KABARBURSA.COM - Posisi Investasi Internasional (PII) Republik Indonesia pada kuartal II-2024 mencatat penurunan kewajiban neto menjadi 247,3 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 253,9 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan bahwa penurunan kewajiban neto tersebut dipicu oleh peningkatan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) dan penurunan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN). Seperti keterangannya di Jakarta, Rabu 4 September 2024.
Erwin menyebut bahwa kenaikan posisi AFLN didorong oleh peningkatan investasi penduduk Indonesia pada berbagai instrumen finansial luar negeri. Pada akhir kuartal II-2024, posisi AFLN tercatat mencapai 491,5 miliar dolar AS, naik 1,2 persen secara kuartalan dari 485,7 miliar dolar AS pada akhir kuartal I-2024.
Peningkatan AFLN tersebut terutama didorong oleh kenaikan penempatan pada berbagai komponen AFLN, terutama instrumen utang. Selain itu, faktor lain seperti kenaikan harga beberapa aset finansial luar negeri juga turut memperkuat posisi AFLN.
Sementara itu, posisi KFLN Indonesia mencatat penurunan meski aliran modal asing pada investasi langsung dan investasi portofolio tetap solid. Pada akhir kuartal II-2024, posisi KFLN turun tipis 0,1 persen menjadi 738,7 miliar dolar AS dari 739,6 miliar dolar AS pada akhir kuartal sebelumnya.
Investasi langsung dan portofolio tetap menunjukkan surplus, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi dalam negeri yang solid, inflasi yang terkendali, dan imbal hasil investasi yang menarik.
Penurunan nilai instrumen keuangan domestik, seiring dengan penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah, serta penurunan harga saham domestik, turut mempengaruhi perkembangan posisi KFLN.
Bank Indonesia menilai bahwa perkembangan PII pada kuartal II-2024 tetap terkendali, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Hal ini tercermin dari rasio PII terhadap produk domestik bruto (PDB) yang turun menjadi 18,1 persen dari 18,4 persen pada kuartal I-2024.
Struktur kewajiban PII Indonesia juga masih didominasi oleh instrumen berjangka panjang (92,8 persen), terutama dalam bentuk investasi langsung.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika ekonomi global yang berpotensi memengaruhi prospek PII Indonesia. BI juga akan memperkuat respons bauran kebijakan, bekerja sama dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memperkuat ketahanan sektor eksternal.
Selain itu, Bank Indonesia akan terus memonitor potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian nasional.
Realisasi Investasi Kuartal II
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baru saja merilis laporan mengenai realisasi investasi untuk kuartal II dan semester I tahun 2024. Dari April hingga Juni, serta sepanjang enam bulan pertama tahun ini, angka investasi menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan.
Pada hari Senin, 29 Juli 2024, Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa nilai investasi pada kuartal II-2024 mencapai Rp 428,4 triliun. Angka ini mengalami kenaikan 6,7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq) dan melonjak 22,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Dari total tersebut, Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang Rp 217,3 triliun atau sekitar 50,7 persen. PMA menunjukkan kenaikan sebesar 6,3 persen qtq dan 16,6 persen yoy.
Bahlil Lahadalia menyatakan, “Di tengah kondisi ekonomi global yang masih rapuh, dengan 95 negara mengalami kesulitan finansial dan menjadi pasien IMF, kami bersyukur bahwa kepercayaan internasional terhadap negara kita tetap solid sebagai salah satu tujuan investasi utama.”
Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berkontribusi sebesar Rp 211,1 triliun atau 49,3 persen dari total investasi, dengan pertumbuhan 7,1 persen qtq dan 29,1 persen yoy.
Kinerja Semester I
Sepanjang paruh pertama tahun 2024, total realisasi investasi tercatat mencapai Rp 829,9 triliun, meningkat 22,3 persen dibandingkan tahun lalu. Angka ini mencakup 67 persen dari target Rencana Strategis (Renstra) 2024 yang sebesar Rp 1.239,3 triliun. Selain itu, angka ini juga mencapai 50,3 persen dari target yang ditetapkan oleh Presiden, yaitu Rp 1.650 triliun, sebagai bagian dari upaya mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, jelas Bahlil.
Selama semester I-2024, nilai PMA mencapai Rp 421,7 triliun atau 50,8 persen dari total investasi, dengan pertumbuhan 16,1 persen yoy. Sementara itu, PMDN mencapai Rp 408,2 triliun atau 49,2 persen dari total investasi, dengan lonjakan 29,4 persen yoy.
Bahlil mengingatkan bahwa perjalanan panjang dalam mengurus investasi ini telah memasuki tahun terakhir masa jabatan presiden saat ini. “Ini adalah pengumuman kuartal II terakhir kami. Selanjutnya, pemimpin baru di Kementerian Investasi akan melanjutkan tugas ini,” ungkapnya.(*)