KABARBURSA.COM - Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 dengan kapasitas 1.760 megawatt (MW) akan segera beroperasi penuh setelah melewati serangkaian pengujian. PLTGU ini menggunakan bahan bakar gas alam cair, yang diharapkan dapat secara signifikan mengurangi emisi karbon.
PLTGU Jawa-1 dikelola oleh PT Jawa Satu Power (JSP) dengan kepemilikan oleh Pertamina Energi Baru dan Terbarukan (Pertamina NRE) 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen.
CEO Pertamina NRE, John Anis, menyatakan bahwa PLTGU Jawa-1 diharapkan dapat menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta ton setara CO2 (tCO2e) per tahun.
"Angka ini sangat signifikan untuk berkontribusi pada target net zero emisi. Proyek ini menjadi hasil sinergi strategi BUMN antara Pertamina, PLN, swasta Marubeni dan Sojitz, serta pihak lainnya," ujar John Anis dalam keterangan tertulis pada Minggu, 31 Maret 2024.
Anis mengklaim, PLTGU Jawa-1 akan menjadi pembangkit terintegrasi terbesar di Asia Tenggara yang dilengkapi dengan sistem regasifikasi, mengintegrasikan floating storage and regasification unit (FSRU) dengan unit pembangkit listrik 1760 MW, terdiri dari 2 unit dengan masing-masing kapasitas 880 MW. Unit 2 telah beroperasi komersial sejak Desember 2023.
Proyek ini menghubungkan pasokan gas di Papua dengan kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali, dengan keunggulan teknologi terbaru yang membuatnya lebih efisien dan harga jual listriknya lebih kompetitif.
PLTGU Jawa-1 juga memiliki kemampuan teknologi black start untuk self start up saat jaringan tidak tersedia daya impor.
Dengan menggunakan LNG, emisi gas rumah kaca dari PLTGU ini lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit berbahan bakar batu bara atau BBM, sesuai dengan upaya penurunan emisi karbon di sektor ketenagalistrikan.
Selain itu, teknologi sistem menara pendingin loop tertutup juga meningkatkan kehandalan dan mengurangi penggunaan air laut dalam operasional pembangkit.
"Dukungan dari semua pihak sangat diharapkan agar PLTGU Jawa-1 dapat menunjukkan keunggulan operasionalnya dan memberikan manfaat optimal bagi Pertamina dan NKRI," tutupnya. (*/adi)