melonjak hingga 35.983.
Setelah mencapai puncaknya, jumlah laporan masalah mulai berangsur-angsur menurun. Namun, hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak X, yang kini dimiliki oleh miliarder Elon Musk, mengenai penyebab gangguan tersebut.
Pengguna yang tidak dapat mengakses platform X berbondong-bondong menyuarakan keluhan mereka melalui media sosial dengan tagar #XDown. Sebagian besar pengguna melaporkan kegagalan akses, sementara yang lain memilih untuk berbagi meme sebagai tanggapan atas gangguan ini.
"Apa yang terjadi dengan X saat ini? Tidak bisa memuat halaman feed," tulis pengguna @Fernando Jr.
Pengguna lain seperti @beyerch dan @Ace_TheReaper juga ikut mempertanyakan masalah pada platform tersebut dengan tagar #TwitterDown dan #XDown.
Downtime atau gangguan server pada Twitter seringkali disebabkan oleh serangan DDoS, masalah teknis, atau pemeliharaan sistem. Seiring dengan pertumbuhan pengguna dan peningkatan kapasitas platform, Twitter terus mengembangkan infrastrukturnya untuk mengatasi tantangan ini.
Kepemilikan Twitter telah mengalami beberapa perubahan signifikan sepanjang sejarahnya. Berikut adalah garis besar perubahan kepemilikan utama:
Twitter didirikan pada Maret 2006 oleh Jack Dorsey, Noah Glass, Biz Stone, dan Evan Williams. Awalnya, Twitter dimiliki oleh para pendiri dan beberapa investor awal. Twitter melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada November 2013, yang membuatnya menjadi perusahaan publik. Sahamnya diperdagangkan di New York Stock Exchange (NYSE) dengan ticker TWTR.
Selama periode ini, Twitter mengalami beberapa pergantian CEO. Jack Dorsey, salah satu pendiri, menjabat sebagai CEO dari 2006 hingga 2008, dan kemudian kembali sebagai CEO pada 2015 hingga 2021. Selama waktu ini, perusahaan tetap menjadi perusahaan publik dengan berbagai investor institusi dan ritel. Di luar Dorsey, CEO seperti Dick Costolo (2010-2015) juga memainkan peran penting dalam pengembangan dan arah strategis perusahaan.
Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, mengakuisisi Twitter pada 27 Oktober 2022.
Akuisisi ini dimulai dengan tawaran pada April 2022, dan setelah proses negosiasi serta persetujuan regulasi, Musk menyelesaikan akuisisi seharga sekitar USD 44 miliar. Setelah akuisisi, Twitter menjadi perusahaan swasta sepenuhnya dan tidak lagi diperdagangkan di bursa saham. Musk memegang kendali penuh atas perusahaan, dan perubahan besar dalam strategi serta kebijakan Twitter telah dilakukan di bawah kepemimpinannya.
Twitter dimiliki sepenuhnya oleh Elon Musk dan entitas yang terkait dengannya. Perubahan signifikan dalam struktur organisasi dan operasional perusahaan telah terjadi sejak akuisisi.
Sejak akuisisi oleh Elon Musk, Twitter telah mengalami berbagai perubahan dalam hal kebijakan, fitur, dan strategi bisnis, yang mencerminkan visi dan prioritas baru di bawah kepemimpinan Musk.
Berikut adalah beberapa insiden down Twitter:
- 2008 – Serangan DDoS Pertama:
Juli 2008, Twitter mengalami serangan Distributed Denial of Service (DDoS) besar-besaran yang menyebabkan gangguan layanan selama beberapa jam. Serangan ini menjadi salah satu insiden keamanan terbesar pada masa itu dan menandai awal dari beberapa serangan DDoS yang akan datang.
- 2010 – Penurunan Layanan Besar:
September 2010, Twitter mengalami penurunan layanan yang signifikan yang disebut "Fail Whale." Ini adalah istilah yang digunakan ketika Twitter tidak dapat memproses permintaan pengguna dengan benar, sering disebabkan oleh overload server.
- 2011 – Penurunan Layanan Global:
September 2011, Twitter mengalami penurunan layanan yang meluas yang memengaruhi pengguna di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh masalah kapasitas dan pemeliharaan server.
- 2014 – Gangguan Layanan:
Januari 2014, Twitter mengalami gangguan yang menyebabkan beberapa pengguna tidak dapat mengakses layanan selama beberapa jam. Gangguan ini disebabkan oleh masalah teknis di pusat data Twitter.
- 2016 – Masalah Skalabilitas:
Februari 2016, Twitter mengalami penurunan layanan yang disebabkan oleh masalah skalabilitas saat mencoba menangani volume lalu lintas yang sangat tinggi.
- 2020 – Masalah Infrastruktur:
Juli 2020, Twitter mengalami penurunan layanan yang disebabkan oleh masalah infrastruktur yang memengaruhi akses dan fungsionalitas platform. Ini termasuk gangguan dalam akses ke akun-akun tertentu dan kesulitan dalam melakukan tweet atau melihat konten.
- 2021 – Gangguan Masif:
Oktober 2021, Twitter mengalami gangguan besar yang menyebabkan ketidakmampuan untuk memposting tweet dan mengakses beberapa fitur. Ini disebabkan oleh masalah teknis di server dan pemeliharaan yang tidak terjadwal.
- 2022 – Masalah Server dan Konektivitas:
Januari 2022, Twitter mengalami masalah server dan konektivitas yang memengaruhi banyak pengguna di seluruh dunia. Gangguan ini disebabkan oleh pembaruan sistem dan masalah infrastruktur. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.